Senin, 01 Agustus 2022

 

People Logistic dan Fenomena CFW

Yelita Anggiane Iskandar :  Dosen Teknik Logistik Universitas Pertamina

REPUBLIKA, 29 Juli 2022

 

 

                                                           

Masih lekat dalam ingatan, pada April lalu, kontroversi Paris Fashion Week (PFW) menjadi isu hangat yang diperbincangkan warganet Indonesia di berbagai platform media sosial (medsos).

 

Kini, Citayam Fashion Week (CFW) seolah menjadi ‘saudara kembar’ yang tak kalah menyita perhatian publik. CFW menjadi istilah yang tak asing, terutama bagi mereka yang gemar berselancar di medsos, seperti Instagram dan TikTok.

 

Di industri fesyen, kita mengenal adanya rangkaian acara peragaan busana (fashion show) fenomenal, yang menampilkan hasil karya para desainer ternama dunia.

 

Acara pagelaran busana ini diselenggarakan di empat kota pusat mode dunia  (Big Four), yakni Paris, Milan, New York, dan London. Big  Four telah menjadi kiblat bagi masyarakat pecinta mode selama beberapa dekade.

 

Selain di empat kota tersebut, kini perhelatan serupa digelar di berbagai kota lainnya, seperti Tokyo, Shanghai, Hong Kong, Seoul, dan Frankfurt.

 

Cerita tumbuhnya CFW memang tak seperti sejarah munculnya peragaan busana PFW dan teman-temannya. CFW muncul terutama karena berkembangnya infrastruktur transportasi yang kini menjadi serba terhubung.

 

Ini berdampak sangat besar terhadap pembangunan keberlanjutan di daerah, termasuk Citayam yang letaknya terasa semakin dekat dengan Jakarta. Infrastruktur transportasi yang mumpuni mampu menggerakkan lebih banyak manusia berpindah dalam jarak lebih jauh.

 

Infrastruktur transportasi yang terintegrasi, membangkitkan fenomena people logistics. Logistik secara umum dijelaskan sebagai kegiatan mengantarkan barang termasuk jasa dari titik asal ke titik tujuan, yaitu titik konsumsi.

 

Bisa kita jumpai, misalnya pada proses pengantaran pesanan makanan dari restoran kepada konsumen.

 

Pada perspektif lain, jika yang berpindah adalah orang, kita menyebutnya people logistics. Perpindahan barang, jasa, ataupun orang ini tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya fasilitas pendukung, yang salah satunya infrastruktur transportasi.

 

Sebagaimana manajemen logistik pada barang dan jasa, orang sebagai “objek” pun perlu diatur dengan baik untuk mencapai tujuan pengelolaannya. Dalam manajemen logistik, diperlukan pengaturan rantai pasok.

 

Ini demi membantu perusahaan atau organisasi merencanakan, mengelola, dan menjalankan distribusi barang atau jasa.

 

Jika diimplementasikan pada lingkup people logistics, pengelolaannya dimaksudkan demi lancarnya distribusi atau “perpindahan” orang dari titik keberangkatan hingga titik tujuan.

 

Infrastruktur transportasi memang tak bisa dilepaskan dari manajemen logistik. Sejatinya, infrastruktur sebagaimana istilahnya, bersifat netral, tidak baik ataupun buruk. Pemanfataan infrastruktur inilah yang kemudian mengandung nilai.

 

Bisa bernilai baik, seperti menambah kualitas hidup. Bisa pula buruk karena menimbulkan kekacauan. Nilai ini merupakan bentuk manifestasi dari manajemen people logistics. 

 

Pembangunan infrastruktur transportasi, terlebih untuk area ibu kota negara dan sekitarnya, seyogianya dibarengi perencanaan people logistics yang matang. Pengaplikasian konsep manajemen logistik, membantu menyelesaikan permasalahan terkait people logistics.

 

Pada manajemen logistik secara umum, kita dapat mengidentifikasi komponen-komponen dasar penyusunnya, yang terdiri atas perencanaan permintaan, pengelolaan bahan baku, persediaan, penyimpanan, dan transportasi.

 

Jika kita refleksikan pada isu people logistics, perencanaan permintaan barang dapat diterjemahkan sebagai peramalan (forecasting) pergerakan orang.

 

Apabila sudah mampu menduga pola pergerakan orang, kita bisa memperkirakan tempat titik-titik keramaian terjadi, kelompok atau kelas sosial masyarakat mana yang akan mendominasi, kegiatan apa yang akan dilakukan, dan seterusnya.

 

Dengan demikian, kita dapat mengatur berbagai hal yang menjadi efek dominonya. Fenomena CFW yang ramai sekarang ini merupakan dampak jangka pendek dari berkembangnya infrastruktur transportasi.

 

Dalam jangka panjang, perubahan jaringan pergerakan manusia akibat tumbuhnya infrastruktur transportasi, akan mendorong tingkat urbanisasi yang  lebih tinggi lagi hingga memacu pertumbuhan penduduk.

 

Ada banyak aspek yang tersentuh, sekarang dan nanti. Bukan hanya ekonomi, melainkan juga sosial dan lingkungan. Sementara itu, kita berbenah menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) jangka pendek CFW, PR lainnya terkait pengelolaan jangka panjang juga perlu terus dikejar.

 

Dibutuhkan partisipasi dan kerja sama aktif berbagai sektor, pemerintah dan swasta, masyarakat umum dan akademisi, lintas kota dan provinsi demi mewujudkan masyarakat madani dalam tata kelola perkotaan yang baik. ●

 

Sumber :  https://www.republika.id/posts/30396/people-logistic-dan-fenomena-cfw

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar