Anies Bersolek Bangun Ruang Publik,
tapi Lupa Masalah Mendasar DKI? Riyan Setiawan : Jurnalis Tirto.id |
TIRTO.ID, 25 Juli 2022
Jelang akhir
masa jabatan pada Oktober 2022, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan terlihat
gencar memamerkan hasil pembangunan sejumlah ruang publik oleh Pemprov DKI.
Namun, Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan menilai,
Anies hanya bersolek memamerkan pembangunan sarana publik tersebut, tapi
melupakan masalah fundamental Jakarta. “Iya, Anies
hanya bersolek, bukan malah melakukan hal-hal yang penting yang dia janjikan
saat janji kampanye Pilgub 2017. Warga Jakarta harus sadar itu, yang dia
banggakan hanya solekan saja, hanya make up saja," kata Tigor kepada
reporter Tirto, Kamis (21/7/2022). Sejumlah
pembangunan yang dipamerkan Anies dan menyita perhatian publik, antara lain
Tebet Eco Park. Namun kini ditutup sementara karena banyaknya parkir liar
yang memakan badan jalan sehingga terjadi kemacetan. Kemudian
Jembatan Phinisi Sudirman yang tampak Instagramble. Anies juga membangun
Jakarta International Stadium (JIS) dengan stadion berstandar FIFA.
Selanjutnya pembangunan sirkuit Formula E yang mengalami banyak permasalahan
karena dibangun tergesa-gesa dan memakan biaya Rp60 miliar. Lalu,
revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), tetapi sampai saat ini masih terjadi
polemik dari para seniman TIM. Dan baru-baru ini adalah Perpustakaan Jakarta
Cikini yang berada di TIM yang diresmikan oleh Gubernur Anies Baswedan pada
Kamis (7/7/2022). Namun Tigor
mengkritik Anies yang hanya bersolek memamerkan pembangunan, tapi luput akan
permasalahan fundamental warga Jakarta, misalnya kemacetan dan banjir. Misalnya,
Jakarta menjadi salah satu kota termacet di Asia, menduduki peringkat 10
dengan 53 persen tingkat kemacetan dibandingkan kondisi normal atau tidak
macet di kota tersebut. Salah satu penyebabnya adalah terbatasnya angkutan
umum. Selain itu,
permasalahan banjir di Jakarta juga tak kunjung usai. Apalagi saat memasuki
musim hujan yang dapat menenggelamkan pemukiman dan membuat warga menjadi
kesulitan. Selanjutnya
permasalahan kemiskinan di Jakarta. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS), persentase penduduk miskin di DKI Jakarta sebesar 4,69% per Maret
2022. Angka ini naik 0,02 poin dibandingkan September 2021 yang sebesar
4,67%. Masalah
fundamental lainnya adalah soal polusi udara di Jakarta. Kualitas udara
Jakarta tercatat sebagai yang terburuk di dunia pada Selasa (21/6/2022). Pada
hari itu tepat pukul 06.00 WIB, data situs pemantau udara IQAir melaporkan
kadar polusi Jakarta mencapai 205 US AQI yang masuk ke level sangat tidak
sehat (very unhealthy). Hal tersebut
diketahui dari lembaga data kualitas udara, IQ Air yang menempatkan polusi
udara Jakarta pada posisi pertama terburuk di dunia. Tigor
menegaskan, seharusnya peningkatan kualitas hidup masyarakat tak kalah
penting untuk menjadi prioritas dibandingkan Gubernur Anies bersolek. “Kita
nggak butuh make up untuk bersolek, kita butuh dipenuhi kebutuhannya. Yang
kami butuhkan makan, Jakarta bebas macet dan banjir, dan rakyat bisa
mendapatkan pekerjaan," kata dia. Hal senada
diungkapkan Anggota Komisi E DPRD DKI, Anggara Wicitra Sastroamidjojo. Ia
menilai, selama ini Gubernur Anies hanya fokus melakukan pembangunan
monumental dan seremonial. Namun, melupakan permasalahan fundamental yang
seharusnya diprioritaskan di Jakarta seperti macet, banjir, hingga
kesejahteraan warga Jakarta. “Kita bisa
menilai pencapaian Pak Anies dalam menangani masalah fundamental Jakarta
selama masa jabatannya tidak signifikan,” kata Anggara saat dihubungi
reporter Tirto, Kamis (21/7/2022). Ketua Fraksi
PSI di DPRD DKI itu menilai, Pemprov DKI di bawah pimpinan Anies terlihat
fokus mengerjakan hal monumental yang terasa sekali untuk kepentingan politik
pribadinya dibanding menuntaskan permasalahan-permasalahan prioritas yang
dihadapi masyarakat DKI. “Saya harap di
sisa masa jabatan ini, Pak Anies bisa memanfaatkannya dengan baik untuk
menuntaskan permasalahan-permasalahan fundamental,” kata dia. Agar Kinerjanya Diingat Warga Direktur
Eksekutif Pusat Studi Perkotaan, Nirwono Joga menilai, tujuan Gubernur Anies
membuat banyak bangunan yang menjadi sorotan publik karena ingin meninggalkan
kenangan di mata warga selama menjabat. “Jadi bangunan
dalam bentuk fisik agar selalu diingat warganya,” kata Nirwono kepada
reporter Tirto. Sebab, kata
Nirwono, pembangunan fisik kota adalah hal yang paling mudah dilihat oleh
masyarakat sebagai keberhasilan kinerja sang pemimpin. Ketimbang hal lain,
seperti penyediaan air bersih dan sanitasi higienis bagi seluruh warga DKI,
meningkatan kualitas udara sehat, pengurangan kemacetan lalu lintas yang
semakin parah, hingga pengurangan banjir secara signifikan. Namun
persoalannya, kata dia, sebagian masyarakat terutama warganet seringkali
menilai keberhasilan dari pejabat negara dari suatu yang mudah tampak seperti
pembangunan sarana prasarana. Sementara
kepekaan terhadap persoalan di baliknya justru tidak diangkat, misal
revitalisasi Jembatan penyebrangan orang (JPO). Nirwono
mengatakan, pekerjaan rumah sebelum berakhir masa jabatannya, Gubernur Anies
harus menyelesaikan permasalahan fundamental seperti banjir dengan membenahi
sungai, merevitalisasi situ/danau/embung/waduk, merehabilitasi saluran air
kota, dan merestorasi kawasan pesisir yang selalu terdamapk banjir rob. Kemudian untuk
mengurangi banjir dan polusi, kata dia, Gubernur Anies juga harus menambah
luasan ruang terbuka hijau (RTH) untuk menyerap air. Selanjutnya untuk menata
lalu lintas dan mengurai kemacetan, Pemprov DKI harus mengintegrasikan
transportasi publik serta terus memperluas trotoar dan jalur sepeda. “Lalu
membangun banyak rusunawa bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok
pekerja muda, mahasiswa, serta memperbaki kampung kumuh,” kata dia. Respons Pemprov DKI Wakil Gubernur
DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria membantah sejumlah tudingan di atas. Dia
mengatakan Gubernur DKI, Anies Baswedan melakukan seremonial pembangunan
memang sesuai dengan waktu yang ditentukan. Politikus
Partai Gerindra ini menegaskan, tidak ada hubungannya dengan masa jabatannya
yang akan berakhir pada Oktober 2022 nanti. “Jadi
seremoni-seremoni memang waktunya, tidak dikumpulkan di akhir, memang sudah
jadwalnya," kata Riza usai meresmikan logo Ancol yang baru di Kawasan
Ancol, Jakarta Utara, Jumat (22/7/2022). Riza
menegaskan Gubernur Anies tidak pernah luput dengan permasalahan fundamental
Jakarta dan hanya mementingkan hal seremonial saja. “Tidak luput
dong. Kan, pengendalian transportasi dibangun, pengendalian signifikan, kan.
Kita lihat data-datanya, terjadi peningkatan prestasi, kebaikan, dan kualitas
transportasi, dan kualitas pengendalian banjir, kan, semakin baik ya,” kata
Riza menambahkan. ● |
Sumber
: https://tirto.id/anies-bersolek-bangun-ruang-publik-tapi-lupa-masalah-mendasar-dki-guny