Dicari
Kisah Wu Wei Beneran
Azrul Ananda ; Dirut
Jawa Pos Koran
|
JAWA POS, 20 Mei 2015
AYO
bicara lagi soal wu wei. Kali terakhir saya menulis soal itu, hasilnya cukup
seru, dan kadang agak lucu.
***
Seru
banget bicara soal wu wei. Filosofi Taoisme yang sangat sulit diartikan dan
dijelaskan, tapi pada dasarnya seperti ’’melakukan tanpa melakukan’’. Bak
menghasilkan suatu pencapaian atau karya hebat, tapi meraihnya seperti tanpa
upaya keras atau kengototan.
Ketika
menulis soal wu wei itu di Happy Wednesday edisi 10 (silakan cari dan baca
kembali), begitu banyak respons yang masuk. Baik langsung ke saya pribadi
atau via kantor.
Berkali-kali
saya bertemu orang, baik itu di mal atau bandara, langsung diajak bicara soal
wu wei. Walau terus terang, saya ini bukan pakar soal wu wei, wkwkwkwkwk…
Respons
yang paling sering saya dapat: ’’Aku juga ingin wu wei, ah…’’
Atau,
ketika ingin mengerjakan sesuatu, orang itu bilang: ’’Tenang, di-wu wei
saja…’’
Satu-satunya
teman saya yang mengomel mungkin adalah Cu Wei. Saat tulisan itu dimuat,
status BBM-nya berbunyi: ’’Namaku Cu Wei, bukan Wu Wei.’’
Wkwkwkwkwk…
Di ruang
redaksi Jawa Pos di Surabaya, ada meja biliar baru. Memperkuat status ruang
redaksi di Graha Pena ini sebagai ’’The Coolest Newsroom In The World’’,
seperti ketika dibahas dalam kongres koran sedunia di Ukraina pada 2012 lalu.
Teman-teman
redaksi, kalau lagi main (kadang di sela-sela bekerja), sering berucap:
’’Tenang, di-wu wei saja…’’
Dan
sekarang teman-teman redaksi pun kompak mencetak kaus bertulisan ’’wu wei’’
dalam karakter aslinya.
Pernah
juga, saat bersepeda menanjak di salah satu jalan menantang di kawasan
Tretes, ada teman yang tidak mampu menyelesaikannya di atas sepeda, lalu
menuntunnya sampai finis.
Begitu
sampai, dia berucap: ’’Sudah tidak kuat, saya wu wei saja…’’
Ada juga
teman saya yang ukuran badannya ekstra-ekstra-ekstra besar. Walau sudah
bertahun-tahun bersepeda, ukuran badannya tidak berubah. Lha gimana mau
berubah? Latihan seperti hanya untuk gaya-gayaan saja, tidak pernah mau
ngotot atau merasakan sakitnya latihan. Makan pun tetap tancap gas.
Ketika
disindir, dia hanya bilang: ’’Tenang, wu wei saja, bro.’’
Glodak!
***
Sekali
lagi, saya harus menegaskan bahwa saya ini bukan pakar wu wei. Dan konsep wu wei
memang konsep yang sangat sulit dijelaskan dan diungkapkan.
Setahu
saya, wu wei itu sesuatu yang harus dijalani, tidak bisa hanya diniati. Wu
wei juga baru kita sadari setelah perbuatan itu dilakukan. Tidak bisa kita
ketahui sebelum atau saat melakukannya.
Sepertinya,
banyak yang menyalahartikan ’’wu wei’’ dengan ’’pasrah’’.
Jadi,
kalau main biliar, kita baru sadar kita telah melakukan wu wei ketika
tiba-tiba dalam sekali jalan semua bola berhasil kita habiskan. Pikiran kita
begitu tenang, sehingga semua bola dan lubang terlihat seperti ada relnya
masing-masing. Dan tangan kita begitu luwes memukul sesuai kekuatan yang
dibutuhkan.
Tentu
saja, untuk melakukan itu, kita memang harus bisa main biliar. Bisa karena
bakat dan cukup latihan, atau bisa juga karena kurang bakat tapi rajin
berlatih.
Tidak
bisa tiba-tiba saja ber-wu wei dan menang. Sebab, wu wei seharusnya tidak ada
kaitannya dengan keberuntungan.
Dan
kalau naik sepeda, menuntun jelas bukan wu wei. Karena itu bentuk kegagalan.
Wu wei pada akhirnya adalah sebuah keberhasilan.
Misalnya,
kita punya target rekor waktu menaklukkan tanjakan. Pada suatu hari, kita
seperti tidak ngotot mengayuh pedal, tapi kecepatannya ternyata cukup untuk
memecahkan rekor waktu pribadi. Nah, mungkin, itu baru wu wei.
Tentu
saja, untuk melakukan itu, kita harus rajin berlatih bersepeda. Tidak bisa
tiba-tiba saja memecahkan rekor. Saya pribadi, misalnya, karena mungkin
kurang bakat, harus ngotot latihan dan memaksa sebelum mampu memecahkan
rekor-rekor pribadi atau rekor teman.
Nah,
soal teman yang makannya gas pol, ini bayangan saya soal wu wei:
Karena
dia malas latihan dan rajin makan, maka dia lebih punya potensi meraih wu wei
saat makan daripada saat bersepeda.
Saking
rajin dan kuatnya dia makan, pada suatu waktu, tanpa terasa, dia bisa
menghabiskan seratus piring dalam sekali duduk. Nah, itu namanya wu wei
makan!
Dia
mampu melakukannya karena sering latihan makan berlebihan, dan pada waktu
tertentu mampu menembus batas kemampuan dan makan lebih banyak dari yang pernah
dia bayangkan…
Coba
kalau kita makannya sedikit-sedikit, sangat sulit untuk melakukan itu, bukan?
***
Wu wei
ternyata tidak gampang, ya?
Tidak
ada keajaiban untuk meraih keajaiban. Tidak ada kebetulan untuk meraih
kesuksesan.
Sudahkah
Anda melakukan wu wei?
Coba
kirimkan kisah wu wei Anda, e-mail ke: opini@jawapos.co.id. Nanti sepuluh
kisah terbaik (dan yang memang wu wei beneran) akan saya kirimi hadiah!
Kirim
paling lambat Minggu, 24 Mei 2015. Tolong jangan nulis panjang-panjang.
Karena itu kayaknya tidak wu wei! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar