Ujian Nasional Model Baru, Ayo Jujur
Biyanto; Dosen UIN Sunan
Ampel; Ketua Majelis Dikdasmen PW Muhammadiyah Jatim
|
KORAN
SINDO, 09 April 2015
Mulai 13-15 April siswa kelas XII SMA/MA/SMK akan menjalani
ujian nasional (UN). Ada yang baru dalam pelaksanaan ujian nasional 2015.
Ujian nasional tahun ini tidak lagi menjadi penentu kelulusan siswa. Ujian
nasional hanya akan dijadikan pemetaan mutu pendidikan. Yang dipetakan
meliputi layanan mutu sekolah, kepemimpinan sekolah, kompetensi guru, capaian
siswa, dan daya dukung stakeholders. Sementara itu untuk kelulusan siswa
diserahkan sepenuhnya pada guru di sekolah.
Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
itu langkah maju untuk mengatasi problem yang menyertai pelaksanaan ujian
nasional. Problem paling serius adalah ketakjujuran yang seakan menjadi “anak
kandung” ujian nasional.
Selama pelaksanaan ujian nasional, publik pun disuguhi
pemberitaan mengenai kasus-kasus ketakjujuran yang melibatkan kepala sekolah,
guru, dan siswa. Dengan tidak lagi menjadi alat menentukan kelulusan,
seharusnya siswa menjalani ujian nasional dengan tenang dan penuh kejujuran.
Perbedaan yang lain, ujian nasional 2015 akan dilaksanakan dalam
dua model yakni paper based test (PBT) dan computer based test (CBT). Ujian
nasional model PBT teknisnya sama dengan yang sudah terlaksana selama ini.
Siswa mengerjakan soal ujian nasional secara manual melalui kertas jawaban
yang tersedia. Sedangkan dalam ujian nasional CBT, siswa mengerjakan soal
secara online di komputer.
Model ujian nasional CBT disebut juga ujian nasional online .
Kemendikbud menargetkan ujian nasional CBT terlaksana untuk semua sekolah
pada 2018. Jadwal ujian nasional PBT ditetapkan pada 13-15 April (SMA/MA/SMK)
dan 4-6 Mei (SMP/MTs). Sementara ujian nasional CBT untuk SMA (13- 21April)
dan SMK (13-16 April).
Ujian nasional CBT untuk SMP waktunya bersamaan dengan ujian
nasional PBT. Tahun ini ujian nasional online baru diterapkan secara terbatas
di sekolah yang dinilai layak sebagai pilot project . Menurut data Pusat
Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud, tahun ini total ada 585 sekolah
(138 SMA, 405 SMK, dan 42 SMP) yang melaksanakan ujian nasional CBT.
Sekolah rintisan (piloting ) ujian nasional CBT tersebar di 140
kabupaten/kota di 26 provinsi. Untuk mematangkan persiapan ujian nasional
CBT, Puspendik bersama dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/ kota telah
menyelesaikan tahap verifikasi sekolah rintisan.
Verifikasi ini penting untuk memastikan kesiapan sarana
prasarana sekolah. Juga untuk memetakan sekolah yang mengikuti ujian nasional
PBT dan ujian nasional CBT. Itu karena tidak semua sekolah yang awalnya
ditunjuk dinas pendidikan bersedia menjadi pilot project ujian nasional CBT.
Persoalan yang dihadapi sekolah umumnya karena tidak memiliki
perangkat komputer sesuai standar. Apalagi komputer di sekolah harus
terkoneksi jaringan internet. Ketentuan Puspendik mengharuskan sekolah
menyiapkan komputer (PC) dengan rasio satu komputer untuk tiga siswa (1:3).
Standar komputer
ditentukan karena ujian nasional CBT akan dilaksanakan sehari dalam tiga shif
; pagi, siang, dan sore. Sekolah juga harus menyiapkan genset untuk
mengantisipasi listrik mati saat ujian nasional CBT. Dengan persyaratan
tersebut, ujian nasional CBT hanya dapat dilaksanakan sekolah yang memiliki
sarana prasarana memadai.
Puspendik menyarankan agar sekolah yang memiliki keterbatasan
komputer menyewa sesuai kebutuhan. Tentu akan lebih baik jika sekolah membeli
komputer baru. Tetapi, harus diakui bahwa sejak mata pelajaran teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) dieliminasi dari Kurikulum 2013, perhatian
sekolah pada pengadaan komputer berkurang.
Bahkan banyak laboratorium komputer dialihfungsikan menjadi
kelas. Untuk menyukseskan ujian nasional CBT pasti dibutuhkan program yang
berkelanjutan. Termasuk program pengadaan sarana prasarana TIK. Bukan hanya
itu, budaya “melek” tekbologi informatika bagi guru dan siswa juga harus
menjadi prioritas.
Beberapa agenda ini penting agar pada saatnya ujian nasional CBT
dapat dilaksanakan untuk semua sekolah. Realitas kesenjangan mutu
antarsekolah juga harus menjadi perhatian. Belum lagi soal lokasi sekolah
yang tersebar seantero Nusantara.
Menurut data Puspendik Kemendikbud, jumlah sekolah negeri-swasta
secara nasional yang mengikuti ujian nasional tahun ini mencapai 18.552
(SMA/MA), 10.362 (SMK), dan 50.515 (SMP). Sekolah peserta ujian nasional
tersebar dalam rentang geografis dari SMP Negeri 1 Sabang di Desa Cot Bau,
Sabang, hingga ke SMP Negeri 2 Merauke di Desa Kelapa Lima, Merauke.
Sebaran lokasi sekolah itu jelas menghadirkan kesulitan tatkala
ujian nasional dilakukan secara manual. Karena itu, terobosan Kemendikbud
untuk melaksanakan ujian nasional CBT layak diapresiasi. Pasti banyak
keuntungan yang diperoleh jika pada saatnya nanti semua sekolah melaksanakan
ujian nasional CBT. Ujian nasional CBT pasti dapat menghemat anggaran.
Menurut data Puspendik, peserta ujian nasional 2015 mencapai 7,3
juta siswa. Dapat dihitung, berapa banyak anggaran yang dihemat jika ujian
nasional CBT diterapkan untuk semua sekolah. Itu belum termasuk penghematan
anggaran yang biasa dialokasikan untuk percetakan soal, pengamanan soal oleh
pihak kepolisian, pengiriman soal hingga ke sekolah, dan pengawasan ujian
yang melibatkan pihak-pihak terkait.
Karena pelaksanaan ujian nasional 2015 tinggal menghitung hari,
Kemendikbud harus mematangkan persiapan teknisnya. Kemendikbud harus ingat
kasus karut-marut ujian nasional 2013 akibat mismanajemen dalam bidang teknis
percetakan dan pengiriman soal.
Kemendikbud harus menyadari betul bahwa pelaksanaan ujian
nasional merupakan bagian dari kehormatan (marwah) bangsa. Yang juga penting
disiapkan adalah pelaksanaan ujian nasional CBT. Model ujian nasional online
ini harus disiapkan dengan matang sehingga pada tahap rintisan ini ada
success story .
Jika pada tahap rintisan ini banyak diwarnai kekurangan dalam
pelaksanaannya, pasti akan menimbulkan pobia (rasa takut) terhadap TIK di
kalangan siswa, guru, dan orang tua. Padahal jika dicermati, ujian nasional
CBT pasti dapat menurunkan tingkat kecurangan dan menghemat biaya.
Ujian nasional CBT pada saatnya juga dapat menjadikan generasi
masa depan bangsa berbudaya ICT. Untuk itu, Kemendikbud harus memastikan
sekolah piloting tidak mengalami kendala yang bersifat teknis. Sementara
sekolah dan orang tua harus menyiapkan mental siswa.
Seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan siswa sebab ujian
nasional tahun ini tidak lagi menentukan kelulusan siswa. Jadi, jangan pernah
ragu untuk berbuat jujur? ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar