Ganjar
Pranowo, Bakal Capres Parpol atau Survei? Henri
Siagian : Editor Media Indonesia |
MEDIA INDONESIA, 20 November 2022
Akhirnya, PDI Perjuangan akan mengusung Gubernur
Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden pada 2024. Setidaknya itu
adalah keyakinan dari Ketua Umum Ganjar Pranowo (GP) Mania Immanuel
Ebeneazer. Menurut pria yang kerap disapa Noel itu, partai
berlambang banteng itu akan mendeklarasikan Ganjar pada Januari 2023, tepat
pada ulang tahun partai yang kini dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri
tersebut. Alasan PDIP mengusung Ganjar tidak terlepas dari
hitung-hitungan politik yang berbasis pada survei dan kemunculan dukungan
dari masyarakat terhadap Ganjar. Walhasil, PDIP mau tidak mau tentunya
realistis melihat fakta tersebut. Itu menurut Immanuel. Bila melihat sosok Immanuel Ebenezer, dia adalah
ketua dari kelompok Jokowi Mania alias Joman yang terlibat dalam kampanye
mendukung pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin pada Pemilihan Presiden
(Pilpres) 2019. Pada 12 Juni 2021, ia diangkat langsung oleh
Menteri BUMN Erick Thohir menjadi Komisaris Utama PT Mega Eltra yang bergerak
di bidang perdagangan , jasa konstruksi dan keagenan, serta industri cat.
Pada 23 Maret 2022, Noel diberhentikan dari posisi komisaris anak perusahaan
PT Pupuk Indonesia (Persero) itu. Noel juga
menjadi saksi meringankan bagi terdakwa kasus dugaan tindak pidana terorisme
dengan terdakwa Munarman di Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada 23 Februari
2022 atau sebulan sebelum diberhentikan dari jabatan di BUMN. Akan tetapi,
tidak diketahui apakah pemberhentian itu terkait dengan kesaksian Immanuel di
persidangan Munarman. Kini, Immanuel terlibat aktif dalam dukungan
terhadap Ganjar untuk diusung dalam kontestasi Pilpres 2024. Hasil survei Kembali ke nasib Ganjar. Bila melihat beragam
hasil survei selama ini, nama mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan,
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Ganjar bisa dibilang liga utama atau
tiga besar untuk tingkat elektabilitas pilpres. Bahkan, sejumlah lembaga survei seakan berlomba
menampilkan hasil survei teranyar yang terkadang berbeda. Indonesia Network Election Survei ( INES) pada
Rabu, 16 November 2022, merilis Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto
adalah sosok dengan elektabilitas tertinggi. Mengalahkan Prabowo, Ganjar, dan
Anies Baswedan. Adapun berdasarkan survei Political Weather
Station (PWS) yang berlangsung pada periode 4-11 November 2022, tingkat
elektabilitas Prabowo berada di nomor puncak diikuti Ganjar dan Anies
Baswedan. Adapun berdasarkan survei eksperimental Saiful
Mujani Research Center (SMRC) terkait efek sosok Ganjar, Airlangga, dan
Menteri BUMN Erick Thohir terhadap perolehan suara partai Golkar, Ganjar
dianggap paling berpengaruh positif pada penguatan suara Golkar. Bahkan,
menurut SMRC, jika Golkar mencalonkan Ganjar, suara PDIP menjadi turun. Kalau
Ganjar dicalonkan oleh Golkar, dia mengajak pemilihnya pergi ke Golkar. Itu
kata Direktur Eksekutif SMRC Saiful Mujani. Sedangkan Survei Y-Publica menunjukkan posisi
tiga besar bursa calon presiden 2024 adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto,
dan Anies Baswedan. Itu adalah sebagian gambaran hasil survei yang
berlangsung pada November 2022 terkait calon presiden 2024. Lalu, jika PDIP akhirnya mengusung Ganjar dalam
Pilpres 2024 seperti yang diungkapkan Immanuel, apakah berarti PDIP sudah
menuruti apa kata survei? Padahal, fakta yang teramat nyata adalah saat
Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012. Jelang pemilihan putaran pertama,
pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli unggul berdasarkan hasil hampir seluruh
lembaga survei. Apalagi, pasangan itu mengantongi dukungan tujuh partai
politik. Di putaran pertama, mereka kalah menghadapi Jokowi yang berpasangan
dengan Basuki Tjahaja Purnama yang hanya diusung Partai Gerindra dan PDIP. Memasuki putaran kedua, Partai Golongan Karya dan
Partai Persatuan Pembangunan memberikan dukungan kepada pasangan Fauzi Bowo
dan Nachrowi Ramli. Hasilnya, mereka tetap kalah menghadapi Jokowi-Ahok. Akan tetapi, lembaga survei tentu tidak tepat
juga bila disalahkan. Mereka hanya menangkap hasil jajak pendapat terhadap
responden pada saat sebelum pemungutan suara. Sepanjang metodologi penentuan
responden dapat dipertanggungjawabkan, tentu hasil kerja mereka juga sah
secara ilmiah. Mereka bukan melakukan sensus terhadap seluruh penduduk. Ditambah lagi, kata kunci terkait survei
elektabilitas biasanya adalah bila pemungutan suara dilakukan hari ini. Jadi,
bisa saja pemikiran responden hari ini, pada November 2022, akan berbeda
dengan saat pemungutan suara 14 Februari 2024. Dukungan parpol Adapun terkait dukungan partai politik, bila
melihat pemilihan gubernur DKI 2012, jelas terlihat tidak jelas relasi antara
jumlah partai politik dan perolehan suara. Sedangkan bila melihat Pemilu Presiden 2019,
pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin diusung oleh tujuh parpol yang memenuhi
presidential threshold yang memiliki 62,20% suara dan 60,35% kursi DPR
berdasarkan hasil Pemilu 2014. Sedangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno
diusung oleh empat parpol dengan 36,34% suara dan 39,64% kursi DPR. Bila mengacu Pasal 222 Undang-undang Nomor 7/2017
tentang Pemilu dinyatakan, pasangan calon diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan
kursi paling sedikit 20% dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari suara
sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya. Dan pada 30 Juni 2019, Komisi Pemilihan Umum
(KPU) menetapkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin memenangi pilpres dengan 85,6
juta suara atau 55,5%. Adapun Prabowo-Sandiaga meraih 68,6 juta suara atau
44,5% suara sah. Dengan kata lain, perolehan suara kedua pasangan
calon presiden dan wapres pada 2019, melebihi dari perolehan suara parpol
pengusung pada 2014. Bila dibandingkan dengan perolehan suara pada
2019, akumulasi perolehan tujuh parpol pengusung para kandidat masih jauh di
bawah raihan suara pasangan tersebut. Di mana, suara ketujuh parpol bila digabung saja
masih mencapai 79,3 juta suara. Sedangkan empat parpol pendukung
Prabowo-Sandiaga hanya memperoleh 49,5 juta suara. Luar biasa. Pengumpulan suara gabungan parpol
yang memiliki struktur, sistem, dan massa ternyata masih di bawah sosok para
kandidat. Pemilihan secara langsung memang lebih menampilkan citra para
kandidat untuk dijual ke publik. Dan menurut konsultan kampanye Dennis W
Johnson dalam salah satu bukunya, kampanye yang berpusat pada kandidat
merupakan faktor penting dalam menurunnya peran partai politik. Parpol
bertransformasi menjadi perusahaan pengumpulan uang dan saluran keuangan
untuk kampanye (money-gathering enterprises and financial conduits for
campaigns). Hanya saja, konstitusi di Indonesia masih
memastikan, parpol lah yang memonopoli pencalonan presiden. UUD 1945 mengakui
hak monopoli parpol dalam mengajukan calon presiden dan wakil presiden. Dan
dalam aturan turunannya, yakni UU Pemilu, selain hak monopoli, tidak semua
parpol memiliki kebebasan mengajukan calon presiden. Hanya parpol yang
memenuhi presidential threshold 20% jumlah kursi DPR atau 25% dari suara sah. Mengacu aturan ambang batas, hanya PDIP yang
sudah memiliki golden ticket untuk sendirian mengajukan pasangan capres.
NasDem yang sudah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres kerap
dikabarkan akan menyatukan kekuatan dengan PKS dan Partai Demokrat. Lalu, ada Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang
sejauh ini beranggotakan Golkar, PPP, dan PAN. Belum ada pasangan yang pasti
diusung oleh kekuatan ini. Golkar yang diwacanakan mengusung Airlangga
Hartarto, malah diingatkan oleh Presiden Jokowi untuk tidak sembrono.
“Meskipun tadi saya lihat sudah teriak semua Pak Airlangga Hartarto dan saya
juga meyakini bahwa yang akan dipilih oleh partai Golkar, capres maupun
cawapres ini adalah tokoh-tokoh yang benar. Silakan terjemahkan sendiri. Itu
kata Jokowi saat puncak HUT ke-58 Partai Golkar di JIExpo Kemayoran, Jakarta,
Jumat (21 Oktober). Kemudian, Gerindra yang kemungkinan berduet
dengan PKB. Rapimnas Gerindra pada Agustus 2022 sudah mengusung untuk
mencalonkan Prabowo kembali dalam Pilpres 2024. Prabowo juga menyatakan
menerima usulan itu. Lantas, apakah Prabowo akan diduetkan dengan Ketua Umum
PKB Muhaimin Iskandar? Pada Oktober silam, Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) Firli Bahuri menyatakan menjadikan kasus korupsi 'kardus
durian' sebagai perhatian. Bahkan, Firli meminta agar semua pihak mengawal
perkembangan penanganan kasus itu. Kasus itu bermula dari penangkapan pejabat
Kemenakertrans pada 25 Agustus 2011. Dan saat itu, yang menjabat sebagai
Menakertrans adalah Muhaimin. KPK juga menangkap kuasa direksi korporasi
Dharnawati dengan barang bukti uang Rp1,5 miliar yang dibungkus dengan kardus
durian. Pada persidangan 2012, Dharnawati mengaku uang itu ditujukan untuk
Muhaimin. Akan tetapi, pengakuan tersebut telah dibantah berkali-kali oleh
Cak Imin. Kalau sudah seperti ini, apakah kira-kira PKB
akan menjadikan Muhamiin Iskandar sebagai pendamping Prabowo? Kita tunggu
saja. Loncat pagar Bila kembali lagi ke pencapresan Ganjar.
Berdasarkan liga utama capres, berdasarkan kebanyakan hasil survei, hanya
Prabowo sosok dengan elektabilitas bagus dan juga selaku pemilik partai.
Sehingga, hampir bisa dipastikan, langgamnya relatif lebih mulus. Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo adalah sosok
muda dan bukanlah pemilik partai politik. Akan tetapi, Anies Baswedan sudah
agak memiliki kepastian sebagai kandidat seusai dideklarasikan oleh Partai
NasDem. Tinggal, bagaimana mereka akan memenuhi aturan ambang batas
pencalonan presiden. Adapun Ganjar Pranowo, sejauh ini sebenarnya juga
sudah dideklarasikan oleh satu partai politik peserta Pemilu 2019, yakni Partai
Solidaritas Indonesia (PSI). Hanya saja, PSI bukanlah parpol pemilik kursi
DPR pada Pemilu 2019. Sehingga, Ganjar harus bisa memastikan PDIP sebagai
partai asalnya untuk mengusung dirinya. Kecuali, Ganjar nekat lompat pagar ke
parpol lain. Seperti analisa SMRC, bila Ganjar berani lompat
pagar ke Golkar, tentunya berdampak positif ke perolehan suara partai
berlambang pohon beringin itu dan mengurangi perolehan suara PDIP. Berarti,
kuncinya ada di Ganjar. Akan tetapi, yang pasti, hak untuk mengusung pasangan
calon presiden dan wakil presiden secara konstitusional adalah hak monopoli
partai politik. ● Sumber :
https://mediaindonesia.com/opini/538706/ganjar-pranowo-bakal-capres-parpol-atau-survei |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar