Generasi Y dan Dunia Pertanian
Aldyon Restu Azkarahman ;
Mahasiswa Pascasarjana
Fakultas Peternakan UGM
|
KOMPAS, 18 Oktober
2016
Generasi Y atau yang
biasa disebut sebagai generasi milenial adalah generasi yang lahir pada
rentang akhir 1970-an hingga pertengahan tahun 1990-an. Berbeda dari dua
generasi sebelumnya, yaitu generasi X atau baby boomers dan generasi GI atau
greatest generations, generasi Y tumbuh pada kondisi yang relatif lebih
sejahtera. Mereka didampingi perkembangan teknologi dan akses informasi yang
cepat dan nyaris tidak berbatas. Kondisi tersebut menyebabkan mayoritas
generasi Y memiliki karakteristik yang berbeda daripada generasi-generasi
pendahulunya.
Generasi Y dikenal
sebagai generasi yang lebih ambisius, berekspektasi tinggi, serta selalu
ingin menyelesaikan segala sesuatu dengan lebih cepat dan lebih praktis.
Salah satu hal lain yang membedakan generasi Y dengan pendahulunya adalah
passion. Bagi generasi Y, passion menjadi hal substansial dalam
mempertimbangkan jenjang karier yang akan mereka pilih.
Passion, nyatanya,
masih merupakan hal yang dapat dikatakan abstrak. Ia berbentuk hasrat atau
keinginan dan muncul dalam berbagai macam jenis pada setiap orang.
Ketersediaan informasi yang nyaris tak berbatas menumbuhkan sejumlah bentuk
passion bagi generasi Y, menyebabkan faktor lingkungan, orangtua atau
keluarga bukan lagi faktor utama dalam penentuan karier mereka. Maka, sudah
jadi hal biasa ketika seorang anak generasi Y memiliki jalur karier yang
berbeda dari orangtuanya.
Satu hal pasti yang
dapat ditarik bagi generasi Y adalah, mengingat karakteristik dari generasi Y
itu sendiri, passion setidaknya dapat memenuhi ekspektasi dan membawa mereka
sukses secepat mungkin. Oleh karena itu, pada umumnya generasi Y memiliki
cita-cita yang sangat besar, sangat wah, dan passion bak mewujud bahan bakar
sekaligus lintasan pacu bagi mereka untuk dapat mengubah dunia menjadi lebih
baik sesuai versi mereka masing-masing.
Tidak ada yang salah
dari generasi Y beserta passion yang mereka miliki. Bahkan, cenderung
bersifat positif karena mayoritas generasi Y sudah tahu dan dapat menentukan
arah karier yang akan dijalani pada umur yang relatif masih muda. Hal
tersebut dapat dilihat dari banyak wirausaha muda yang tumbuh dan sukses dengan
sejumlah usaha ataupun start-up kreatif yang mereka ciptakan, sesuatu hal
yang jarang terjadi pada generasi sebelumnya.
Ironi bidang pertanian
Hal yang menjadi ironi
adalah kenyataan bahwa passion yang diiringi ekspektasi-ekspektasi tak selalu
berjalan berbarengan pada semua bidang. Pertanian, contohnya. Dunia
pertanian, termasuk di dalamnya peternakan, kehutanan, dan juga perikanan,
merupakan bidang yang proses produksinya relatif lamban, tidak bisa
digesa-gesa, sehingga memberikan hasil yang lebih lama ditambah dengan risiko
kegagalan yang cukup tinggi. Bidang ini sangat bergantung pada kondisi alam,
lebih tepatnya merupakan hasil hubungan dua arah antara alam dan manusia.
Usaha percepatan,
seperti penggunaan bahan-bahan kimia atau modifikasi genetik, diketahui
berdampak buruk baik bagi alam ataupun bagi manusia itu sendiri, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Pertanian adalah bidang yang masih didominasi
generasi X dan GI.
Lamanya proses
kegiatan pertanian berbanding terbalik dengan karakter generasi Y yang ingin
serba cepat dan praktis. Belum lagi berita-berita mengenai kehidupan petani
yang susah seakan makin menjauhkan dunia pertanian dengan passion generasi Y.
Berbeda dengan bidang-bidang lain di mana ingar-bingar berita mengenai teknologi,
properti, dan bisnis yang menjanjikan, ataupun politik, bahkan entertainment
yang memiliki banyak pengaruh bagi kehidupan di banyak media masa semakin
menggeser dunia pertanian dari benak generasi Y.
Pertanian kemudian
seolah menjelma sebagai makhluk asing, dan urusan pertanian di Indonesia
bukan menjadi urusan mereka. Seakan sepakat dengan hal tersebut, jika
kemudian kita tinjau pada ranah pendidikan formal, fakultas pertanian lambat
laun menjadi kalah penting dan kalah "bergengsi" dibandingkan fakultas-fakultas
lain.
Data Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) tahun 2011 menunjukkan, lulusan
fakultas pertanian (termasuk peternakan dan perikanan) 3,32 persen dari total
lulusan mahasiswa di Indonesia. Nilai tersebut belum lagi dikurangi jumlah
lulusan yang berkarier di bidang non-pertanian dan masih rendahnya kesempatan
kerja bagi perempuan di bidang ini. Jumlah mahasiswa pertanian yang rendah
saat ini tidak hanya terjadi di Indonesia, rendahnya minat generasi Y pada
bidang pertanian tampaknya telah menjadi tren dunia.
Namun, dengan
rendahnya agen penerus estafet pertanian di Indonesia, tidaklah mengherankan
jika nanti identitas Indonesia sebagai negara agraris tidak hanya menjadi
teori, tetapi juga menjelma menjadi sebuah anekdot. Lebih mengkhawatirkan
lagi, survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2013
menunjukkan, selama kurun 2003-2013 Indonesia sudah kehilangan 5,1 juta rumah
tangga petani.
Merangkul generasi Y
Mengetahui hal
tersebut, pemerintah sebenarnya tidak hanya berpangku tangan. Program Sinergi
Aksi untuk Ekonomi Rakyat dibuat dan diperkenalkan pada April tahun ini. Pada
peluncuran program tersebut, Presiden Joko Widodo memperkenalkan lima startup
yang berfokus di bidang pertanian. Sebuah program pemerintah yang patut kita
apresiasi karena tidak hanya merupakan itikad untuk memulihkan kondisi
pertanian di Indonesia, juga telah menjadi inisiatif untuk merangkul generasi
Y yang ingin berkontribusi di bidang pertanian.
Lima startup yang
diperkenalkan adalah aplikasi berbasis gawai android dengan nama Petani,
TaniHub, LimaKilo, Pantau Harga, dan Nurbaya Initiatives. Melalui
karakteristik dan keunggulan masing-masing, secara keseluruhan lima startup
yang diperkenalkan bertujuan mempermudah pertukaran informasi dan memotong
jalur distribusi dari produsen menuju konsumen, sebuah startup yang sangat
bercorak generasi Y.
Sayangnya, startup
tersebut masih belum bisa menjawab permasalahan terkait kurangnya jumlah
petani beserta produk pertanian yang dihasilkan di Indonesia. Artinya, masih
terlihat ada jarak pada peralihan tongkat estafet antara generasi Y dan
generasi sebelumnya di bidang pertanian.
Pada tahun 2020,
sekitar 40 persen usia produktif di Indonesia akan diisi generasi Y. Angka
tersebut merupakan proyeksi yang dilakukan Bappenas, di mana pada tahun
tersebut generasi Y akan menginjak usia 25-40 tahun. Berdasarkan angka
tersebut itu juga, dapat dikatakan bahwa pada tahun 2020 roda pemerintahan
dan sejumlah aspek-aspek kehidupan bernegara akan banyak ditentukan generasi
Y.
Satu pertanyaan yang
menjadi penting dan genting untuk kita ajukan adalah apakah pada tahun 2020,
generasi Y sudah "mampu" melanjutkan perjuangan Indonesia untuk
menjadi negara swasembada pangan? ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar