Awal Mula Radikalisme
Masuk Kampus Riky Ferdianto : Jurnalis Tempo |
MAJALAH TEMPO, 25
Juni
2022
PENYEBARAN paham
radikalisme ditengarai sudah menyebar di banyak kampus, baik kampus negeri
maupun swasta. Ada riwayat panjang kebijakan pemerintahan Orde Baru yang di
kemudian hari melahirkan banyak faksi. “Ini bukan fenomena baru, bibitnya
sudah ada sejak zaman Orde Baru” ujar pengamat kajian terorisme, Solahudin,
pada Sabtu, 25 Juni lalu. Kala itu, kelompok
mahasiswa menjadi target kaderisasi akibat tindakan represi rezim Orde Baru
yang mengebiri gerakan Islam politik pada periode 1970-1980-an. Gerakan
kelompok ini terbilang senyap, bahkan tak terdeteksi ketika rezim Orde Baru
berusaha mencengkeram kampus lewat kebijakan Normalisasi Kehidupan
Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan. “Ini semacam unintended consequences,
tak terprediksi sebelumnya,” katanya. Mahasiswa menjadi target
penyebaran paham radikalisme karena dianggap mewakili wajah kelompok
intelektual masa depan. Pola kaderisasi terhadap mereka memanfaatkan agenda
pengajian di kampus-kampus secara rutin. Tujuannya bermacam-macam.
Sebagian di antara mereka ingin menyiapkan pemimpin masa depan. Ada pula yang
sebatas mengajarkan pemahaman puritanisme agama. “Yang jadi ancaman adalah
kelompok ini,” tutur Solah. Direktur Deradikalisasi
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris menilai kelompok
puritan merupakan ancaman karena mengajarkan pemahaman agama secara eksklusif.
Semangat keagamaan yang mereka usung menihilkan penghargaan terhadap
perbedaan dan toleransi antar-kelompok agama. “Mereka mengklaim sebagai
satu-satunya ahli sunah. Seolah-olah mereka paling benar dan yang lain
salah,” ujarnya. Irfan juga menganggap
ancaman terhadap paham radikalisme agama tak hanya berasal dari pengajian
kampus. Interaksi seseorang dengan sumber informasi yang keliru di Internet
dan pengajian di luar kampus ikut menjadi faktor penyebab utama. Penyerangan Markas Besar
Kepolisian RI oleh seorang mahasiswa, ZA, pada Maret 2021, merupakan satu
contoh. ZA diduga terpapar doktrin radikalisme karena membaca sejumlah
artikel di Internet. “Media sosial mengisi kekosongan narasi mereka tentang
agama,” ucapnya. BNPT pernah membuat kajian
yang memantau aktivitas keagamaan di tujuh kampus negeri pada 2018.
Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor,
Universitas Diponegoro, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas
Airlangga, dan Universitas Brawijaya ditengarai telah disusupi paham radikal.
Gejala itu, dari temuan BNPT, umumnya merebak di kalangan mahasiswa fakultas
eksakta. ● Sumber : https://majalah.tempo.co/read/hukum/166279/awal-mula-radikalisme-masuk-kampus |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar