APBN
2019: Sehat, Adil, Mandiri
Sri Mulyani Indrawati ; Menteri Keuangan RI
|
KOMPAS,
21 Agustus
2018
Cita-cita pendirian Negara
Kesatuan Republik Indonesia tercantum jelas dalam Pembukaan UUD 1945. Sebuah
cita-cita yang harus terus diperjuangkan dari generasi ke generasi. Sebagai
penerus yang tengah memegang estafet mandat, kita harus menggunakan seluruh
sumber daya dan upaya serta pikiran dan tenaga untuk menggerakkan Indonesia maju
terus mendekat pada tujuannya.
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) sebagai instrumen negara memiliki peran penting untuk
mencapai tujuan tersebut. Rancangan APBN (RAPBN) 2019 yang disampaikan
Presiden Joko Widodo dalam Sidang Paripurna
DPR, 16 Agustus 2018, adalah untuk mendukung investasi dan daya saing
dengan fokus pembangunan sumber daya manusia.
Penyusunan RAPBN 2019
dilakukan secara saksama dan hati-hati dengan mempertimbangkan kondisi
ekonomi global yang tengah bergejolak menuju keseimbangan baru. Asumsi yang
digunakan untuk perhitungan RAPBN 2019 meliputi pertumbuhan ekonomi
diproyeksikan 5,3 persen, tingkat inflasi sebesar 3,5 persen, nilai tukar
rupiah Rp 14.400/dollar AS, tingkat suku bunga Surat Perbendaharaan Negara
(SPN) tiga bulan sebesar 5,3 persen, harga minyak mentah Indonesia sebesar 70
dollar AS/barrel, lifting minyak 750.000 barrel per hari (bph), dan lifting
gas diperkirakan 1.250.000 bph.
Instrumen
keadilan dan fokus SDM
Dengan dinamika global
yang sangat tinggi serta menimbulkan ketidakpastian, RAPBN 2019 harus sehat
sehingga mampu mengelola dan meredam ketidakpastian tersebut. RAPBN 2019
menjadi instrumen untuk terus menurunkan tingkat kemiskinan ke tingkat 8,5
hingga 9,5 persen, indeks kesenjangan ditargetkan turun antara 0,38 hingga
0,39, dan Indeks Pembangunan Manusia menuju 71,98 sebagai wujud perbaikan
kualitas SDM. Dengan demikian, RAPBN 2019 menjadi instrumen mewujudkan
keadilan karena berpihak terutama bagi mereka yang masih miskin, tertinggal,
dan rentan.
Demografi Indonesia yang
didominasi kelompok milenial mengharuskan pemerintah untuk fokus pada
investasi SDM agar menghasilkan manusia Indonesia yang sehat, cerdas, dan
berkarakter sehingga dapat menjadi aset bangsa yang berkualitas dan mampu
beradaptasi dengan perubahan teknologi yang pesat dan berkompetisi di dunia
internasional.
Sesuai mandat konstitusi,
20 persen dari total belanja negara adalah untuk pendidikan, yaitu Rp 487,9
triliun. Anggaran tersebut adalah untuk 20,1 juta siswa penerima Kartu
Indonesia Pintar, sebanyak 57 juta siswa mendapat Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) untuk meningkatkan partisipasi murni untuk pendidikan dasar dan
menengah. Program beasiswa Bidik Misi yang menyasar 471.800 mahasiswa dan
6.000 penerima program beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)
diarahkan untuk memberikan kesempatan bagi kaum milenial agar dapat
melanjutkan pendidikan sarjana sampai tingkat doktoral. Pemerintah juga akan
mendorong program pendidikan kejuruan dengan fokus dan terintegrasi lintas kementerian
dengan alokasi dana Rp 17,2 triliun.
Selain pendidikan, untuk
mempersiapkan SDM yang sehat, pemerintah juga mengalokasikan 5 persen
anggarannya untuk program kesehatan yang difokuskan untuk meningkatkan akses
dan kualitas layanan kesehatan, serta penguatan penanganan stunting. Program
Jaminan Kesehatan Nasional akan diarahkan untuk memberikan manfaat bagi
kesejahteraan masyarakat Indonesia secara umum dan khususnya bagi kelompok
masyarakat miskin dan tertinggal. Tahun 2019, jumlah penerima bantuan iuran
melalui Kartu Indonesia Sehat akan meningkat dari 92,4 juta menjadi 96,8 juta
jiwa. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas akan ditingkatkan
dari 86 persen menjadi 95 persen.
Tonggak pembangunan SDM
ini tidak terlepas dari kelanjutan pembangunan infrastruktur yang merupakan
kebutuhan dasar agar segenap anak bangsa dapat terhubung dalam suatu jalur
konektivitas antardesa, kota, dan pulau melalui darat, laut, dan udara.
Keterhubungan yang telah dibangun selama empat tahun terakhir serta didukung
sarana infrastruktur lain yang memadai, seperti jaringan listrik, air,
fasilitas kesehatan dan pendidikan, membuat manusia Indonesia siap untuk
menyongsong masa depan yang gemilang.
Kesehatan
dan kemandirian APBN
Untuk dapat melaksanakan
berbagai program pembangunan di tahun 2019 tersebut, dalam kondisi
ketidakpastian global, RAPBN dijaga agar tetap sehat dan kredibel. Seperti
halnya manusia, APBN yang sehat diperlukan agar pemerintah dapat melaksanakan
seluruh aktivitas perekonomiannya secara aktif dan berkelanjutan. Indikator
kesehatan APBN dapat dilihat pada rasio defisit APBN yang merupakan terendah
dalam lima tahun terakhir, yaitu dari 2,25 persen terhadap produk domestik
bruto/PDB (2014) menjadi 1,84 persen terhadap PDB (RAPBN 2019). Indikator
lainnya adalah defisit keseimbangan primer sebesar 0,13 persen dari PDB, yang
juga terendah selama lima tahun terakhir.
RAPBN 2019 juga dirancang
agar adil dan merata sehingga dapat menghasilkan perluasan lapangan kerja
yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat pengangguran pada rentang 4,8
hingga 5,2 persen. Selain itu, transfer ke daerah dan dana desa ditingkatkan
dari Rp 763,6 triliun menjadi Rp 832,3 triliun. Manfaat yang diterima program
pemberian bantuan sosial dalam bentuk Program Keluarga Harapan (PKH) juga
meningkat dua kali lipat di tahun 2019. Peningkatan ini diarahkan untuk
memperkuat pelaksanaan desentralisasi fiskal dan pencapaian Nawacita. Peran
desa terus ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah rata-rata penerima
dana desa yang meningkat dari Rp 800,5 juta menjadi Rp 973,9 juta.
Dari sisi kemandirian,
RAPBN 2019 dapat dilihat dari pertumbuhan pendapatan negara yang tumbuh 12,6
persen di 2019. Angka ini meningkat pesat dibandingkan pertumbuhan 2014-2017
yang rata-rata 3,8 persen. Kontribusi pendapatan negara dari sektor
perpajakan juga semakin meningkat menuju kemandirian. Kontribusi penerimaan
negara dari pajak meningkat dari 74 persen di 2014 menjadi 83,1 persen di
tahun 2019. Dari sisi pembiayaan, pemerintah terus mengoptimalkan potensi
pendanaan utang dari sumber dalam negeri dan dengan menjaga rasio utang
terhadap PDB dalam batas yang diupayakan menurun secara bertahap.
Untuk dapat menyongsong
masa depan yang gemilang, pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo menyiapkan
fondasi yang kokoh bagi tegaknya bangunan mahaagung bernama Indonesia.
Fondasi tersebut adalah SDM yang sehat dan cerdas serta tersedianya
infrastruktur penunjang yang lengkap. Segala daya upaya ini agar Indonesia
bisa keluar dari perangkap pendapatan menengah (middle income trap) karena
adanya kekurangan SDM yang andal dan kesenjangan infrastruktur dengan negara
lain.
Untuk memperkuat fondasi
tersebut, pemerintah tidak dapat bekerja sendirian. Semua elemen masyarakat
harus terlibat bersatu padu dalam kesatuan gerak dan langkah dalam
menyukseskan pelaksanaan APBN 2019. Alangkah indahnya apabila setiap kita
dapat menyumbangkan tenaga dan pikiran bagi terbentuknya fondasi yang kuat
bagi negara ini. Hingga suatu saat, kelak, kita akan berbangga hati
menyaksikan tegaknya bangunan kokoh dan terpandang di seluruh dunia, yang
bernama Indonesia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar