Tahun Cahaya
Fidelis Regi Waton ; Alumnus Filsafat Politik
Humboldt-Universitaet zu Berlin, Jerman
|
KOMPAS,
10 April 2015
Secara internasional PBB memproklamasikan pada 2015 sebagai
tahun cahaya dan teknologi berbasis cahaya. Slogannya ”Light for Change” (Cahaya
untuk Perubahan).
Penetapan ini mengingatkan kita akan peran strategis, inovatif,
reformasif-revolusif dan vital cahaya bagi kehidupan human dan infrahuman.
Cahaya memengaruhi ritme hidup manusia, hewan, dan tumbuhan.Suksesi siang dan
malam, terang dan gelap, mulanya diterima sebagai fenomena alam yang lumrah
dan otomatis. Matahari diklaim sebagai sumber cahaya kosmos.
Sejak dahulu manusia tergiur untuk mengamati cahaya di horison.
Peradaban klasik di Tiongkok, India, Mesir, Yunani, Arab, Persia, dan Maya
menyibukkan diri dengan astrologi, terbukti dari penetapan rasi bintang,
format kalender dan konstruksi siklus waktu.Banyak ahli perbintangan tertarik
mengamati dan menginterpretasi lautan cahaya di langit demi aplikasi praksis
pelayaran, pertanian, penentuan pergantian musim, pengobatan dan ritual.
Kelak para astronom berhasil menjaraki dan menganalisis obyek-obyek di
kejauhan jagat raya yang sebelumnya hanya dikagumi.
Beberapa filsuf dan astronom Yunani menghubungkan esensi cahaya
dan pancarannya dengan kesanggupan manusia untuk melihat. Kata Plato: ”Indra
penglihatan mengamati matahari, bulan dan bintang di langit. Pengamatan ini
mendorong kita untuk menyelidiki dan berfilsafat.”
Sekitar tahun 150, Claudius Ptolemeus berhasil mengamati lebih
dari 1.000 bintang dengan mata telanjang. Ia mendeteksi pancaran, penyebaran,
dan refleksi bias pada cermin, yang kelak melandasi pemahaman cahaya secara
matematis-geometris. Penemuan teleskop yang dilengkapi teknik komputer
canggih dewasa ini telah memetakan tak terhitung rahasia bintang di galaksi
dan cahaya yang dipancarkannya dengan lebih obyektif.
Cahaya dikategorikan sebagai komponen utama pendongkrak
pengetahuan, sivilisasi, dan kebudayaan. Penemuan, inovasi, dan pengembangan
cahaya sebagai fenomen alam secara ilmiah dan aplikasinya mempermudah
pemahaman komprehensif tentang kosmos. Teknologisasi medis, seni, fotografi,
perfilman, dan sarana komunikasi publik tak bisa dipikirkan tanpa cahaya.
Momentum tahun cahaya dilatari beberapa jubileum seputar
eksplorasi ilmiah pada zona cahaya. 2015 diperingati 1.000 tahun awal
penelitian optik. Sekitar 400 tahun silam para insinyur Perancis
mengembangkan prototipe pertama mesin tenaga surya; 200 tahun kemudian
fisikawan Perancis, Augustin Jean Fresnel, memublikasikan karya perdananya
tentang teori gelombang cahaya. Dengan teorinya tentang elektro dinamik,
pakar fisika Skotlandia, James Clerk Maxwell, merumuskan dasar teori listrik
dan magnet pada 1865.
Pada 1915, Albert Einstein memperkenalkan teori monumentalnya
tentang relativitas umum. Pada 1965, Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan
radiasi yang menyebar merata di seluruh ruang alam semesta, tetapi tidak
dapat ditentukan sumbernya. Radiasi ini dinamakan cosmic background (radiasi
latar belakang kosmis) yang terbukti sebagai sisa-sisa Big Bang (dentuman
besar). Penemuan mereka membenarkan adanya Big Bang.
Pada tataran ilmiah, tahun cahaya internasional hendak
membangkitkan kesadaran dan memupuk kehausan inovatif di bidang cahaya dan
energi. Lembaga ilmiah dari pelbagai disiplin ilmu disokong demi merangsang
eksperimen serta inovasi teknologi cahaya, penemuan, dan pengembangan potensi
energi.
Ciri-ciri, karakter dan faedah cahaya hanya diorbitkan melalui
penelitian ilmiah. Cahaya Big Bang mendeskripsikan awal universum. Spektrum
cahaya dari sinar X hingga inframerah memungkinkan teknologi yang mengubah
hidup kita. Interaksi cahaya dengan tubuh manusia dalam ranah medis membantu
diagnosis, terapi dan langkah operatif yang efektif dan efisien.
Tahun cahaya menantang pihak pengambil keputusan politik agar
kebijakan yang diambilnya bukan melulu berorientasi praksis-material,
melainkan juga abstrak-ilmiah. Kemajuan tak bisa dipikirkan tanpa penelitian
dan pengetahuan. Negara-negara maju tak sungkan-sungkan mengalokasikan dana
besar untuk bidang penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Sektor ini
masih dianaktirikan di Indonesia yang lebih berfokus pada ekonomi sebagai
panglima pembangunan.
Dari perspektif ekologi, tahun cahaya mengajak kita untuk secara
dramatis mengurangi dan memberantas kontaminasi dan polusi cahaya. Gaya hidup
dengan konsumsi cahaya dan energi secara sewenang-wenang dan tak bertanggung
jawab dikritik dan dikikis. Energi dan cahaya harus dihemat. Pengembangan
sumber-sumber cahaya dan energi yang murah, efisien, ramah lingkungan dan
regeneratif tak bisa ditawar-tawar. Kualitas moral dan politik suatu bangsa
turut ditentukan pergaulannya dengan cahaya dan energi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar