Kamis, 09 April 2015

Ofensif Arab Saudi terhadap Houthi di Yaman

Ofensif Arab Saudi terhadap Houthi di Yaman

Ibnu Burdah  ;  Pemerhati masalah Timur Tengah dan Dunia Islam
MEDIA INDONESIA, 08 April 2015

                                                                                                                                                            
                                                                                                                                                           

SUDAH lebih dua pekan, koalisi negara-negara Arab Teluk pimpinan Arab Saudi melancarkan rangkaian serangan udara besar-besaran ke Yaman. Koalisi itu terdiri dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Kuwait, dan Yordania (semua negara Arab Teluk minus Oman plus Yordania). Enam negara itu semuanya berbentuk kerajaan dan kaya raya, kecuali Yordania. Empat negara lain ialah Maroko, negara yang jauh dari `arena', Mesir, Sudan, dan Pakistan sebagai satu-satunya negara non Arab. Mereka menyebut operasi itu dengan ``Ashifatul Hazm' (kurang lebihnya berarti badai keteguhan atau penentuan).

Skala operasi militer ini luar biasa besar, yakni hampir dua ratus pesawat tempur supermahal terlibat dalam operasi ini. Sasarannya ialah kelompok bersenjata Houthi dan militer pendukung Ali Abdullah Saleh (Presiden Yaman terguling). Serangan itu menarget basis-basis kekuatan kelompok Houthi di Yaman, baik di Shan'a (lebih tepat daripada Sana'a), Adn, dan beberapa wilayah Selatan lain, serta di Yaman Utara yang berbatasan langsung dengan Arab Saudi, terutama di Sha'dah yang juga basis tradisional kaum Syiah Houtsi. Kekuatan darat Arab Saudi juga terlibat pertempuran di perbatasan Yaman.

Mengapa Arab Saudi tak mau berhenti menyerang Yaman, pada hal korban sudah banyak berjatuhan? Rakyat sipil yang meninggal mendekati 100 orang, termasuk puluhan anak-anak tak berdosa. Keterpecahan sosial menjadi bencana tak kalah seriusnya. Yaman dikhawatirkan terjebak perang sangat panjang dalam skala luas seperti di Suriah. Namun, sudah sekitar lebih dari dua pekan, Arab Saudi dan koalisi justru menambah kekuatannya untuk menghancurkan Houthi di Yaman, termasuk dengan mengirim senjata secara besar-besaran untuk para kabilah pendukung Presiden Hadi. Mereka sepertinya all out menyiapkan perang dalam jangka panjang.

Padahal, kebiasaan yang terjadi selama ini, Arab Saudi condong memberikan dukungan finansial besar besaran pada kelompok kekuatan di suatu negara, untuk menghadapi ke lompok yang didukung Iran. Mereka berteriak keras untuk mendesak negara-negara besar melakukan aksi militer melalui Liga Arab atau PBB. Yang pasti, Arab Saudi jarang sekali terlibat perang secara langsung. Sekarang, kerajaan ini terlibat secara langsung dengan kekuatan penuh dan sedang memimpin sebuah `perang' dalam skala besar.

Ancaman

Arab Saudi menyadari benar posisinya yang sudah sedemikian terjepit oleh kekuatan dan pengaruh Iran. Maklum, kontestasi dan konflik kedua negara inilah sesungguhnya yang menjadi inti dari berbagai konflik yang terjadi di Timur Tengah belakangan ini. Sejak 1980-an, Iran dipandang sebagai ancaman serius bagi negara itu. Bahkan, sejak 1990 an, Arab Saudi menganggap Iran sebagai musuh nomor satu dan menganggap Israel bukan lagi sebagai sumber ancaman di kawasan.

Di perbatasan utara, yaitu Irak, perebutan pengaruh kedua negara jelas dimenangi Iran. Dukungan besar-besaran yang diberikan Arab Saudi untuk kelompok Sunni di negara itu tak membawa hasil sebagaimana yang diharapkan. Bahkan, Arab Saudi pada awalnya merasa harus berpihak pada kelompok yang sekarang ini disebut ISIS. Ini disebabkan Arab Saudi begitu antipati dengan pengaruh Iran di negara itu. Sementara musuh utama ISIS pada awalnya ialah kelompok Syiah di Irak dan Iran. Irak sekarang bagi Arab Saudi tak ubahnya ialah sumber ancaman, sebab pengaruh Iran begitu kuat di negeri itu. Huru-hara perang melawan ISIS beberapa waktu terakhir tak menggeser situasi itu. Bahkan, peran dan pengaruh Iran di Irak semakin kuat.

Sementara di perbatasan laut Persia, posisi Bahrain juga kurang menguntungkan kepentingan Arab Saudi. Negara yang berpenduduk mayoritas Syiah dengan penguasa Sunni itu juga mengalami pergolakan hebat untuk menjatuhkan rezim. Arab Saudi terlibat langsung dalam upaya meredam unjuk rasa rakyat itu dengan mengirim tentara.Sekalipun sejauh ini Arab Saudi dan Bahrain cukup berhasil meredam gejolak itu, Bahrain tetap bisa menjadi sumber ancaman yang setiap saat bisa meledak, sebab posisi Iran yang begitu dekat dan populer di kalangan luas rakyat Bahrain.

Sementara di wilayah Selatan, Arab Saudi gagal mempertahankan pengaruhnya di Yaman. Sebaliknya, Iran berhasil me nancapkan kukunya dengan mendukung k ekuatan Syiah Houthi. Agresivitas kelompok Houthi beberapa bulan terakhir memang luar biasa. Saat awal operasi udara Arab Saudi itu dilancarkan, kelompok bersenjata ini sedang bersiap untuk merebut `Adn, kota kedua Yaman yang menjadi basis pemerintahan Presiden Hadi yang terguling.

Arab Saudi sepertinya sudah `tak tahan' dengan perkembangan Timur Tengah yang semakin berpihak kepada Iran. Apalagi, setelah Iran dengan 5+1 itu telah mencapai kerangka kesepakatan damai dalam isu nuklir, posisi Arab Saudi semakin terdesak. Karena itu, sudah menjadi rahasia umum jika Arab Saudi ialah pendukung penting dalam upaya ofensif udara Israel terhadap arsenal nuklir Iran yang sejauh ini belum dapat dilakukan.Berlanjutnya serangan ke Yaman secara tak langsung ialah jawaban Arab Saudi terhadap kesepakatan damai Barat-Iran itu.

Arab Saudi juga terus membangun kekuatan militernya secara `ekstrem' selama empat tahun terakhir. Sebuah kekuatan militer yang dibangun di atas tumpukan `uang' berbau minyak, bukan pada tradisi militer yang kuat. Ancaman terhadap Arab Saudi memang begitu besar jika Yaman sepenuhnya dalam kekuasaan kelompok Syiah. Yaman memiliki perbatasan langsung yang panjang dengan Arab Saudi. Kebetulan, basis kekuatan kelompok itu tepat di perbatasan Arab Saudi. Karena itu, Arab Saudi merasa harus menarik kembali Yaman ke dalam orbitnya dengan segala cara dan dengan harga berapa pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar