Penyiapan
Guru Abad Ke-21 Fuad
Fachruddin: Dewan Pengawas Yayasan Sukma |
MEDIA INDONESIA, 25 Juli 2022
GURU-PENDIDIK dalam kajian pendidikan
dikatakan sebagai pembawa obor pendidikan. Salah satu unsur determinan
keberhasilan setiap upaya reformasi atau implementasi kebijakan,
demokratisasi, dan usaha inovatif dalam pendidikan ialah kesediaan guru
melakukan perubahan. Selain itu, mutu guru menjadi salah satu unsur
determinan terhadap keberhasilan pembelajaran atau belajar siswa. Pendidikan
guru, termasuk kegiatan peningkatan kapasitas guru, mempunyai hubungan dengan
mutu pengajaran (Creemer, 1994; Sean, 2002; Villega-Reimer, 2004; Hopkins,
2004, Hanushek & Kain, 2005; Pushpanadham, 2020:3). Oleh sebab itu, setiap upaya perbaikan
mutu pendidikan dan pewujudan akses pendidikan bermutu bagi seluruh warga
bangsa tidak dapat dilepaskan dari memastikan tiga hal berikut; guru yang
kompeten, kualitas mengajar bermutu tinggi, dan siswa dapat mengakses
pembelajaran bermutu tinggi (OECD, 2005: 9). Dalam dunia pendidikan, arus
global memberi pengaruh kuat terhadap kebijakan, praktik, dan kelembagaan
pendidikan. Pendidikan dihadapkan kepada tuntutan fleksibilitas dan adaptasi,
misalnya, untuk menyahuti tuntutan dan kesempatan dunia kerja (Sholte, 2000;
Cohen & Kennedy, 2000; Steger, 2001). Menurut Barkatsas, Bertram (2016: 1),
sekolah hendaknya memastikan diri dapat membekali siswa keterampilan dan
kompetensi yang membuat mereka berdaya dalam dunia dengan perubahan yang
terjadi secara konstan dan tidak dapat dihindarkan. Sekolah harus memenuhi
kebutuhan kini sembari mengantisipasi kecenderungan dan tantangan ke depan.
Sekolah hendaknya menerapkan paradigma pembelajaran yang berbeda. Guru perlu
dibekali dengan kompetensi baru dan kerangka-pikir yang diperlukan dalam pembelajaran
abad ke-21 (Tan, Liu, Low, 2017: 1). Ciri guru abad ke-21 Pembelajaran abad ke-21 ialah proses
belajar-mengajar yang menyiapkan siswa dapat menghadapi kehidupan abad ke-21.
Untuk itu, menurut Barkatsas, Bertram (2016: 2), ada beberapa kemampuan yang
diperlukan dalam abad ke-21, yaitu berpikir kritis, kemampuan memecahkan
masalah, kreatif dan inovatif, kolaborasi dan kerja tim, kepemimpinan, saling
memahami silang budaya, kemampuan komunikasi dan memanfaatkan informasi,
terampil dalam berhitung dan ICT, serta kemandirian dalam karier dan belajar.
Benade (2017:1) menambahkan, ciri kelincahan dan adaptabilitas, inisiatif dan
kewirausahaan, kemampuan menulis yang efektif, keingintahuan, serta
imajinasi. Pendidikan guru abad ke-21 bukan
pelatihan teknis seperti pembuatan RPP yang cenderung teknis administratif.
Namun, upaya membangun guru menjadi pemecah masalah secara proaktif dan
peneliti yang tangguh. Guru, menurut Tan, Liu, Low (2017:2), tidak hanya
memiliki pengetahuan dan kompetensi mengajar dengan baik, tetapi juga
memiliki komitmen dan gereget yang kuat terhadap profesi dan siswa. Lingkungan belajar memberikan peluang
kepada siswa dan guru secara aktif melakukan riset dan kajian serta
memanfaatkan teknologi untuk menghubungkan sumber informasi dalam pengetahuan
silang disiplin ilmu. Hal itu dimaksud untuk memastikan bahwa kehadiran guru
ke depan selalu relevan dan responsif terhadap perkembangan zaman. Menurut
Tan, Liu, Low (2017:4), guru-pendidik mengembangkan diri dari guru aspiratif
menjadi guru self-directed, kolaborator aktif, dan pelaku refleksi
metakognitif dengan pedagogi yang maju. Pendidikan guru abad ke-21 Untuk memenuhi kebutuhan siswa tersebut,
pendidikan guru abad ke-21--sebagaimana disebutkan Pushpanadham (2020:
8)--harus memberi keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan, yaitu;
pertama, pedagogi. Keterampilan dan pengetahuan itu dapat membekali guru
menjadi inklusif, multikultural, dan menghargai keberagaman. Keterampilan
teknopedagogis dan integrasi keterampilan teknopedagogis dengan materi
dimaksudkan agar guru efektif dalam menjalankan tugas di kelas atau konsep
pedagogi yang responsif terhadap budaya, menurut Benade (2017: 34), yaitu
model pedagogi yang menekankan pada penciptaan atmosfer kelas dalam hubungan
saling menghargai, relevansi dan pilihan pribadi, pengalaman yang inklusif
dalam perspektif dan nilai siswa, serta mengembangkan percaya diri di
kalangan siswa. Kedua, kemampuan mengadaptasi rencana
pengajaran dan praktik untuk menyahuti kebutuhan belajar siswa yang beragam
dan dinamis. Ketiga, kemampuan negosiasi kelas untuk mediasi dengan pemangku
kepentingan pendidikan dalam hal materi, metodologi dan nilai, serta pilihan.
Keempat, riset dan kajian diperlukan guru untuk mendapatkan pengetahuan baru.
Kelima, kemampuan reflektif, interpersonal untuk belajar dalam masyarakat
belajar dan riset penting untuk guru ke depan. Guru perlu memiliki sikap kritis,
menilai berdasarkan bukti/data, dialog teori dan profesional agar dapat ambil
bagian dalam inovasi. Menurut Tan et all (2017: 6), kemampuan melakukan
refleksi secara sistematis, berpikir, dan melakukan upaya perbaikan
terus-menerus itu penting untuk memperkuat kemampuan guru sehingga mereka
dapat menyuguhkan proses mengajar-belajar efektif kepada siswa. Konsep belajar guru abad ke-21 Ada empat konsep belajar diperlukan guru
ke depan agar memiliki kemampuan global yaitu, pertama, personalisasi
pembelajaran. Secara pedagogis istilah itu berkaitan dengan memberi
kesempatan kepada individu mengikuti minat dan pilihan meski tetap mengait
dengan kualitas hubungan dalam kelas, termasuk responsif guru terhadap
identitas budaya, mengakui keragaman kemampuan dan pengetahuan, menciptakan
lingkungan belajar yang beragam, dan mengembangkan penilaian dan masukan
menurut siswa. Kehidupan pribadi siswa terkait dekat
dengan usaha menarik kembali dan berbagi informasi yang relevan dan
komunikasi teman sejawat. Peserta datang dan berhak menetapkan gambaran
belajar yang mereka sepakati (Benade, 2017: 33). Kedua, pembelajaran autentik. Siswa
dibolehkan merumuskan masalah yang nyata-nyata berhubungan dengan dunia nyata
atau melakukan projek di masyarakat. Misalnya, membuka warung sayuran dan
menjual suatu produk yang dibuat peserta didik (Benade, 2017: 36). Ketiga,
pendekatan berbasis proyek, berbasis masalah, dan berbasis desain dalam
pembelajaran. Ide yang melatari pendekatan itu ialah kerja sama, yaitu
peserta didik berkumpul untuk mendiskusikan dan menganalisis suatu proyek. Mereka kemudian membagi diri dalam
kelompok-kelompok kecil melakukan proyek. Selanjutnya, mereka kumpul kembali
dalam kelompok besar. Pendekatan berbasis proyek dan masalah memberi siswa
masalah kehidupan nyata untuk dipecahkan yang acap kali diikuti dengan model
kajian termasuk proses membuat hipotesis, melakukan riset dan refleksi
(Benade, 2017: 36). Keempat, kolaborasi mengajar. Kolaborasi
mengajar bagi guru mencakup praktik bersama, berbagi tanggung jawab, berbagi
beban kerja, dan mengembangkan motivasi. Bagi siswa, dalam kolaborasi
mengajar terdapat keragaman dan berbagai sumber pengetahuan dan dukungan
(Benade, 2017:39). Hal lain yang perlu mendapat perhatian
pendidikan guru abad ke-21 ialah asesmen dan inovasi. Dalam asesmen, secara
skolastik, siswa siap untuk diuji. Terkait dengan inovasi dan kreativitas
dalam belajar-mengajar, siswa mampu mengembangkan keterampilan yang bisa
melahirkan pekerjaan dalam era disrupsi. Menurut Benade (2017: 37. 38), itu
yang disebut guru kreatif dan inovatif dalam melakukan tugas. Wallahualam
bissawab. ● Sumber :
https://mediaindonesia.com/opini/509166/penyiapan-guru-abad-ke-21 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar