Anwar Ibrahim Perdana
Menteri Malaysia Baru Hasil Pemilu 2022 Iwan Kurniawan : Jurnalis Majalah Tempo |
MAJALAH TEMPO, 27
November 2022
DENGAN baju koko putih
lengan panjang, sarung bergaris merah dan putih, peci hitam, serta sandal
cokelat, Datuk Seri Anwar Ibrahim masuk ke ruang kerja barunya di Kantor
Perdana Menteri di Putrajaya, Malaysia, Jumat, 25 November lalu. Sehari
sebelumnya, Anwar dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia oleh Raja
Malaysia Yang Dipertuan Agung Sultan Abdullah Ahmad Shah di Istana Nasional,
Kuala Lumpur. “Saya akan menjalankan tugas serius ini dengan tim saya dipandu
oleh kemauan serta keinginan rakyat,” kata Anwar. Pengangkatan Anwar membuka
lembar baru pemerintahan Malaysia, yang mengalami krisis setelah Barisan
Nasional kalah dalam pemilihan umum 2018. Koalisi partai politik pimpinan
Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang berkuasa selama puluhan tahun
itu ditekuk oleh Pakatan Harapan (PH), koalisi oposisi yang dipimpin Partai
Keadilan Rakyat (PKR). Anwar adalah Ketua PKR
yang saat itu masih dipenjara karena kasus sodomi sehingga PH dikendalikan
oleh Wan Azizah Wan Ismail, Presiden PH dan istri Anwar. PH didirikan PKR
bersama Mahathir Mohamad, yang keluar dari UMNO dan mendirikan Partai Pribumi
Bersatu Malaysia (Bersatu). Setelah menang, PH mengajukan Mahathir sebagai
calon perdana menteri, yang kemudian dilantik oleh Raja Malaysia. Mahathir
berjanji menyerahkan kursi perdana menteri kepada Anwar. Janji itu tak pernah
ia penuhi. Krisis terjadi ketika
sejumlah anggota UMNO membelot dan bergabung dengan Bersatu. Belakangan,
Bersatu keluar dari koalisi PH, yang membuat pemerintahan PH jatuh karena
kehilangan mayoritas kursi Dewan Rakyat, parlemen nasional negeri jiran.
Muhyiddin Yassin, Presiden Bersatu, dan sejumlah anggota parlemen membuat
manuver politik “gerakan Sheraton”, pertemuan mereka di Hotel Sheraton, Kuala
Lumpur. Mereka kemudian membentuk koalisi baru Perikatan Nasional (PN) di
bawah pimpinan Muhyiddin. Langkah ini membuat PN menguasai mayoritas kursi
Dewan dan Muhyiddin menjadi perdana menteri. Pemerintahan Muhyiddin
hanya bertahan sekitar setahun. Pada pertengahan 2021, sejumlah anggota
Bersatu keluar dan bergabung dengan PH. Setelah kehilangan kursi mayoritas di
parlemen, Muhyiddin mundur. Barisan dan partai lain di PN kemudian memilih
Ismail Sabri Yaakob dari UMNO sebagai calon perdana menteri, yang kemudian
dilantik oleh Raja pada Agustus 2021. Krisis masih berlanjut
ketika UMNO terbelah menjadi faksi Ismail dan faksi Ahmad Zahid Hamidi,
Presiden UMNO. Seruan untuk menggelar pemilihan umum yang dipercepat mulai
terdengar. Ismail akhirnya memutuskan untuk membubarkan Dewan Rakyat dan
menggelar pemilihan umum pada 19 November lalu. Pemilihan umum ini
ternyata menghasilkan “pemerintahan yang menggantung”. Tak ada dari tiga
koalisi terbesar, yakni BN, PH, dan PN, yang meraih jumlah kursi mayoritas
sederhana sebanyak minimal 121 dari total 222 kursi Dewan sebagai syarat
untuk membentuk pemerintahan baru. PH hanya memperoleh 81 kursi, PN 73 kursi,
dan BN 30 kursi. Pada Ahad, 20 November,
Sultan Abdullah meminta para pemimpin koalisi dan partai politik berunding
untuk membentuk koalisi persatuan dan mengajukan calon perdana menteri baru.
Mulanya Sultan menetapkan tenggat pada esoknya, Senin siang, untuk
mendapatkan keputusan itu. Namun perundingan mereka tampaknya alot sehingga
tenggat diperpanjang hingga Selasa siang. Abang Zohari Tun Abang
Openg, pemimpin Gabungan Partai Sarawak (GPS), mengumumkan bahwa partainya
akan bergabung dengan PN, BN, dan Gabungan Rakyat Sabah (GRS). “Demi
memastikan kesejahteraan rakyat terjamin dan ekonomi negara kita terpelihara,
maka sebuah pemerintahan yang stabil dan kuat haruslah dibentuk segera,”
katanya dalam pernyataan pada Ahad, 20 November lalu. Muhyiddin Yassin kemudian
mengklaim telah mendapat dukungan dari GPS dan GRS serta sejumlah anggota
Dewan Rakyat untuk menjadi perdana menteri. Koalisi PN dengan GPS dan GRS
akan menghasilkan 111 kursi parlemen. Dengan tambahan satu saja dukungan
anggota parlemen dari partai lain, Muhyiddin sudah mengantongi cukup suara
untuk menjadi perdana menteri baru. Pada hari yang sama, Ahmad
Zahid, Ketua Barisan Nasional, membantah klaim bahwa BN telah berunding
dengan GPS atau PN. “Tak ada perundingan apa pun dengan PN sejauh ini yang
bermaksud mencari kesepahaman untuk membentuk pemerintahan dengan gabungan
partai tersebut,” tuturnya. Zahid juga menyatakan
bahwa anggota parlemen BN yang menang dalam pemilihan umum telah memberi
mandat kepadanya untuk menentukan koalisi politik dalam pembentukan
pemerintahan. “Sehubungan dengan ini, anggota parlemen yang melanggar arahan
partai akan kehilangan keanggotaan partai dan kursi Dewan sesuai dengan
undang-undang,” ujarnya seraya menyebut Undang-Undang Larangan Anggota Dewan
Rakyat Berganti Partai yang baru disahkan pada Juli lalu. Dalam
perundingan-perundingan itu, pendulum BN dan GPS masih tampak berubah-ubah
antara mendukung PH atau PN, tapi pelan-pelan Anwar Ibrahim mulai mendapat
lebih banyak sokongan. Ketua Pemuda UMNO Asyraf Wajdi Dusuki menggambarkan
bahwa PH lebih “sopan” dan “beradab” dalam berunding dibandingkan dengan
pemimpin PN yang “arogan”. Keputusan Majelis Kerja Tertinggi (MKT) UMNO pada
23 November lalu memastikan dukungan BN kepada Anwar. “MKT bersepakat bulat
untuk menyokong dan menjunjung titah Yang Dipertuan Agung supaya BN mendukung
dan ambil bagian dalam pemerintahan persatuan yang bukan dipimpin PN,” kata
Ahmad bin Maslan, Sekretaris Jenderal UMNO. Sultan Abdullah kemudian
menggelar Pertemuan Khusus Raja-raja Melayu di Istana Nasional pada Kamis, 24
November lalu. Para raja memutuskan untuk menyerahkan kepada Sultan buat
mengambil keputusan yang terbaik. Sultan kemudian memutuskan untuk memilih
Anwar Ibrahim. “Setelah melalui pandangan penguasa Melayu, Yang Mulia telah
menyetujui untuk mengangkat Datuk Seri Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri
Malaysia Ke-10,” ucap Pengawas Keuangan Istana, Ahmad Fadil Shamsuddin, dalam
pernyataannya. Muhyiddin Yassin, yang
masih ingin menjadi perdana menteri, menantang Anwar Ibrahim untuk menggelar
mosi kepercayaan di Dewan Rakyat. Dalam mosi itu, Anwar harus menunjukkan
surat dukungan dari setiap anggota Dewan pendukungnya meskipun partai mereka
telah bersepakat untuk bergabung dalam koalisi pimpinan Anwar. “Demi
keyakinan rakyat terhadap legitimasi Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri,
Anwar harus membuktikan bahwa dia mendapat dukungan mayoritas anggota Dewan
Rakyat sesuai dengan proses yang ditetapkan Ketua Dewan, yakni menunjukkan
surat pengakuan dukungan (dari anggota Dewan),” tutur Muhyiddin. Anwar Ibrahim menyatakan
bahwa sidang perdana Dewan Rakyat akan digelar pada 19 Desember mendatang
untuk membahas mosi kepercayaan terhadap kepemimpinannya. “Kami tidak khawatir
tentang legitimasi,” ujar Anwar, seperti dikutip Bernama, dalam
konferensi pers pertamanya di Sungai Long Golf & Country Club, Kajang,
Kamis, 24 November lalu. Selain dari Pakatan
Harapan, Anwar mendapat dukungan legislator dari BN, GPS, Partai Warisan,
Ikatan Demokratik Malaysia, dan Partai Bangsa Malaysia serta anggota parlemen
independen. Dengan dukungan 138 anggota Dewan, koalisi pimpinan Anwar menjadi
mayoritas di parlemen. “Kami mengapresiasi bahwa kini kami mendapat komitmen
dari seluruh 30 anggota parlemen Barisan Nasional,” kata Anwar. Dengan
demikian, “Masalah stabilitas (politik) seharusnya tidak akan muncul.” Anwar sebenarnya juga
menawari PN bergabung, tapi PN memilih untuk menjadi oposisi. “PN berterima
kasih kepada Anwar Ibrahim atas tawaran untuk bergabung ke dalam pemerintah
persatuan. Namun kami telah memutuskan untuk tidak bergabung ke dalam
pemerintahan pimpinan PH,” ucap Muhyiddin, seperti dikutip The Vibes. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar