Haus
Samuel Mulia ;
Penulis
Kolom PARODI Kompas Minggu
|
KOMPAS, 19 Februari 2017
Teman saya
menyemprot rekan kerjanya setelah ia kena semprot atasannya. Gara-garanya
rekan kerjanya itu lupa memberi ucapan selamat ulang tahun kepada salah satu
nasabah mereka yang dikategorikan super prioritas.
Apakah...?
Cerita itu
langsung memberi inspirasi secara cepat di kepala. Judul yang Anda baca itu
pun langsung keluar begitu saja dari kepala. Selesai mendengar ceritanya,
saya jadi mikir. Kalau ada yang haus kekuasaan, ada yang haus akan perhatian.
Buat saya, itu sebuah cerita menarik.
Hal yang
menarik bukan soal nasabah menumpahkan kekesalannya. Kalau itu sudah terlalu
basi untuk dianggap menarik. Itu sebuah pengalaman yang sudah saya alami
"berjuta" kali sampai saya pernah berasumsi bahwa makin kaya
seseorang, kok, sepertinya makin susah rendah hati.
Hal yang
menarik adalah mengapa seseorang sampai menjadi kesal karena tak mendapat
perhatian yang berasal dari luar? Kok, sepertinya perhatian yang dari dalam
dirinya atau keluarganya atau pasangannya tidak cukup. Apalagi, masih haus
perhatian dari orang yang sama sekali tak ada ikatan batinnya.
Bahkan, kalau
masih dapat disebut ikatan batin, itu pun terjadi karena diawali hubungan
nasabah dan karyawan yang melayani, apalagi kalau melihat uang yang disetor
oleh seorang nasabah menggunung seperti hendak mengalahkan tingginya
Himalaya.
Maka, saya
kemudian berpikir, mengapa mereka masih membutuhkan perhatian dari luar,
sementara di dalam rumah mereka mendapatkan sebuah ikatan batin dan perhatian
yang dari hati? Maka, otak saya sebagai manusia yang tak pernah kaya raya,
bahkan dikategorikan kaya saja tidak, mulai berpikir keras dan kencang
setengah mati.
Apakah mungkin
orang kaya raya itu selalu merasa tidak cukup? Sudah mendapat perhatian dari
orang dalam dan diberikan dengan penuh cinta, tetapi masih ingin mendapat
yang dari luar dan sama sekali tidak diberikan dengan cinta. Saya sampai
menyimpulkan bahwa orang kaya raya itu selalu ingin menguasai, ingin memiliki
lebih. Kalau bisa dapat di luar dan di dalam, mengapa harus salah satunya
saja.
Apakah mungkin
kehidupan orang kaya raya itu seperti cerita cliché dalam film atau serial
televisi? Di mana sering kali digambarkan bahwa keadaan rumah tangga kebanyakan
orang yang berpredikat kaya raya itu digambarkan dengan percekcokan suami
istri atau orangtua dan anak.
"Attention seeker"
Akibat dari
ketidakbahagiaan di dalam rumah, seseorang yang kaya raya itu akan mencari
perhatian yang tersedia di luar. Hal itu bisa didapatinya dari teman-temannya
atau dari seorang pegawai sebuah perusahaan.
Apakah selama
ini saya keliru kalau berpikir bahwa orang kaya raya itu memang berbeda dalam
memenuhi kebutuhannya untuk mendapat perhatian dibandingkan dengan orang yang
miskin atau yang biasa-biasa saja?
Atau
sejujurnya, yang membedakan kaya raya, miskin, dan biasa saja itu hanya
jumlah uang yang dimiliki seseorang, tetapi pada akhirnya kita semua adalah
manusia biasa yang senang untuk mendapatkan perhatian dan senang mencari
perhatian.
Pada akhirnya
status macam apa pun tak bisa menghindari seseorang dari tidak membutuhkan
perhatian. Baik perhatian yang sederhana sampai yang berlebihan.
Jadi,attention seeker itu adalah predikat semua manusia dengan status apa
pun.
Dan, ketika si
attention seeker ini merasa kekurangan, salah satu cara adalah mencari di
luar dirinya atau di luar rumahnya. Bentuk bisa berbagai macam. Dari mengomel
seperti cerita saya di atas sampai melihat dan membaca berbagai foto dan
ungkapan yang diunggah seseorang di berbagai media sosial yang dimilikinya.
Pertanyaan
saya terakhir, mengapa seseorang hanya untuk mendapatkan perhatian, ia
menghubungkan dengan jumlah uang yang disimpannya di sebuah bank, misalnya?
Kalau saya jadi nasabah kaya raya, yang saya butuhkan adalah fasilitas yang
mendukung agar dana saya bisa berkembang. Saya akan mengomel kalau saya tak
mendapatkan itu.
Saya tak akan
mengomel karena saya tidak mendapat ucapan selamat ulang tahun hanya karena
saya punya dana sekian miliar. Lagian, waktu saya hendak menyimpan dana,
fasilitas utama yang diinformasikan juga bukan karena saya akan mendapat
ucapan selamat ulang tahun atau boleh mengambil 10 botol minuman yang
disediakan di ruang tunggu utama bagi nasabah prioritas.
Kemudian,
nurani saya langsung menggelegar. "Jangan suka ngomong gitu. Elo belum
pernah aja jadi nasabah prioritas. Kalau lihat elo yang sekarang miskin aja
haus perhatian, uda bisa sih ngebayangin kalau elo kaya-raya." ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar