Selasa, 12 Mei 2015

Dari Mata Ajar Menuju ke Topik Bahasan

Dari Mata Ajar Menuju ke Topik Bahasan

 Ahmad Baedowi  ;  Direktur Pendidikan Yayasan Sukma, Jakarta

MEDIA INDONESIA, 11 Mei 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

“FINLAND is at the top of world league tables for literacy and numeracy,“ begitu diakui banyak ahli pendidikan di daratan Eropa hingga Britania Raya. Finlandia hanya sedikit tertinggal dari Singapura dan Tiongkok dalam hal rangking Program for International Student Assessment (PISA), tetapi memiliki kemauan luar biasa dari para ahli dan praktisi pendidikannya untuk mengubah gaya mengajar vis a vis melakukan revolusi sistem pendidikan secara radikal berdasarkan tuntutan zaman.

Saya termasuk beruntung karena melihat secara langsung pemerintah Finlandia melakukan revolusi sistem pendidikan secara bertahap tetapi pasti. Bukan hanya memikirkan kesejahteraan guru secara parsial dengan alasan belas kasihan seperti program sertifikasi guru di Indonesia, pemerintah Finlandia sangat kuat dalam memberi insentif yang besar bagi guru yang mau mengubah kebiasaan dalam mengajar, terutama dalam 16 tahun belakangan, dari mengajar subject matter menuju pola belajar berdasarkan topik bahasan. Alasannya sederhana, tuntutan modernitas dan globalisasi terhadap profesionalisme seseorang akan sangat bergantung pada bagaimana seorang anak belajar di sekolah.

Mengelola kelas dan proses belajar-mengajar berbasis pada topik bahasan sebenarnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Dalam sistem pendidikan yang dianut negara-negara OECD dan negara berkembang hampir di seluruh dunia, umum diketahui anak belajar berdasarkan subjek seperti sejarah, geografi, fisika, dan biologi dalam urutan yang terpisah. Dalam pola belajar berbasiskan topik bahasan, baik guru maupun siswa membutuhkan kesepakatan sekaligus keseriusan dalam mengembangkan aspek apa saja yang harus mereka pelajari dalam suatu topik bahasan. Misalkan ada topik bahasan bagaimana cara melayani tamu dan atau pelanggan (customer service) dalam sebuah sekolah vokasi, guru harus mengajar di dalamnya dasar-dasar ilmu komunikasi efektif, bahasa, etika, dan sekaligus matematika.

Dalam sistem pendidikan negara-negara maju seperti halnya Finlandia, umum dikenal pendekatan integrated curriculum. Menurut Susan Drake dan Rebecca Burns dalam Meeting Standards through Integrated Curriculum (2004), pendekatan integrated curriculum akan memaksa guru untuk kreatif dan inovatif dalam merancang, merencanakan, dan melakukan proses belajar-mengajar. Beberapa pertanyaan yang berkaitan antara topic issued dan integrated curriculum yang menjadikan guru berpotensi untuk lebih inovatif ialah cara kerja skema belajar yang tidak biasa.

Misalnya seorang guru ketika memilih topik membaca secara komprehensif dapat memasukkan hampir seluruh cerita yang disukai anak-anak sebagai buku wajib yang harus dibaca. Kemudian anak akan diminta untuk membuat class project yang berbasis tulisan terhadap bacaan masing-masing kemudian menghubungkan project tersebut dengan bidang studi lainnya. Hasilnya? Sebagaimana ditunjukkan Okhee Lee dari University of Miami, cara belajar jenis itu ternyata mampu meningkatkan minat baca siswa secara maksimal selama mereka di sekolah.

Filosopi dasar

Pendekatan topik, tematik, dan integrated sebenarnya merupakan hukum alam atau sunnatullah yang menyebutkan hampir semua bidang studi dan atau bidang ilmu memiliki keterikatan. Prinsip interdependensi pengetahuan itu jelas harus dipahami guru kita sehingga tak ada lagi guru yang mengajar bidang studi yang diampunya tanpa kehendak untuk memahami sekaligus mempelajari bidang studi lain yang berkaitan dengan mata ajarnya. Itulah yang dijadikan landasan kebijakan perubahan kurikulum oleh pemerintah Finlandia, yaitu dalam rangka menyiapkan guru agar mereka memahami betul filosofi dasar orientasi perubahan kurikulum.

Salah satu kunci keberhasilan Finlandia dalam membangun dunia pendidikan yang maju ialah kesediaan guru untuk mengubah mindset mereka dalam mengajar. Jauh sebelum kebijakan mengajar berbasis topik itu berlaku, proses pelatihan sudah berjalan kurang lebih lima tahun dan Ms Kyllonen, salah seorang co-teaching dari program itu, mencatat bahwa 70% dari seluruh guru di Finlandia telah siap menerima perubahan itu karena sudah dilatih dalam lima tahun terakhir. Itu membuktikan keseriusan pemerintah Finlandia, bahwa sebelum sebuah kebijakan apa pun di bidang pendidikan akan dilakukan, apalagi di bidang perubahan kurikulum, melatih guru jelas harus terlebih dahulu dilakukan sebelum kebijakannya diterapkan.

Menurut Mr Silander dari Dream School of Finland, “We have really changed the mindset,“ katanya, “It is quite difficult to get teachers to start and take the first step... but teachers who have taken to the new approach say they can't go back.“ Diakui, mengubah mindset untuk sebuah kebijakan pendidikan merupakan hal yang sulit, tetapi tetap bisa dikerjakan. Kesadaran para guru mulai tumbuh ketika mereka dihadapkan pada dunia nyata yang memiliki karakter berbeda dengan masa 1990-an, ketika dunia saat itu masih amat bergantung pada kepiawaian bidang studi.

Sudah saatnya bagi Indonesia juga mulai berpikir secara strategis langkah-langkah penerapan kebijakan perubahan kurikulum dengan terlebih dahulu menyiapkan para guru yang sudah terlatih dan berubah mindset-nya. Tanpa langkah itu, rasanya mustahil akan terjadi perubahan mendasar dalam dunia pendidikan kita yang sering menjadikan ujian nasional sebagai satu-satunya alat ukur sebuah kemajuan di bidang pendidikan.

Langkah Finlandia itu kemudian diikuti Inggris yang mulai memercayai pendekatan topik. Tidak kurang dari Confederation of British Industry and Labour's Shadow Education yang diwakili sekretarisnya mengatakan langkah cerdas Finlandia itu harus segera ditiru seluruh Uni Eropa karena baginya tujuan kemajuan pendidikan akan terlihat dari bagaimana para lulusan sekolah memiliki karakter yang hebat, memiliki keterampilan komunikasi efektif daripada terus menyiksa anak didik dengan exam factories seperti ujian nasional yang terus menimbulkan masalah. Wallhu a'lam bi al-sawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar