Minggu, 10 Mei 2015

Reunifikasi PAN dan Agenda Kebangsaan

Reunifikasi PAN dan Agenda Kebangsaan

Andi Taufan Tiro  ;  Anggota DPR RI
MEDIA INDONESIA, 07 Mei 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

HIRUK pikuk politik di pentas nasional sejak menjelang pemilihan presiden (pilpres) tahun lalu, pertarungan di gedung legislatif, hingga kongres partai-partai nasional harus diakui masih dan semakin memanaskan situasi. Tak pelak banyak hubungan persahabatan, pertemanan, bahkan persaudaraan yang retak, bahkan remuk redam akibat seteru ambisi kekuasaan.

Dinamika politik ibarat memainkan kepiawaian seni, dengan tetap mengedepankan martabat dan etika. Bila kita bersepakat bahwa politik adalah seni, lakon yang dipertunjukan ialah lakon yang indah, bukan pertunjukan norak sekaligus memuakkan rakyat, atau malah jadi bahan cemoohan karena perilaku kekanak-kanakan dari keambisiusan sebagai politisi.

Sebagai bagian dari partai modern dan terbuka, PAN dan juga banyak partai politik lain akan melewati keniscayaan dari hiruk pikuk tersebut, dan tak dapat menghindari dina mika tersebut. Bahkan, kader parpol harus mau menghadapi peristiwa politik sedramatis apa pun itu. Dengan situasi seperti itulah kader akan belajar dan tumbuh baik sebagai pribadi maupun sebagai politisi yang semakin matang.

PAN pada mulanya didirikan oleh Amin Rais sebagai partai reformis, sebagai bagian identik dari peristiwa sejarah bangsa ini; reformasi. Dengan lahirnya reformasi tentu tidak bisa mengalami kejumudan dari praktik-praktik politik yang klasik dan berwatak feodal.

Kini, tongkat komando sudah berada di tangan Zulkifli Hasan, dan atmosfer reformasi serta modern tak boleh padam untuk memberi harapan. Hal terpenting yang ingin dicapai Zulkifli sebagai Ketua Umum PAN ialah membangun partai dengan berlandaskan pada reunifikasi, revitalisasi, dan regenerasi.

Reunifikasi

Salah satu titik poin dalam pencalonan Zulkifli saat kong res lalu di Denpasar ialah keinginannya untuk melakukan reunifikasi. Itu sebuah upaya konsolidasi partai guna menguatkan partai setelah berupaya melewatkan beberapa cobaan yang mau tidak mau sempat meregangkan fondasi partai.

Dukungan terhadap reunifikasi ini juga muncul dari dua deklarator partai, Amin Rais dan AM Fatwa. Kutipan the founding father Bung Karno, `Jangan sekali-kali melupakan sejarah', sangatlah relevan dengan semangat reunifikasi. Terlebih bila akhirnya terwujud untuk mengumpulkan mereka yang pernah besar di PAN, bahkan yang pernah berdarah-darah membangun partai ini, tentulah sangat diharapkan.

Sebagai pribadi yang utuh melihat gagasan ini, tentunya hal itu sebagai upaya kerendahan hati sang ketua umum untuk melihat keutuhan partai di atas segala-galanya. Juga tidak menafikan peran seluruh kader dari masa ke masa, yang diharapkan berdampak positif dengan semakin menguatkan internal partai bahkan menjadi semakin besar lagi. Apalagi setelah mengalami proses kongres yang akan menjaga partai dari gelombang dualisme seperti partai lainnya sehingga kita bisa bekerja lebih cepat dari partai lainnya.

Revitalisasi

Perhelatan politik di negeri ini begitu riuh dan nyaris tanpa jeda. Momentum-momentum baik di internal maupun eksternal partai tentu menguras energi yang tidak sedikit. Fokus kader (dan juga partai) bagaimanapun akan mengalami dekadensi bila dikuras terus-menerus. Itu sebabnya sesuai dengan gagasan yang diinginkan ketua umum baru, PAN mesti melakukan revitalisasi. Makanya upaya reunifikasi tidak bisa ditunda-tunda lagi. Partai harus segera melakukan semacam refresh demi menyegarkan kembali fokus visi keorganisasian, membenahi kerja-kerja, dan bersiap dengan gagasan serta strategi gerakan nasional menghadapi momentum pilkada di beberapa daerah tahun ini.

Momentum pelantikan dan rakernas menjadi penting dalam mewujudkan revitalisasi partai. Bukan hanya bersiap menghadapi pilkada, pandangan partai secara umum terhadap perkembangan politik nasional dan internasional juga perlu disegarkan kembali. Sebagai partai reformis, PAN pastinya akan selalu melek pada perubahan arus dan dinamika yang terjadi sehingga dalam konteks politik nasional harapannya mampu menjadi penyeimbang yang bernas.

Regenerasi

Pertumbuhan suatu partai akan sangat ditentukan dengan adanya proses regenerasi yang terjadi dalam dirinya. Hal itu sejatinya tidak pernah mandek dilakukan, baik dalam struktural maupun fungsi-fungsi setiap kader. Pandangan kebaruan bisa tercapai bila partai senantiasa digerakkan oleh potensi-potensi baru kader yang mumpuni, tentunya dengan memberi ruang kepada mereka.
Proses regenerasi menjadi keniscayaan dalam partai yang mengindentikkan diri sebagai partai reformis dan menyadari perkembangan dinamika di sekitarnya. Sebagai partai `tengah' sudah seharusnya PAN menjaga posisinya tersebut untuk tidak jatuh pada kondisi jumud, dan atau malah ortodoks.

Situasi menjadi lebih menarik karena partai bukan tidak jatuh pada ketergantungan figur dalam partai tersebut. Partai mewujudkan secara konkret kesadaran reformis dan keinsafan atas dinamika partai.

Ada tiga gagasan yang dituangkan Zulkifli dalam membangun partai ini. Pertama, menjaga partai dari suhu panas pertikaian politik pascapilpres. Terlebih dinamika kepartaian di Indonesia begitu riuh dengan adanya KMP versus KIH. Dinamika itu bisa dipandang positif mengingat fungsi partai tidak saja selalu mengaminkan kebijakan penguasa, tapi juga menjalankan fungsi kontrol tanpa mengorbankan objektivitas dan kepentingan rakyat.

Kedua, keluwesan dalam menjalankan roda partai modern dengan memperkuat internal partai, merevitalisasi pandangan dan kinerja kader dan partai, serta meletakkan kepentingan partai di atas kepentingan personal. Hal-hal tersebut diwujudkan untuk selalu membaca dinamika pertumbuhan yang terjadi di sekitarnya. Itu untuk mencegah terjadinya kebergantungan pada patron elite. Regenerasi adalah hal mutlak yang akan dilakukan partai, yang tentu dibarengi dengan proses kapasitas kader yang lebih baik.

Akhirnya kita semua hanya akan menunggu kinerja pengurus PAN yang baru di bawah kepemimpinan Zulkifli Hasan.Ada banyak hal yang menjadi tumpuan untuk berjalan dari periode kepemimpinan sebelumnya, juga banyak harapan yang akan terus diraih partai ini dengan memulai kerja lebih awal.

David Llyod George, politikus reformis dan negarawan Inggris yang merupakan tokoh kunci di Konferensi Perdamaian Paris 1919 yang mengatur kembali Eropa setelah kekalahan Jerman dalam Perang Besar, menyatakan, “Politikus adalah orang yang dengannya kita tak bersetuju. Tatkala kita bersetuju, dia adalah negarawan.“

Tidak ada komentar:

Posting Komentar