Perlu Kesadaran
Pemilik Roda Empat dan Ketegasan Pemerintah Komaidi Notonegoro : Pengamat Energi/Direktur Eksekutif
ReforMiner Institute |
JAWA POS, 26 Juli 2022
PERLUASAN
wilayah uji coba MyPertamina terus bertambah. Hingga saat ini, tercatat ada
50 kota/kabupaten di 27 provinsi di Indonesia. Ini sebetulnya merupakan tahap
awal untuk menata agar pemberian subsidi energi bisa lebih tepat sasaran. Tahapan saat
ini adalah tahap awal atau pendataan. Menurut saya, kalau mau diperluas
wilayah uji cobanya pun silakan saja. Sebab, itu tidak menjadi jaminan kalau
yang mendaftar ke subsiditepat.mypertamina.id atau MyPertamina akan lolos
semua. Toh, ada tahapan verifikasinya, apakah cocok atau tidak untuk bisa
menikmati BBM subsidi. Di dalam
perkembangannya nanti, yang digunakan hanya barcode untuk scan.
Saudara-saudara kita yang berada di wilayah terpencil dan susah mengakses pun
bisa ke SPBU dan akan dibantu untuk mendapatkan barcode. Sebetulnya, ini
semua semangatnya ada pada pemberian subsidi yang lebih tepat sasaran. Terkait dengan
infrastruktur, menurut saya, cukup sederhana. Toh, tidak perlu handphone juga
karena kuncinya hanya ada di proses scan barcode saat sudah di SPBU. Yang
paling krusial justru menetapkan batasan siapa-siapa yang berhak dan yang
tidak berhak. Saat ini pun regulasinya masih berproses. Hingga 23 Juli
2022, Pertamina mencatat ada lebih dari 220 ribu unit kendaraan yang
didaftarkan. Masyarakat yang mendaftarkan kendaraannya pada Program Subsidi
Tepat ini tidak hanya terbatas pada kota atau kabupaten yang memang secara
resmi telah dibuka periode pendaftarannya, namun dari seluruh provinsi di
Indonesia. Meski begitu,
siapa-siapa saja yang berhak menerima kan belum diketahui. Ini juga soal
etika. Sebab, tiap orang berbeda-beda. Ada yang menilai si A sudah cukup
kaya, lantas tidak tepat menggunakan pertalite. Namun, ternyata si A merasa
dia masih miskin, ya dia akan tetap antre beli pertalite. Dalam hal ini,
ketegasan dari pemerintah sangat diperlukan, terutama untuk memilih kriteria
mana saja yang berhak mendapatkan subsidi dan yang tidak berhak. Saya pernah
menyarankan, kalau pemerintah berani, ya langsung saja dibuat pertalite hanya
untuk roda dua. Jadi, yang roda empat tidak dapat, kecuali angkutan pelat
kuning. Tapi, kan
memang pemerintah punya pertimbangan sendiri. Dan tentu ada
parameter-parameter yang ditetapkan sebagai pertimbangan dalam menetapkan
regulasi yang saat ini masih digodok. Apakah
kebijakan ini akan bisa menekan pemberian subsidi energi? Tentu bergantung
pada kriteria kendaraan apa saja yang dibatasi. Kalau roda empat tidak masuk
kriteria pemberian subsidi, hasilnya akan signifikan. Sebab, konsumsi
terbesar untuk BBM itu ada pada RON 90 atau pertalite. Nah, pertalite itu
konsumen terbesarnya roda empat. Karena kapasitas tangkinya kan lebih besar
dibandingkan roda dua. Kalau dengan
ketentuan tadi, kebijakan ini bisa sangat signifikan menekan subsidi energi.
Nah, tapi kan yang terjadi saat ini memang cukup besar pemberian subsidi dan
penyalurannya kepada roda empat. Ini juga kembali mengingatkan
pada pekerjaan rumah pemerintah yang belum rampung terkait bagaimana
menyediakan transportasi publik yang baik dan terkoneksi ke wilayah-wilayah.
Kalau saja Surabaya menyediakan transportasi publik yang menjangkau secara
merata ke kantor-kantor atau perumahan-perumahan, saya rasa masyarakat juga
akan memilih naik transportasi umum dibandingkan naik motor. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar