Peran Mantan
Pendukung Jokowi yang Kini Menyokong Anies Baswedan Raymundus Rikang : Wartawan Majalah Tempo |
MAJALAH TEMPO, 25
Juni
2022
SABAN-saban Gubernur DKI
Jakarta Anies Baswedan melawat ke luar negeri, di situ ada Thomas Trikasih
Lembong. Mantan Menteri Perdagangan tersebut, misalnya, berada di samping
Anies tatkala berjumpa dengan Wali Kota Berlin Franziska Giffey dan petinggi
Kementerian Luar Negeri Jerman, Petra Sigmund, di Berlin pada pekan kedua Mei
lalu. Saat Anies bertemu dengan
pejabat Danone International di Paris dan Menteri Perdagangan Internasional
Inggris Anne-Marie Trevelyan di London, Thomas Lembong pula yang menemaninya.
“Saya dan Pak Anies sudah berkawan selama 17 tahun,” kata Thomas lewat pesan
tertulis pada Sabtu, 25 Juni lalu. Tom Lembong—sapaan
Thomas—menjadi bagian dari ring satu Anies dalam dua tahun terakhir. Kala
menghadiri berbagai forum diskusi di luar negeri, Anies mengenalkan Tom
sebagai anggota tim Komite Investasi Jakarta, yang dibentuk melalui Keputusan
Gubernur Nomor 83 Tahun 2020. Pada Agustus 2021, Anies mengangkat Tom sebagai
Komisaris Utama dan Independen PT Pembangunan Jaya Ancol, perusahaan milik
pemerintah DKI Jakarta. Sebelum merapat ke Anies,
Tom dikenal sebagai orang dekat Presiden Joko Widodo. Dalam wawancara khusus
dengan Tempo pada Agustus 2015, Jokowi mengaku mengenal Tom sejak pemilihan
Gubernur DKI Jakarta pada 2012. Tom pernah menawarkan kongsi bisnis kepada
Jokowi, tapi batal terwujud. “Dia pelaku ekonomi riil, punya galangan kapal,
bioskop, restoran, dan masih muda,” ucap Jokowi saat itu. Thomas Lembong menjabat
Menteri Perdagangan pada 2015-2016, lalu memimpin Badan Koordinasi Penanaman
Modal hingga 2019. Pada awal pemerintahan Jokowi, Tom memboyong sejumlah
investor asing yang bergabung dalam 20-20 Investment Association ke Istana
Negara. Firma investasi milik Tom, Quvat Management Pte, anggota asosiasi
itu. Di perusahaan yang berbasis di Singapura itu, Abdillah Baswedan—adik
Anies—pernah didapuk menjadi direktur keuangan. Menurut orang dekat Anies,
Tom cukup intens memberi masukan dan merumuskan naskah-naskah kebijakan di
bidang ekonomi. Strategi ekonomi itu akan dipaparkan jika Anies resmi maju
sebagai calon presiden 2024. Dua narasumber yang dekat dengan Anies
mengatakan Tom juga yang membantu mantan Rektor Universitas Paramadina itu
untuk membuka akses ke komunitas internasional. Salah satunya Chatham House
di Inggris. Chatham House adalah forum
diskusi prestisius yang mengundang pemimpin, akademikus, dan pembuat
kebijakan. Seorang anggota tim gubernur menyebutkan Tom berkawan baik dengan
salah satu pemimpin Chatham House. Di forum itu, Anies memaparkan kondisi
demokrasi di Indonesia dan program kerja di Jakarta. Tom mengungkapkan sering
berdiskusi dengan Anies soal perkembangan ekonomi global dan efeknya terhadap
Indonesia dan Jakarta. Ia secara rutin memasok data ekonomi terbaru kepada
Anies. “Saya juga memberi masukan untuk menyesuaikan kebijakan investasi
dengan tren terkini dan mengampu Jakarta Investment Forum,” ujar lulusan
Harvard University, Amerika Serikat, ini. Anies juga dibantu bekas
bawahan Jokowi lainnya, Sudirman Said. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
pada 2014-2016 itu menjabat Komisaris Utama PT Transportasi Jakarta sejak
Maret tahun ini. Sebelumnya, Sudirman menjadi Komisaris Utama PT Food Station
Tjipinang Jaya, perusahaan milik pemerintah DKI di bidang penjualan dan
distribusi bahan pangan. Ketika Anies terpilih
menjadi Gubernur DKI Jakarta, Sudirman ditunjuk memimpin tim sinkronisasi.
Tim ini bertugas menyelaraskan program Anies dengan pemerintah DKI Jakarta.
Salah satunya pembahasan rencana pembangunan jangka menengah daerah 2017-2022
serta pembuatan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Sudirman enggan
berkomentar ihwal keterlibatannya membantu Anies. Sekretaris Jenderal Palang
Merah Indonesia ini mengaku sedang dalam perjalanan dari Jenewa, Swiss,
setelah menghadiri Global Migration Leadership Group. “Saya belum bisa
merespons,” kata Sudirman. Anies juga disokong
anggota Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia, Sunny Tanuwidjaja. Tiga
narasumber yang mengetahui keterlibatan Sunny mengungkapkan mantan anggota
staf Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok itu memberi masukan soal isu strategis
di bidang sosial dan politik. Anies dan Sunny sama-sama pernah menempuh
program doktoral di Northern Illinois University, Amerika Serikat. Sunny pernah terseret
kasus reklamasi Pantai Utara Jakarta pada 2016. Nama Sunny disebut beberapa
kali dalam berkas putusan Mohamad Sanusi, terpidana tujuh tahun penjara dalam
kasus suap pembahasan rancangan peraturan daerah tentang reklamasi. Sunny
disinyalir aktif berkomunikasi dengan para pengembang pulau-pulau buatan. Selain memberikan masukan
kepada Anies, Sunny disebut memprakarsai wadah tukar gagasan yang disebut
Forum Mandala. Dua orang dekat Anies bercerita, peserta komunitas diskusi ini
sangat terbatas dan kerap membahas kebijakan pemerintah. Seorang narasumber
mengaku pernah hadir dalam pertemuan yang digelar di kawasan Kuningan,
Jakarta Selatan. Menurut dia, kegiatan ini setidaknya sudah dua kali
dilaksanakan. Thomas Lembong dan seorang
mantan Wakil Menteri Perdagangan pernah diundang ke Forum Mandala dalam
kesempatan terpisah. Menurut seorang pejabat Balai Kota yang pernah datang ke
forum, dua pembicara itu membahas kelangkaan bahan kebutuhan pokok serta
dampak perang Rusia-Ukraina terhadap perdagangan dan stok pangan. Sunny menolak berkomentar
mengenai keterlibatannya di Balai Kota. “Saya sedang di luar kota,” ujarnya
melalui pesan WhatsApp pada Selasa, 21 Juni lalu. (Baca: Pecah Kongsi Ahok
dan Sunny Tanuwidjaja) Anies juga menerima
masukan dari kolega di lembaga survei. Salah satunya pendiri Kelompok Diskusi
dan Kajian Opini Publik, Hendri Satrio. Dalam sejumlah pertemuan, Hendri
menyarankan Anies berfokus menuntaskan program kerja Gubernur DKI Jakarta.
Dosen Universitas Paramadina itu meminta Anies tak berfokus pada kampanye di
media sosial. Saran itu diperoleh dari
hasil riset Hendri yang menemukan bahwa kampanye di media sosial hanya mampu
mendongkrak popularitas, tapi tak signifikan mengatrol elektabilitas calon
presiden. Hendri juga meminta mantan Rektor Paramadina itu menyelesaikan
tugas dan menonjolkan kinerjanya selama memimpin Ibu Kota. Hendri membantah jika ia
disebut masuk tim pencalonan presiden Anies. Ia menyebutkan bahwa Anies tak
memiliki grup khusus untuk menghadapi Pemilu 2024. Menurut dia, komunikasi
dengan Anies semata-mata karena sama-sama menjadi akademikus. “Relasi ini sekadar
Paramadina connection,” tuturnya. Kepada Tempo, Anies
Baswedan mengaku berkawan dan berdiskusi dengan banyak orang. Ia mengatakan
sejumlah nama, seperti Sudirman Said dan Sunny Tanuwidjaja, tak pernah
terlibat dalam pekerjaan yang dikelola pemerintah Jakarta. “Tim Gubernur
untuk Percepatan Pembangunan itu yang membantu menyelesaikan tugas-tugas saya
di Jakarta,” ujarnya. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar