Jaga
Stabilitas, Dukung Pemulihan Ekonomi
Tirta Segara ;
Direktur Eksekutif Departemen
Komunikasi Bank Indonesia
|
KORAN
SINDO, 31
Januari 2017
New year brings new hope
for economy. Tahun baru membawa harapan baru.
Pernyataan tersebut bukanlah sekadar isapan jempol, apalagi omong kosong. Tengok saja perkembangan ekonomi global yang
menunjukkan berbagai indikasi perbaikan. Ekonomi dunia yang diperkirakan
tumbuh 3,1% pada 2016 lalu, tahun ini direvisi ke atas dari 3,2% menjadi
3,4%. Hal ini ditopang oleh revisi ke atas ekonomi Amerika Serikat (AS)
menjadi 2,3% dan ekonomi Tiongkok menjadi 6,5%. Beberapa indikator
makroekonomi dari Negeri Paman Sam, seperti konsumsi dan investasi nonresidensial,
menunjukkan peningkatan.
Selain
itu, tingkat pengangguran mereka juga berada pada level yang rendah dengan
inflasi yang mengarah ke target jangka panjangnya. Di belahan dunia lain,
Negeri Tirai Bambu pertumbuhannya juga membaik. Hal ini tecermin dari
meningkatnya penjualan eceran dan investasi swasta. Perbaikan prospek ekonomi
Tiongkok juga didorong oleh kebijakan pemerintah yang memprioritaskan growth
over reform.
Harapan
baru juga datang dari pasar komoditas. Lihatsaja harga komoditas-komoditas
dunia yang memberikan harapan baru yang lebih baik. Harga batubara serta
komoditas nonenergi tembaga dan timah meningkat dari proyeksi semula.
Kenaikan harga logam diperkirakan berlanjut akibat
perbaikanekonomiTiongkokdandampak kebijakan infrastruktur Presiden AS Donald
Trump.
Sementara
itu, kebutuhan untuk persediaan (inventory) mengantisipasi musim dingin telah
mendorong naiknya impor batubara Tiongkok. Dari domestik, harapan ekonomi
tumbuh lebih baik dibandingkan 2016 terbuka lebar. Perbaikan kinerja ekspor
pada kuartal IV tahun 2016 berpotensi berlanjut pada 2017 ditopang oleh
kenaikan permintaan global, khususnya negaranegara mitra dagang, dan
peningkatan harga komoditas global.
Harapan
terhadap perbaikan ekspor tersebut juga didorong oleh produk manufaktur yang
terus membaik. Terjaganya stabilitas makroekonomi dan implementasi UU
Pengampunan Pajak yang berjalan baik turut memberi kepercayaan kepada
investor asing. Sentimen positif tersebut tecermin dari transaksi modal dan
finansial yang mencatat surpluscukupbesarpada kuartal IV/2016.
Posisi
cadangan devisa Indonesia akhir Desember 2016 tercatat meningkat menjadi
USD116,4 miliar dan diperkirakan lebih tinggi pada 2017. Geliat investasi di
Tanah Air juga semakin terlihat, didukung meningkatnya pembiayaan dari kredit
perbankan ataupun pembiayaan nonbank. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi
rumah tangga diperkirakan tetap stabil.
Dengan
perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi domestik pada 2017 diperkirakan
meningkat di kisaran 5,0-5,4%, lebih tinggi dari capaian tahun 2016. Harapan
yang baik juga tecermin dari kondisi sistem keuangan domestik yang tetap
stabil ditopang oleh ketahanan industri perbankan yang terjaga.
Pada
tahun ini, sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan dampak pelonggaran
kebijakan moneter serta makroprudensial yang telah dilakukan sebelumnya,
pertumbuhan kredit dan DPK diperkirakan lebih baik, masingmasing dalam
kisaran 10-12% dan 9-11%. Pembiayaan korporasi nonbank dari pasar keuangan
juga diperkirakan terus meningkat, terutama dalam bentuk right issue dan
penerbitan obligasi korporasi.
New
year also brings new challenge. However, don’t limit your challenge, but
challenge your limit. “Tahun baru juga berarti tantangan baru. Namun
janganlah batasi tantanganmu, tapi tantanglah keterbatasanmu.” Begitu
kira-kira kata orang bijak. Sejumlah harapan baru di tahun ini akan
berhadapan dengan sejumlah tantangan baru dalam pencapaiannya.
Dari
sisi global, tantangan tersebut utamanya berasal dari dampak kebijakan fiskal
dan perdagangan internasional AS. Meskipun banyak kalangan menilai bahwa
rencana kebijakan fiskal yang agresif dari Presiden Donald Trump secara
ekonomi kurang feasible karena dihadapkan pada kendala peningkatan defisit
anggaran pemerintah yang tinggi, harus kita waspadai.
Selain
itu, seiring dengan membaiknya ekonomi AS, Fed Fund Rate (FFR) pada 2017
diperkirakan naik dua kali, yang berpotensi meningkatkan cost of borrowing .
Di sisi dunia lain, proses penyesuaian ekonomi dan keuangan Tiongkok yang
diperkirakan memperlemah mata uangnya untuk meningkatkan daya saing serta
berbagai risiko geopolitik turut menjadi tantangan pada 2017 ini.
Tantangan
lain yang perlu diwaspadai adalah harga minyak dunia yang cenderung meningkat
dan tren peningkatannya diperkirakan terus berlanjut. Perkiraan lebih
tingginya harga minyak pada 2017 didorong oleh realisasi harga Desember 2016
yang meningkat serta pelaksanaan kesepakatan OPEC dan 10 negara non-OPEC
untuk melakukan pemangkasan produksi (production cut).
Kebijakan
pengurangan supply ini akan mendorong net demand, alias permintaan minyak
yang lebih tinggi dari jumlah minyak yang ditawarkan. Akibatnya, harga minyak
pada 2017 akan terkerek naik dan diperkirakan menjadi sekitar USD47-50 per
barel, sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Dari domestik,
tantangan berasal dari upaya pengendalian inflasi yang akan menghadapi
sejumlah risiko yang perlu terus diwaspadai.
Hal
ini utamanya terkait penyesuaian administered prices sejalan dengan kebijakan
lanjutan reformasi subsidi energi oleh pemerintah, serta risiko kenaikan
harga volatile food. Dihadapkan pada sejumlah tantangan global dan domestik
tersebut, serta prospek ekonomi kedepan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank
Indonesia pada 18-19 Januari 2017 memutuskan untuk mempertahankan BI7-day
Reverse Repo Rate tetap sebesar 4,75%.
Keputusan
tersebut sejalan dengan upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas makroekonomi
dan sistem keuangan dengan tetap mengoptimalkan pemulihan ekonomi domestik di
tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Disadari bahwa pertumbuhan
ekonomi nasional dalam satu atau dua tahun mendatang diperkirakan tidak
setinggi tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai lebih dari 6%.
Oleh
karena itu diperlukan dorongan atau stimulus bagi pemulihan ekonomi domestik,
baik dari sektor fiskal, sektor riil, maupun moneter. Namun, stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan yang telah kita capai dengan segala
ketekunan dan disiplin yang tinggi harus kita jaga, karena merupakan
prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Nah,
sebagai penjaga stabilitas ekonomi bangsa, Bank Indonesia berkomitmen untuk
tetap menjaganya dengan menerapkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial,
dan sistem pembayaran, dengan tetap mempertimbangkan dukungan bagi
optimalisasi pemulihan ekonomi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar