Buat Apa Jokowi
Memilih Zulkifli Hasan Sebagai Menteri Pedagangan Budiarti Utami Putri : Wartawan Majalah Tempo |
MAJALAH TEMPO, 18
Juni
2022
MALAM setelah dilantik
menjadi Menteri Perdagangan pada Rabu, 15 Juni lalu, Zulkifli Hasan
mengumpulkan sejumlah ekonom di rumah dinasnya di kawasan Widya Chandra,
Jakarta Selatan. Ketua Umum Partai Amanat Nasional tersebut meminta masukan
setelah ditunjuk Presiden Joko Widodo menggantikan Muhammad Lutfi. Ketua Dewan Pimpinan Pusat
PAN Bima Arya, yang hadir dalam pertemuan, menyarankan Zulkifli
memprioritaskan penanganan langkanya minyak goreng kemasan. Wali Kota Bogor,
Jawa Barat, ini mengatakan masalah itu menjadi perhatiannya sebagai kepala daerah. “Saya mendukung Bang Zul
agar tak gentar dan memenuhi harapan publik untuk mengatasi persoalan minyak
goreng,” kata Bima kepada Tempo, Kamis, 16 Juni lalu. Bima bercerita, salah
satu pakar yang hadir ialah Didik Junaidi Rachbini—ekonom yang juga mantan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari PAN. Kepada Tempo, Didik
Rachbini mengaku kerap memberikan masukan kepada Zulkifli soal kebijakan
ekonomi. “Kepada sahabat pasti saya akan memberikan saran profesional apalagi
diminta,” ucap Rektor Universitas Paramadina ini lewat pesan pendek, Jumat,
17 Juni lalu. Bima Arya enggan merinci
tamu lain yang hadir. Menurut dia, Zulkifli juga sempat menghubungi dua
pendahulunya di PAN, yaitu Hatta Rajasa dan Soetrisno Bachir. “Dukungan dari
senior partai tidak berhenti mengalir,” ujarnya. Pelantikan Zulkifli
menjawab penantian panjang PAN untuk kembali masuk kabinet. Selama Jokowi
menjadi presiden, kader partai itu selalu menjadi menteri di tengah
pemerintahan. Pada periode pertama Jokowi, PAN menempatkan Asman Abnur sebagai
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. PAN tidak ikut serta dalam
awal pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla karena mendukung Prabowo Subianto-Hatta
Rajasa pada pemilihan presiden 2014. Dua tahun menjadi menteri, Asman Abnur
mundur pada Agustus 2018 setelah PAN memutuskan tak mendukung Jokowi-Ma’ruf
Amin dan menjagokan pasangan Prabowo-Sandiaga Uno. Sinyal Partai Amanat
Nasional merapat ke koalisi pemerintah kembali muncul setelah Zulkifli Hasan
bertemu dengan Jokowi pada 14 Oktober 2019, sepekan sebelum pelantikan
menteri. Saat itu, Jokowi menyatakan ada peluang partai lain bergabung dengan
koalisi pendukung pemerintah. Tapi Zulkifli menyangkal ada pembicaraan soal
posisi menteri. “Kami tahu diri,” katanya.
Jokowi akhirnya tak memasukkan kader PAN ke daftar menteri. (Baca: Bagaimana
Lobi-lobi Menarik PAN ke Koalisi Jokowi) Sebelum reshuffle kabinet
Jokowi digelar pada Desember 2020, kabar masuknya PAN kembali berembus.
Semula beredar informasi bahwa PAN akan mendapat satu kursi menteri. Namun
tak ada kader partai itu yang dilantik sebagai menteri. Begitu pula saat
Jokowi melantik dua menteri pada 28 April 2021. Meski demikian, PAN
terang-terangan bergabung dengan koalisi pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin pada
25 Agustus 2021. Kala itu, Zulkifli Hasan dan Sekretaris Jenderal PAN Eddy
Soeparno menghadiri persamuhan pimpinan partai koalisi Jokowi di Istana
Merdeka. Seusai pertemuan, Presiden
Jokowi membisiki Zulkifli bahwa akan ada pembicaraan lanjutan. Informasi ini
dibenarkan oleh Wakil Ketua Umum PAN Yandri Susanto. “Pak Zul, nanti kita
ketemu lagi,” ujar Yandri. Namun Yandri menyatakan tak ada pembicaraan soal
reshuffle kabinet. Meski demikian, di
kalangan pengurus PAN beredar informasi bahwa Presiden berniat memberikan
satu kursi menteri. Dua pengurus partai itu menyatakan Presiden sempat
menawarkan sejumlah posisi, yakni Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan, Menteri Perhubungan, serta Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah. Sumber yang sama
menyebutkan Zulkifli Hasan menyodorkan sejumlah nama kepada Presiden, yaitu
mantan Ketua Umum PAN, Soetrisno Bachir; serta sejumlah kader yang berada di
DPR, yakni Asman Abnur, Eddy Soeparno, dan Viva Yoga Mauladi. Namun Istana
meminta Zulkifli sendiri yang mengisi jatah tersebut. Sejak saat itu, isu
masuknya kader PAN sebagai calon menteri kembali bergulir di kalangan
petinggi partai. Tapi, menurut sejumlah pengurus PAN, kabar tersebut sempat
menguap karena Istana tak kunjung memberi kepastian. (Baca: Pisah Jalan Dua
Besan, Amien Rais-Zulkifli Hasan) Wakil Ketua Umum PAN Bima
Arya bercerita, jeda waktu yang lumayan lama sempat membuat pengurus
partainya tak lagi menanti perombakan kabinet. Mereka sepakat PAN bertahan di
koalisi pemerintahan Jokowi meski tak mendapat jatah menteri. “Keputusan
partai mendukung Pak Jokowi sudah final,” ucapnya. Dua politikus PAN lain
bercerita, sejumlah pengurus sempat kecewa lantaran tak kunjung ada kepastian
soal jatah menteri. Apalagi PAN sudah menjadi “anak baik” yang mendukung setiap
kebijakan pemerintah. Menjelang akhir Februari lalu, Zulkifli Hasan ikut
mengusulkan penundaan pemilihan umum dan perpanjangan masa jabatan presiden. Imbas melontarkan wacana
ini, menurut seorang petinggi PAN, partai itu babak belur dikritik. Sigi Lembaga
Survei Indonesia pada 25 Februari-1 Maret lalu mencatat, mayoritas pendukung
PAN tak setuju penundaan pemilu. Sedangkan survei Indonesia Political Opinion
pada 11-17 Maret lalu mencatat, elektabilitas PAN menurun hingga tinggal 2,2
persen. Orang dekat Zulkifli Hasan
mengatakan kepastian kader PAN masuk kabinet disampaikan Presiden Jokowi pada
Selasa, 24 Mei lalu. Malam itu Jokowi memanggil Zulkifli ke Istana Bogor.
Dalam pertemuan itu, Presiden meminta Zulkifli bersiap masuk kabinet. Menurut sumber yang sama,
Jokowi mengatakan bahwa Zulkifli mungkin akan didapuk sebagai Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional. Alternatif lain, Wakil Ketua
Majelis Permusyawaratan Rakyat itu akan menjadi Menteri Perdagangan. Kepada
Presiden, Zulkifli menyatakan kesiapannya. Wakil Ketua Umum PAN
Yandri Susanto membenarkan adanya pertemuan tersebut. Namun ia membantah ada
pembicaraan mengenai perombakan kabinet. “Saya tanya apakah membahas
reshuffle, kata Bang Zul tidak ada,” tutur Ketua Komisi Agama DPR ini kepada
Tempo, Kamis, 16 Juni lalu. Tak sampai sebulan seusai
pertemuan itu, Jokowi melantik Zulkifli Hasan sebagai Menteri Perdagangan.
Wakil Ketua Umum PAN Bima Arya membantah jika posisi Menteri Perdagangan
disebut menjadi ganjaran karena Zulkifli mendukung penundaan pemilu. Ia
mengklaim masuknya PAN ke kabinet adalah buah komunikasi panjang dan intens
dengan Presiden Jokowi. “Terlalu sederhana kalau dikaitkan langsung dengan
isu perpanjangan masa jabatan presiden,” katanya. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar