Bung
Jokowi, Selesaikan Skandal Ahok!
M Amien Rais ;
Mantan Ketua MPR RI
|
REPUBLIKA, 28 Oktober
2016
Saya tulis pendapat saya ini sebagai masukan
kepada Bung Jokowi. Saya yakin kasus penistaan Ahok terhadap Alquran menuntut
penyelesaian secepatnya, langsung di bawah pengarahan dan pengawasan
Presiden. Lihatlah rangkaian demo yang makin marak di berbagai daerah.
Rentetan demo itu bersifat spontan. Intinya:
permintaan maaf dari Ahok diterima, tapi proses hukum yang adil, jujur, dan
transparan harus segera dilakukan.
Saya, sebagai seorang Muslim, sangat-sangat
tersinggung dan terhina dengan ucapan Ahok bahwa ayat 51 surah al-Maidah
digunakan untuk membohongi masyarakat. Untuk memilih atau tidak memilih
seseorang. Ucapan itu menyiratkan rasa benci Ahok pada Alquran, kitab suci
umat Islam seluruh dunia, sejak 14 abad silam.
Alquran memberi tahu kaum beriman bahwa
ungkapan kebencian terkadang muncul jelas dari mulut-mulut pembenci Islam.
Namun yang tersembunyi di dada mereka jauh lebih besar (QS Ali Imran: 118).
Umat Islam Indonesia karena rasa tasamuh-nya (toleransinya) demikian besar,
sering kali dianggap bodoh, mudah dibodohi, dan punya daya tahan istimewa
menghadapi berbagai macam penghinaan. Penghinaan politik, penghinaan sosial,
dan penghinaan ekonomi.
Umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia
umumnya, cukup marah dengan berbagai keputusan Menkumham sekarang, yang
cenderung memecah-belah berbagai kekuatan politik anak-anak bangsa. Tentu
pemerintah bodoh karena usaha pecah-belah itu dalam jangka panjang akan jadi
bumerang bagi pemerintah sendiri.
Akan tetapi, lihatlah berbagai kekuatan
politik itu menelan kemarahan mereka. Semarah apa pun mereka tidak bergerak.
Mereka tetap bersabar.
Ketika masyarakat merasakan kehidupan yang
makin sulit, pengangguran makin meluas, dan angka kemiskinan bertambah,
rakyat tetap sabar. Mereka cukup geram, tapi tidak bergerak secara massal.
Mereka tetap sabar sambil berharap semoga esok bisa lebih bagus dari hari
ini.
Ketika kekuatan asing dan aseng menggenggam
seluruh sektor ekonomi nasional, lagi-lagi umat Islam dan anak bangsa lainnya
tetap bersabar. Lihatlah seluruh sektor ekonomi penting telah berada di
tangan asing dan aseng.
Sejak dari properti, perbankan, pertambangan,
pertanian, kehutanan, sampai perkebunan, dan lain-lain, sudah tidak lagi di
tangan anak-anak bangsa. Penguasaan tanah di berbagai kota besar juga berada
di tangan agen-agen kepentingan asing dan aseng. Tujuh puluh delapan persen
tanah di DKI Jakarta sudah dimiliki oleh para benalu bangsa.
Marahkah rakyat Indonesia? Tentu! Tetapi,
mereka telan kemarahan itu dengan kesabaran yang tidak ada duanya di dunia.
Lagi-lagi, rakyat hanya berkeluh-kesah, tapi tidak bergerak.
Ketika hukum dilaksanakan secara tebang-pilih
atau diskriminatif, rakyat marah, tetapi tetap tidak bergerak. Ketika korupsi
berskala raksasa jelas-jelas dilindungi, sejak dari skandal BLBI, Bank
Century, deforestasi (penghancuran hutan), sampai yang terbaru skandal Sumber
Waras dan reklamasi Teluk Jakarta, rakyat hanya berkeluh-kesah, geram, marah,
nyaris putus asa. Tetapi, mereka tidak bergerak. Sabar dan tetap sabar.
Nah, Bung Jokowi, kasus Ahok merupakan skandal
dari jenis yang sangat berbeda. Berbagai skandal yang saya sebutkan di atas,
cuma skandal berdimensi dunia, walaupun sangat menohok rasa keadilan rakyat.
Bung Jokowi, kasus Ahok mengguncangkan
Indonesia karena Ahok sudah menyodok kesucian langit. Ahok sudah benar-benar
kelewatan. Saya sependapat dengan KH Hasyim Muzadi, siapa pun yang berani
menista Allah, Rasul-Nya, dan Alquran tidak ada yang bisa selamat. Mengapa?
Karena umat Islam di mana saja berada, tidak pernah bisa menerima penistaan
terhadap Allah, Rasul-Nya, dan Kitab Suci-Nya.
Mohon dimengerti pula, usaha apa pun yang
dilakukan untuk membelokkan fokus perhatian lewat berbagai cara agar skandal
Ahok pelan-pelan menghilang, pasti akan sia-sia. Yang terjadi justru semakin
ditunda penyelesaian hukum skandal Ahok, semakin tinggi risiko yang kita
hadapi.
Setelah peristiwa skandal Ahok di Kepulauan
Seribu, ia ngomong kacau lagi tentang Pancasila. Katanya, Indonesia yang
berdasar Pancasila menjadi utuh hanya apabila minoritas sudah menjadi
presiden. Tentu banyak rakyat yang marah pada celotehan ini, tetapi segeram
apa pun rakyat tetap tidak turun ke jalan.
Semoga Bung Jokowi cukup arif untuk memahami
bahwa skandal Ahok di Kepulauan Seribu itu telah menjadi bom waktu, yang daya
ledak sosial-politiknya dapat mengguncangkan sendi-sendi stabilitas nasional
dan persatuan bangsa.
Akankah kita unggulkan seorang Ahok di atas
kepentingan 250 juta bangsa Indonesia? Jasa besar apa yang pernah ditorehkan
oleh Ahok untuk bangsa Indonesia?
Bung Jokowi, kami semua tahu bahwa Kapolri dan
seluruh jajaran Polri berada dalam kendali Anda. Terus terang kasihan Kapolri
harus memikul tanggung jawab untuk penyelesaian hukum kasus skandal Ahok, dan
menjadi sasaran kritik masyarakat sampai sekarang.
Lucunya, Anda belum berkata sepatah kata pun
sampai sekarang tentang skandal Ahok. Sungguh aneh. Ada apa gerangan?
Bola penyelesaian skandal Ahok yang sangat
berbahaya itu ada di tangan Anda. Hentikanlah permainan image building
(pencitraan) Anda. Di sebuah kesempatan, Anda bicara, biarlah KPK mengurusi
korupsi gede, sementara Anda yang kecil-kecil.
Pungli sepuluh ribu rupiah pun akan Anda
kejar. Saya yakin decak kagum masyarakat yang dulu Anda nikmati, sekarang
sudah berubah total. Rakyat kita sudah cukup cerdas, membedakan mana emas,
mana loyang.
Saya doakan Bung Jokowi bisa mengambil langkah
cepat, bijak, dan tepat. We are racing against time, kita berlomba dengan
waktu.
Skandal Ahok penting mbahnya penting untuk
segera diselesaikan secara hukum. Jangan berputar dan berkeliling membeli
waktu dengan harapan skandal Ahok dapat meredup, dan akhirnya selesai dengan
sendirinya. Sesuatu yang mustahil. Bung Jokowi, saya hanya mengingatkan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar