The
New Istiqlal Imam Shamsi Ali ; Presiden Nusantara
Foundation/Pesantren Nusantara Madani USA |
SINDONEWS,
23 Februari
2021
Hari Ahad kemarin, 22 Februari 2021 Masjid
Istiqlal melangsungkan hari jadi atau Miladnya yang ke-43. Acara itu dihadiri
oleh Wapres KH Ma’ruf Amin, beberapa menteri Kabinet Indonesia maju dan
pejabat tinggi negara lainnya, serta perwakilan-perwakilan negara sahabat. Saya sendiri secara pribadi diundang
melalui telpon langsung oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. Nasaruddin
Umar, MA. Sayang sekali saya tidak bisa hadir karena terlebih dahulu terikat
oleh beberapa jadwal di Makassar, Sulawesi Selatan. Namun Jumat lalu saya
menyempatkan hadir Jumatan di Istiqlal sekaligus menjadi narasumber pada
pelatihan peningkatan SDM Rohis/Bintal TNI. Masjid Istiqlal memang sangat membanggakan
bangsa Indonesia. Selain karena bersejarah, juga merupakan masjid terbesar di
Asia Tenggara. Masjid ini tentu juga dikenal sebagai masjid negara. Dan
karenanya untuk pertama kalinya, pengangkatan Imam Besar dan seluruh jajaran
struktur kepengurusannya melalui Surat Keputusan Presiden RI. Kali ini Masjid Istiqlal memang sedang
berbenah. Saya yakin bahwa semua ini tidak lepas dari kelihaian imam besar,
guru dan kakak saya, Professor Nas. Kelihaian itu tidak saja secara substansi
keilmuan karena beliau memang seorang guru besar dalam ilmu agama. Tapi juga
dalam hal profesionalitas menejemen yang beliau miliki. Ditambah lagi
keluasan dan keluwesan beliau dalam membangun komunikasi dan relasi dengan
semua pihak, baik dengan pemerintah maupun masyarakat luas, bahkan dengan non
Muslim sekalipun. Kini Istiqlal semakin berbenah. Tentu saya
tidak ingin memakai kata sempurna. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah,
sang Khaliq. Tapi masjid Istiqlal semakin membaik, maju dan berkembang baik
secara fisik maupun secara substansi (program dan kegiatan). Secara fisik, dalam sejarahnya baru kali
ini masjid Istiqlal mendapat perhatian penuh dari pemerintah dan semua
masyarakat luas untuk direnovasi secara besar-besaran. Dan itu dapat
disaksikan secara dekat di saat mengunjungi Masjid Istiqlal. Salah satu hal yang unik di Masjid Istiqlal
saat ini adalah penyinarannya dengan memakai sistem solar (matahari). Selain
itu Masjid Istiqlal memperbaiki segala fasilitasnya secara profesional,
termasuk ruang-ruang sekolah/perkuliahan yang semakin indah. Bahkan mungkin yang juga unik, khususnya di
Indonesia, adalah dihadirkannya tempat olah raga atau gym yang modern. Hal
itu karena masjid Istiqlal memiliki wawasan membangun manusia seutuhnya.
Sehat secara spiritual, intelektual, dan juga secara fisikal. Tapi dari semua itu yang paling
menggembirakan adalah bahwa visi Istiqlal tidak lagi bahwa masyarakat itu
harus memberdayakan masjid. Tapi saat ini justeru minimal harus ada perhatian
timbal balik. Sehingga yang berkembang dan kuat bukan saja masjidnya. Tapi
juga masyarakat atau jamaah masjid tersebut. Perberdayaan masjid sebagai pusat
pemberdayaan masyarakat ini terlihat dalam inisiasi berbagai program yang,
menurut saya pribadi, sangat maju dan inovatif. Saat ini ada 41 bentuk
program yang dicanangkan Masjid Istiqlal . Dan bersamaan dengan hari Miladnya
yang ke-43 program-program tersebut diluncurkan secara resmi oleh Wakil
Presiden RI. Saya tidak akan menyebutkan kesemua 41
program itu. Semuanya dapat diakses melalui website Masjid Istiqlal saat ini.
Saya hanya akan menyebut tiga hal yang menurut saya sangat relevan dan
diperlukan. Pertama, terbentuknya Majelis Mudzakarah
masjid Istiqlal yang beranggotakan 20 orang dan diketuai oleh Ahli Tafsir dan
Ulama Indonesia, Prof. Dr. Quraish Shihab. Saya sendiri dimasukkan sebagai
salah seorang anggota di Majelis tersebut. Dengan terbentuknya Majelis Mudzakarah ini,
masjid Istiqlal kemudian meluncurkan program pengkaderan ulama yang secara
akademik setingkat S2 dan S3. Program ini dikerjasamakan dengan Institute
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran Jakarta. Kedua, sebagai bagian dari pengkaderan
ulama tadi, Masjid Istiqlal secara khusus melakukan pengkaderan ulama
perempuan. Bagi saya pribadi hal ini sangat penting dan inovatif, bahkan
sesungguhnya sangat diperlukan untuk tujuan-tujuan multidimensi yang sangat
penting. Pengkaderan ulama perempuan akan menjawab
berbagai tuduhan bahwa Islam itu diskriminatif kepada kaum Hawa, khususnya
dalam kajian keagamaan. Dan tentunya lebih khusus lagi bahwa perempuan akan
memiliki akses besar dalam penafsiran-penafsiran yang selama ini diakui atau
tidak memang masculine dominant (didominasi oleh ulama pria). Setahu saya belum ada negara Islam yang
melakukan hal ini selain Indonesia. Maroko beberapa waktu lalu mengadakan hal
yang sama. Di mana kedudukan mufti juga diperbolehkan untuk diduduki oleh
kaum Hawa. Hanya saja Indonesia melangkah lebih jauh karena memang program
ini adalah mengkader ulama yang akan berkontribusi secara penuh dalam
keilmuan dan pemikiran Islam. Ketiga, Istiqlal ingin menjadi pelapor
jaringan masjid-masjid besar dunia. Bagi saya pribadi hal ini sangat penting
dan relevan karena memang masanya Indonesia berada di garis depan untuk
meraih kepemimpinan di dunia global, khususnya di dunia Islam. Jika hal ini terwujud maka tentu salah satu
kegalauan saya sebagai putra bangsa yang telah lama di luar negeri akan
terjawab. Saya adalah putra bangsa yang beragama Islam yang telah lama
mengimpikan peranan global Umat Islam Indonesia. Semoga Masjid Istiqlal ke depan dapat
bekerjasama dengan Nusantara Foundation dan Pesantren Nur Inka Nusantara
Madani untuk memainkan peranan global itu. Insya Allah! “Selamat kepada Masjid Istiqlal di hari
jadi yang ke 43. Dan selamat sebagai the New Istiqlal”. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar