Tak
Ada Negara yang Bisa Hidup Sendiri
(Wawancara)
Retno LP Marsudi ;
Menteri Luar Negeri RI
|
KOMPAS, 04 Februari 2017
Menyikapi
munculnya Keputusan Eksekutif (EO) Presiden Donald Trump terkait dengan isu
migrasi, meskipun bukan termasuk negara yang terdampak, Pemerintah Indonesia
telah mengambil langkah-langkah antisipatif untuk melindungi warga negara
Indonesia di Amerika Serikat. Bersama sejumlah negara di dunia, seperti
Turki, Pakistan, Australia, Jerman, dan Perancis, Indonesia juga telah
memberikan tanggapan atas lahirnya keputusan itu.
Dalam
wawancara dengan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi disebutkan, RI sangat
menyesalkan putusan itu. Indonesia menegaskan, jika kebijakan itu lahir
karena alasan memerangi terorisme, satu-satunya cara meraih kemenangan adalah
melalui kerja sama internasional. Tidak mungkin satu negara dapat
melakukannya sendiri. Oleh karena itu, sangat penting mengembangkan hubungan
baik dengan sebanyak mungkin negara.
Berikut
petikan wawancara Kompas dengan Retno, Jumat (3/2), di ruang kerjanya di
Kementerian Luar Negeri, Jakarta.
Terkait
dengan kebijakan Presiden Donald Trump, terutama untuk WNI di Amerika
Serikat, apa langkah-langkah advokasi yang telah diambil pemerintah pasca
lahirnya kebijakan itu?
Merespons
Keputusan Eksekutif mengenai imigrasi, sejak awal mulai kampanye, kami sudah
menyiapkan semuanya. Kami sudah lakukan komunikasi sangat intensif antara
Jakarta dan semua perwakilan RI yang ada di Amerika Serikat. Intinya, kami
sudah memetakan penyebaran WNI. Yang terdata sekitar 146.000 dan kami sudah
mengeluarkan imbauan. Isinya tentang apa yang harus dilakukan oleh WNI,
termasuk hak-hak hukum mereka, yang sebenarnya merujuk pemberitaan lembaga
pemerintah yang ada di Amerika Serikat.
Kami
juga sudah berbicara dengan Duta Besar RI di Washington Budi Bowoleksono dan
beliau mengatakan akan segera menerbitkan sebuah kartu saku yang bisa
digunakan WNI. Buku saku itu, antara lain, berisi panduan dan nomor-nomor
khusus yang bisa dihubungi. Yang penting warga negara kita tahu ke mana
mereka harus menghubungi jika terjadi masalah dengan mereka. Intinya, semua
sudah disiapkan jika suatu saat situasi menjadi lebih buruk.
Indonesia
telah lama menjalin relasi dengan AS. Bagaimana menyikapi kebijakan itu?
Semua
orang, semua negara, tahu bahwa ini adalah keputusan dari sebuah negara yang
berdaulat. Namun, jika dalam keputusan tersebut ada prinsip-prinsip
internasional yang tidak dipenuhi, wajar jika negara lain memberikan
komentar. Sebab, sekali lagi, dalam hubungan internasional ada
prinsip-prinsip dan tata nilai yang dianut.
Dalam
hubungan bernegara selalu ada take and give. Saya yakin tidak mungkin ada
negara yang bisa hidup sendiri. Oleh karena itu, mengembangkan hubungan baik
dengan sebanyak mungkin negara dengan cara menghormati prinsip-prinsip itu
menjadi perlu tetap dilakukan.
Kalau
kebijakan itu ditujukan untuk memerangi terorisme, kita semua tahu, untuk
mendapatkan hasil optimal, itu hanya bisa dilakukan melalui kerja sama
internasional. Kita sangat menyesalkan kebijakan itu, dengan alasan bahwa
kalau ini memang untuk memerangi terorisme, bukankah kita semua paham bahwa
kerja sama internasional adalah cara terbaik memerangi terorisme.
Selain
itu, semua orang tahu, tidak ada kaitannya terorisme dengan agama apa pun.
Itu sangat jelas. Jadi, kita sangat menyesal karena ada prinsip-prinsip yang
harus kita sampaikan.
Melihat
situasi seperti itu, apakah kerja sama Indonesia-AS akan tetap sama atau ada
harapan baru?
Saya
ingin mengambil dasar pada apa yang dikatakan Duta Besar AS yang baru, Joseph
R Donovan Jr. Beliau mengatakan, AS memiliki komitmen tinggi untuk
melanjutkan kemitraan komprehensif dengan Indonesia. Itu yang saya pegang.
Komitmen Indonesia selalu sama, yaitu meningkatkan hubungan yang saling menguntungkan
dengan negara mana pun, termasuk dengan AS. Apalagi AS adalah salah satu
mitra terpenting kita.
Dalam
isu Palestina, bagaimana sikap Indonesia menanggapi sikap AS?
Ke
depan, jalannya akan semakin bergelombang. Kita sudah bertemu dan berbicara
dengan banyak pihak tentang bagaimana melihat masa depan perdamaian antara
Israel dengan Palestina dan kita sampai pada satu titik bahwa Indonesia tidak
akan berhenti. Tugas kita adalah memperoleh dukungan dari sebanyak mungkin
negara di dunia untuk mendukung perjuangan Palestina. Kita tidak akan
berhenti. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar