Menanti
Kapolri yang Blusukan
Edi Saputra Hasibuan ; Anggota Komisi Kepolisian Nasional
(Kompolnas) RI; Kandidat Doktor
Universitas Borobudur
|
KORAN SINDO, 29 Mei 2015
Baru sekitar sebulan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Jenderal Pol Badrodin Haiti menjadi
kapolri, masalah yang dihadapi kepolisian datang silih berganti. Mulai Polsek
Limun dibakar massa di Sarolangun, Jambi, kasus suap kasus narkoba yang
melibatkan perwira menengah Bareskrim Polri di Bandung, hingga penangkapan
penyidik KPK Novel Baswedan yang dinilai banyak kalangan kontroversial.
Seminggu setelah
dilantik, Kapolri kemudian melantik Komjen Pol Budi Gunawan menjadi wakil
kapolri (wakapolri) pada 22 April 2015. Kita harapkan pelantikan ini akan
membawa angin segar agar kinerja duet Badrodin-Budi Gunawan bisa saling
bersinergi dan saling melengkapi sehingga pelayanan Polri kepada masyarakat
dapat ditingkatkan.
Sebelum dilantik
Presiden, Kapolri Badrodin di hadapan Komisi III DPR RI mengemukakan sejumlah
programnya akan membawa perubahan pada wajah kepolisian untuk melayani dan
ingin melakukan revolusi mental walau dirinya hanya menjabat satu tahun lebih
jadi kapolri.
Selalu Ada Harapan
Beberapa visi-misi
Kapolri yang disampaikan Kapolri Badrodin adalah, pemantapan soliditas dengan
melakukan reformasi Polri dalam bidang SDM, sarana-prasarana, dan anggaran.
Kemudian, Kapolri ingin melaksanakan revolusi mental SDM melalui perbaikan
sistem rekrutmen, peningkatan kesejahteraan, pendidikan dan latihan, serta
peningkatan pengawasan di tubuh kepolisian.
Apa yang disampaikan
Badrodin sangat terkait dengan situasi yang ada saat ini. Apalagi, kemarin
sempat terjadi polemik dalam pengajuan Budi Gunawan sebagai calon kapolri.
Kita sadar atau tidak sempat terjadi friksi dalam internal kepolisian. Untuk
itu, kita mengharapkan kepada kapolri dan wakilnya bisa membawa kesejukan
dalam internal kepolisian dan bukan sebaliknya. Soliditas Polri saat ini
sangat dibutuhkan dalam mengujudkan visi-misi Badrodin.
Hal lain kita
harapkan, Polri harus lebih terbuka untuk dikritisi, baik oleh pengawas
internal sendiri maupun eksternal Polri. Dalam catatan kami sebagai anggota
Kompolnas, Kapolri dan Wakapolri bukan pimpinan Polri yang antikritik. Untuk
itu, semua kritikan masyarakat harus kita jadikan masukan dalam rangka
meningkatkan profesionalisme Polri agar semakin dicintai masyarakat pada masa
mendatang.
Salah satu yang harus
dibenahi adalah keinginan Presiden Jokowi melakukan revolusi mental dalam
melayani kepada masyarakat dan bukan untuk dilayani. Kita sadari, budaya
untuk melayani masih barang langkah dalam pelayanan kepolisian. Kita harapkan
semua kapolsek, kapolres, dankapoldasebagaigarda terdepanditengahmasyarakatdi
daerah bisa mengabdikan dirinya menjadi pelayan bagi masyarakat setempat.
Untuk menumbuhkan
semangat untuk melayani pada tataran polisi pada tataran bawah, perlu kiranya
kehadiran Badrodin dan Budi Gunawan secara bergiliran turun ke markas polisi
hingga polsek sekalipun. Dalam catatan kami, kehadiran Badrodin di Polsek
Limun yang dibakar massa di Jambi, patut kita apresiasi.
Program lain Kapolri
adalah memperkuat kemampuan pencegahan kejahatan dengan landasan prinsip proactive policing dan problem oriented policing.
Keinginan Kapolri di
atas bisa dilaksanakan dan diwujudkan apabila Kapolri betul-betul
memfungsikan kehadiran polmas di tengah masyarakat.
Program lain yang juga
menjadi tekat Badrodin adalah memacu terbentuknya postur Polri yang lebih
dominan sebagai pelayan, pengayom, dan pelindung masyarakat. Program ini
tidaklah mudah dilakukan dalam waktu singkat.
Program ini
kemungkinan akan bisa diwujudkan apabila kapolsek hingga kapolri memberikan
contoh setiap saat selalu hadir di tengah masyarakat.
Harapan masyarakat
terhadap Polri begitu besar. Masyarakat menginginkan agar polisi hadir dalam
24 jam di tengah masyarakat. Kapan masyarakat butuh polisi, dalam waktu
cepat, polisi sudah hadir di tempat itu. Kemudian, meningkatkan kemampuan
deteksi untuk memahami potensi akar masalah gangguan kamtibmas dan kemampuan
memediasi dan solusi nonrepresif juga saat ini sangat dibutuhkan kepolisian.
Di berbagai daerah,
sering terjadi konflik sosial. Kapolsek dan kapolres wajib hukumnya berada di
tengah masyarakat, apalagi ada kejadian yang menonjol. Tidak jarang selama
ini kita pantau kapolsek dan kapolres jadi “kodamar” (komandan dalam kamar).
Padahal, gangguan kamtibmasnya rawan gesekan.
Dalam catatan saya,
jika saja polisi cepat menyelesaikan masalah antara polisi dan masyarakat di
Kecamatan Limun, Sarolangun, Jambi beberapa minggu lalu, massa tidak akan
membakar polsek setempat. Hal ini menjadi bukti, kapolsek dan kapolresnya di
berbagai daerah kalau mereka masih malas-malasan turun di tengah masyarakat.
Kemudian, masalah yang
juga banyak disorot adalah bagaimana dalam meningkatkan kemampuan penegakan
hukum yang profesional, terutama penyidikan ilmiah guna menekan empat jenis
kejahatan. Ini juga kemarin merupakan bagian dari visi-misi Kapolri Badrodin.
Kasus penangkapan
penyidik KPK Novel Baswedan yang mendapat perhatian khusus dari Presiden
Jokowi dan penyimpangan yang dilakukan seorang perwira menengah berpangkat
AKBP dalam kasus narkoba, patut perlu kita renungkan; apakah Polri sudah
melakukan tugasnya secara profesional atau tidak.
Paling tidak, jika melihat
visi-misi Kapolri tampaknya akan terwujud jika Wakapolri mendukung Kapolri
sepenuhnya. Duet Kapolri-Wakapolri yang saya kenal sebagai sahabat sejak
masuk Akpol seyogianya dapat mempercepat terwujudnya visi-misi Kapolri baru
ini.
Dalam catatan kami,
duet Kapolri dan Wakapolri ini kita dukung untuk dapat saling mengisi dan
melengkapi. Kapolri sebagai sosok lapangan andal dan peringkat 1 Akpol
(Adimakayasa 82). Beliau empat kali menjadi kapolda (Banten, Sulawesi Tengah,
Sumatera Utara, dan Jawa Timur).
Sementara itu, sosok
Wakapolri, bintang tiga yang dinilai brilian dalam konsep dan manajemen.
Bahkan, beliau salah satu arsitek dalam menyusun visi-misi beberapa kapolri
sebelumnya. Karena itu, tidak berlebihan bila Budi Gunawan dijuluki jenderal
intelektual.
Jadi, keunggulan
Kapolri-Wakapolri bila disatukan dapat membawa perubahan signifikan di tubuh
Polri. Kapolri dapat mewujudkan visi-misi yang terkait dengan eksternal,
sementara untuk internal diserahkan kepada Wakapolri untuk merealisasikannya.
Kalau semua program
ini dapat diwujudkan, kepercayaan masyarakat terhadap Polri secara bertahap
akan pulih. Dan, tentu akan semakin baik antara kapolri dan wakapolri bila
saling mengisi dan melengkapi serta memberikan contoh lebih sering tampil di
tengah masyarakat.
Semoga duet ini
sungguh-sungguh membawa perubahan di tubuh Polri, sehingga kekhawatiran
sebagai elemen masyarakat terhadap Kapolri Badrodin dan Wakapolri Budi
Gunawan terjawab melalui kerja keras dan pengabdian yang tulus. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar