Polri Dulu, Kini, dan Esok
Kristanto Yoga Darmawan ;
Alumnus Pascasarjana
Program Studi Kajian Ilmu
Kepolisian, Universitas Indonesia
|
MEDIA INDONESIA,
30 Juni 2016
BESOK Polri genap
berusia 70 tahun. Sebagai Korps Bayangkara, usia 70 tahun tergolong sangat
matang untuk terus melakukan perbaikan, pembenahan, dan reformasi internal ke
arah yang lebih baik, khususnya mewujudkan cita-cita Polri di era reformasi
yang berbasis pada paradigma baru polisi sipil dan community policing.
Sebagai bayangkari negara, Polri telah menjadi saksi dan pelaku sejarah
lika-liku perjalanan bangsa sejak zaman kemerdekaan sampai dengan era
reformasi saat ini.
Hari ulang tahun kali
ini hendaknya menjadi sebuah refleksi sekaligus proyeksi bagi Polri untuk
terus menegaskan tugas pokok mereka sebagai aparat kamtibmas, penegak hukum,
dan pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat. Tujuannya agar kepercayaan
masyarakat dapat terbangun (trust building)
secara optimal. Apalagi, momentum pemerintahan Jokowi-JK, yang menekankan
kehadiran negara di tengah masyarakat untuk memberikan keamanan dan
kenyamanan aktivitas masyarakat, sebagaimana tertuang dalam Nawa Cita,
seyogianya menempatkan Polri untuk terus berada di tengah masyarakat dan
mendukung pembangunan nasional dalam rangka keamanan dalam negeri.
Polri masa lalu
Masa lalu Polri yang
penuh dinamika di antara konstelasi politik kepentingan ketika masih berada
dalam ABRI yang berkarakter militeristis menjadi refleksi dan pelajaran
sangat berharga untuk terus menjaga 'roh' dan 'senyawa' agar supaya tidak
kehilangan jati diri, untuk mengamalkan nilai-nilai Tribrata dan
Caturprasetya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada
masa itu, Polri telah menjadi alat kekuatan politik tertentu yang
mengkhianati hati nurani masyarakat dan cenderung berkultur arogan,
antagonis, dan militeristis, yang pada akhirnya menimbulkan antipati di
tengah masyarakat.
Di era Orde Baru,
Polri telah menjelma menjadi alat penguasa, alat rezim pemerintah dan sarana
untuk memuaskan kepentingan elite politik tertentu, yang menyebabkan Polri
menjadi tidak netral, sarat dengan nuansa korupsi, kolusi dan nepotisme,
serta jauh dari kepentingan masyarakat. Polri lelap dan terjebak dalam arus
pusaran kekuasaan elitis dan pragmatis sehingga menjadi berjarak dengan
kebutuhan dan keinginan masyarakat ketika itu.
Perjalanan Polri di
masa lalu, khususnya di era Orde Baru, hendaknya menjadi 'spion' yang kadang
kala harus dilihat untuk mengetahui apa yang terjadi di belakang, tetapi
pandangan tetap harus jauh ke depan agar jangan sampai jatuh ke lubang yang
sama untuk kedua kalinya. Masa lalu Polri yang penuh liku-liku harus disikapi
secara bijak sebagai bekal untuk menuju kematangan dan kedewasaan Polri. Apa
yang terjadi pada Polri saat ini merupakan rangkaian sejarah dari masa lalu,
yang perlu diingat dan refleksi untuk cerminan masa kini.
Polri masa kini
Di era kekinian, Polri
telah mampu melakukan reformasi internal yang berbasis pada aspek
instrumental, struktural, dan kultural. Melalui Grand Strategi Polri
2005-2025, Polri telah membuat cetak biru perjalanan Polri di masa kini dan
yang akan datang yang menekankan pada membangun kepercayaan (trust building), membangun kemitraan (partnership building), dan strive for excellence, yang berbasis
pada paradigma baru polisi sipil yang human, protagonis, bermartabat, dan
beradab.
Program revolusi
mental Jokowi-JK yang tertuang dalam Trisakti dan Nawa Cita menjadi penggerak
dan pemacu bagi Polri untuk melakukan berbagai langkah dan upaya pembenahan,
penataan dan perbaikan mentalitas, karakter serta jati diri Polri sebagai
abdi masyarakat yang harus selalu berada di tengah masyarakat untuk
memberikan pelayanan, pengayoman, dan perlindungan secara transparan dan
akuntabel.
Terlebih lagi, saat
ini, Polri akan memiliki nakhoda baru, yakni Komjen Tito Karnavian, untuk
menjadi Kapolri menggantikan Jenderal Badrodin Haiti. Tentunya kepemimpinan
Tito melahirkan harapan besar bagi masyarakat untuk membawa Korps Bayangkara
ke arah kemajuan di masa mendatang. Tito tidak diragukan dan lulus uji,
memiliki kapasitas, kapabilitas, kredibilitas, dan kompetensi untuk membawa
'kapal' bayangkara mengarungi samudra guna mencapai pelabuhan masa depan
Polri yang bermartabat dan beradab.
Polri masa depan
Tantangan ke depan
yang dihadapi Polri sangat kompleks, beragam, dan majemuk. Polri merupakan
lembaga yang sangat strategis di era reformasi dan menjadi primadona bagi
semua pihak dan kelompok untuk didekati mengingat kewenangan Polri yang
setiap saat bersentuhan dengan beragam persoalan, dari urusan negara sampai
dengan urusan rumah tangga. Semua permasalahan di tengah masyarakat yang
berimplikasi pada tindak pidana dan kamtibmas selalu bermuara pada
pelaksanaan tugas pokok Polri. Karena itu, di masa mendatang Polri harus
terus meningkatkan kompetensi agar tidak tergilas oleh perkembangan zaman.
Semakin meningkatnya
kejahatan konvensional, kejahatan transnasional, kejahatan terhadap kekayaan
negara, dan kejahatan yang berimplikasi kontingensi, khususnya di era
globalisasi, pasar bebas, perdagangan bebas, dan MEA, menuntut Polri untuk
melakukan langkah prediksi dan antisipasi. Tentunya semua itu mensyaratkan
kebutuhan sumber daya manusia, anggaran, sarana prasarana dan metode
kepolisian yang canggih, modern, serta memadai.
Di masa mendatang,
Polri harus mampu mengadaptasi teknologi informasi/komunikasi, meneropong
perkembangan lingkungan strategis, dan menyusun strategi prediksi,
antisipasi, dan skenario ke depan guna mendukung pelaksanaan tugas pokok
Polri. Prospek ke depan sangat kompleks sehingga Polri harus mampu
mengembangkan good police governance,
membentuk cyber police, membangun economy police, dan menguatkan
jejaring/kemitraan/sinergi dengan instansi lintas sektoral baik dalam skala
nasional, regional dan global. Ke depan, Polri harus mampu menentukan masa
depannya sendiri tanpa ada intervensi kepentingan politik apapun dan mampu
mendarmabaktikan jiwa raga bagi negara, bangsa, dan masyarakat.
Dirgahayu Korps Bayangkara. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar