Kamis, 06 Mei 2021

 

Pendidikan Tanpa Penaklukan

Y Argo Twikromo ;  Anggota Dewan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2020-2022 (Maret 2020 sampai sekarang), Ketua Dewan Pengawas dan Peneliti MINDSET Institute -Research and Policy Studies

KOMPAS, 4 Mei 2021

 

 

                                                           

Pendidikan dapat merajut berbagai komponen (elemen) kehidupan yang lain dalam mewujudkan suatu ekosistem keharmonisan kehidupan bersama.

 

Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan kepribadian manusia secara holistik dalam konteks perkembangan kehidupan masa kini. Proses ini perlu diberi koridor nilai-nilai kehidupan masa lalu agar pijakan karakter bangsa dapat terkoneksi secara sinergis. Ancangan pengembangan kehidupan masa depan pun akan terkoneksi landasannya dengan kepribadian khas bangsa ini secara berkelanjutan.

 

Pembelajaran ataupun proses internalisasi pengetahuan, nilai, sikap, perilaku, kecakapan intelektual, dan keterampilan menjadi sangat penting agar dapat menghasilkan manusia-manusia maju sekaligus berkarakter. Kemajuan bangsa ini membutuhkan landasan pendidikan yang kokoh agar dapat menyiapkan sumber daya manusia yang cerdik dan selaras dalam dinamika pembangunan bangsa.

 

Gelombang modernitas ataupun global telah membuka ruang adaptasi sekaligus ketergantungan proses pendidikan bangsa ini terhadap perkembangan nonlokal tersebut sejak beberapa dasawarsa terakhir.

 

Pendidikan lebih mengedepankan pembelajaran tentang berbagai ilmu pengetahuan yang relatif asing dan baru dalam konteks kehidupan lokal bangsa. Sekaligus mereduksi ruang interkoneksi antarnilai dan antarkarakter yang saling menopang dalam menghasilkan kepribadian harmonis sebagai karakter khas bangsa.

 

Berbagai kemajuan dan keuntungan memang dapat diraih dan dirasakan secara nyata hasilnya dalam perkembangan global. Walaupun demikian, harus diakui bahwa berbagai kemajuan tersebut menyisakan ketimpangan antarlini kehidupan.

 

Karakter harmonis dan kebersamaan relatif menjadi kurang terawat dan relatif terabaikan sehingga ikut tergerogoti dan menjadi terpinggirkan. Nilai-nilai dan karakter perkembangan global tampil menjadi lebih dominan sekaligus membuka ruang lebih terbuka terjadinya ketergantungan pada dunia global.

 

Wahana pendidikan leluhur bangsa

 

Keselarasan hubungan antara manusia dengan sesama, dengan alam, dengan Sang Pencipta (terminologinya beragam di tiap-tiap wilayah), dan bahkan di antara ketiganya merupakan landasan tata kelola kehidupan yang telah diwariskan oleh leluhur bangsa ini.

 

Berbagai nilai, asas, dan kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya relatif tertoreh dalam kandungan cerita rakyat, mitos, simbol, ungkapan, gerak dan dendang tari, kepercayaan, personifikasi leluhur, tradisi, serta ritual yang sering kali mengisyaratkan nuansa keselarasan sebagai suatu proses pendidikan.

 

Kehadiran masing-masing komponen sosial-budaya ataupun beberapa rajutan ekosistemnya cenderung menjadi wahana pendidikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Penghayatan atas hadirnya komponen tersebut ataupun rajutannya akan menyediakan ruang internalisasi yang akan merasuk dalam hati sanubari masyarakat pendukungnya secara berkelanjutan.

 

Dalam konteks ini, kepribadian harmonis sebagai identitas kultural leluhur bangsa ini terus tumbuh subur dalam mewarnai kehidupan bersama mereka secara selaras.

 

Perwujudan kehidupan selaras relatif terjaga keberlangsungannya walaupun perjumpaan dengan berbagai elemen sosial-budaya berbeda sering kali mewarnai dinamika kehidupan. Selain saling ditopang oleh keberadaan dan kehadiran berbagai komponen sosial-budaya bernuansa selaras, keselarasan kehidupan juga menjadi koridor yang relatif lebih diutamakan.

 

Dalam konteks ini, interkoneksi antarberbagai lini ataupun tingkatan kehidupan dalam proses pendidikan karakter harmonis terjadi dengan relatif alamiah. Keberadaan norma dan hukum saat itu juga cenderung sinergis dengan pengembangan nilai-nilai dan karakter bersama.

 

Karakter harmonis sebagai capaian pendidikan para leluhur bangsa ini telah menjadi landasan kuat bagi persemaian koridor keselarasan dalam hati sanubari masyarakat pendukungnya dalam menghadapi dikotomi ataupun perbedaan sebagai warna kehidupan bersama.

 

Perbedaan sosial budaya selalu hadir dalam setiap perjumpaan, tetapi tetap memperoleh ruang keselarasan secara fleksibel dan cair. Pengutamaan keselarasan kehidupan bersama secara berkelanjutan telah terhayati, terinternalisasi, dan saling terjaga dalam setiap lini dan tingkatan kehidupan.

 

Reproduksi karakter bangsa

 

Beberapa dasawarsa terakhir, karakter harmonis lokal bangsa relatif terabaikan dalam proses pendidikan dan sekaligus dalam memperoleh ruang seimbang dengan komponen pendidikan global.

 

Ketika gelombang perkembangan dan kemajuan global tidak bisa ditolak, maka perlu upaya pengembangan strategi agar pembelajaran karakter harmonis mendapatkan ruang seimbang dalam pendidikan. Karakter harmonis secara kultural merupakan landasan bagi pengelolaan kehidupan bangsa agar perjumpaan dan perbedaan yang ada mendapatkan ruang secara fleksibel.

 

Salah satu tujuan pendidikan adalah ingin mengembangkan manusia menjadi lebih bermartabat dan bermanfaat bagi kehidupan ini. Dalam konteks ini, ketergantungan bangsa dan berbagai ketimpangan yang terjadi perlu dipahami tidak hanya dari sisi pencapaian kemajuan dan kesuksesan semata, tetapi juga keterkaitannya dengan lini dan tingkat kehidupan bersama secara holistik.

 

Pengembangan martabat manusia tidak hanya ditopang oleh urusan pencapaian kemajuan dan kesuksesan saja. Namun, ditopang juga oleh asas-asas dan nilai-nilai lain, seperti rasa aman dan tenteram, kebersamaan, suasana harmonis, penghargaan terhadap sesama, keseimbangan alam, prakarsa-inisiatif bersama, serta swadaya-kegotongroyongan dalam kehidupan bersama.

 

Dengan demikian, proses pendidikan yang berupaya menyandingkan komponen pendidikan global dan lokal secara padu serasi perlu dikedepankan agar memperoleh ruang yang seimbang.

 

Terminologi lokal dan global bukan merupakan perbedaan ataupun dikotomi yang perlu dipertajam sehingga saling dipertentangkan antara satu dan yang lainnya. Pengembangan karakter harmonis dalam pendidikan justru membuka ruang pergumulan dan ruang pembelajaran terhadap keberadaan dikotomi tersebut.

 

Upaya untuk mencari alternatif dalam menyandingkan perbedaan lokal dan global secara selaras juga lebih terbuka. Berbagai komponen pembelajaran tentang pengetahuan lokal bangsa dan global, termasuk logika pikir serta metodenya, cenderung dapat dipahami secara saksama.

 

Ketika pengetahuan lokal bangsa beserta logika pikir dan metodologinya tidak dipahami sesuai konteksnya atau hanya menggunakan logika pikir nonlokal saja, maka cenderung akan terjadi penilaian, penghakiman, penolakan, dan bahkan penaklukan sepihak serta sulit dicari titik temunya. Hal ini akan terjadi sebaliknya atau bahkan dalam konteks berbagai macam perbedaan yang ada.

 

Reproduksi dan pengembangan karakter harmonis bangsa sesuai dengan perkembangan kehidupan saat ini akan dapat mewarnai pencapaian kemajuan yang bermartabat.

 

Karakter harmonis

 

Pendidikan dalam keluarga ataupun beberapa kelompok masyarakat sering kali masih menyisakan nuansa keselarasan dalam tata kelola kehidupannya walau hanya serpihan-serpihan dan kurang relatif holistik. Nuansa pembelajaran kehidupan selaras ini cenderung kurang mendapatkan rajutan yang dapat saling menopang dalam kehidupan bersama bangsa ini.

 

Berbagai komponen sosial-budaya yang keberadaannya saling menopang dalam pembentukan karakter harmonis justru terabaikan dan kurang terawat. Terpinggirkan oleh komponen sosial-budaya yang justru mendukung nilai-nilai kompetisi dan individu dalam perkembangan global.

 

Pendidikan formal juga lebih mengutamakan pembelajaran berbagai komponen ilmu pengetahuan nonlokal sekaligus metodologinya. Dengan demikian, peserta didik justru menjadi asing terhadap pengetahuan dan karakter lokal bangsa.

 

Tidak bisa dimungkiri bahwa sumbangan dunia pendidikan dalam pencapaian kemajuan bangsa sangat luar biasa. Walaupun ruang pengembangan kemandirian ataupun pengembangan kepribadian harmonis sebagai karakter bangsa memang belum mendapatkan porsi secara seimbang dalam pembelajaran.

 

Pembelajaran tentang berbagai pengetahuan dan nilai yang terkait perkembangan global memang sangat diperlukan dalam kehidupan saat ini. Pendidikan formal diharapkan dapat menjadi motor penggerak dalam pembangunan bangsa.

 

Namun, proses internalisasi nilai, asas, dan kebijaksanaan lokal bangsa juga perlu diberi ruang pembelajaran secara seimbang. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengetahuan, nilai, sikap, perilaku, kecakapan intelektual, dan keterampilan yang dapat menopang terwujudnya kepribadian harmonis sebagai karakter bangsa.

 

Internalisasi karakter harmonis dalam pendidikan akan memberikan ruang persemaian bagi manusia-manusia maju, tetapi berkarakter. Manusia-manusia cerdik yang dapat menyandingkan atau bahkan mengawinkan berbagai macam perbedaan secara padu serasi. Berbagai macam perbedaan ataupun dikotomi dapat direngkuh tanpa nuansa penaklukan bagi pencapaian keharmonisan kehidupan bersama. ●

 

1 komentar: