People Logistic dan
Fenomena CFW Yelita
Anggiane Iskandar : Dosen Teknik Logistik Universitas
Pertamina |
REPUBLIKA, 29 Juli 2022
Masih lekat dalam ingatan,
pada April lalu, kontroversi Paris Fashion Week (PFW) menjadi isu hangat yang
diperbincangkan warganet Indonesia di berbagai platform media sosial
(medsos). Kini, Citayam Fashion Week
(CFW) seolah menjadi ‘saudara kembar’ yang tak kalah menyita perhatian
publik. CFW menjadi istilah yang tak asing, terutama bagi mereka yang gemar
berselancar di medsos, seperti Instagram dan TikTok. Di industri fesyen, kita
mengenal adanya rangkaian acara peragaan busana (fashion show) fenomenal,
yang menampilkan hasil karya para desainer ternama dunia. Acara pagelaran busana ini
diselenggarakan di empat kota pusat mode dunia (Big Four), yakni Paris, Milan, New York,
dan London. Big Four telah menjadi
kiblat bagi masyarakat pecinta mode selama beberapa dekade. Selain di empat kota
tersebut, kini perhelatan serupa digelar di berbagai kota lainnya, seperti
Tokyo, Shanghai, Hong Kong, Seoul, dan Frankfurt. Cerita tumbuhnya CFW
memang tak seperti sejarah munculnya peragaan busana PFW dan teman-temannya.
CFW muncul terutama karena berkembangnya infrastruktur transportasi yang kini
menjadi serba terhubung. Ini berdampak sangat besar
terhadap pembangunan keberlanjutan di daerah, termasuk Citayam yang letaknya
terasa semakin dekat dengan Jakarta. Infrastruktur transportasi yang mumpuni
mampu menggerakkan lebih banyak manusia berpindah dalam jarak lebih jauh. Infrastruktur transportasi
yang terintegrasi, membangkitkan fenomena people logistics. Logistik secara
umum dijelaskan sebagai kegiatan mengantarkan barang termasuk jasa dari titik
asal ke titik tujuan, yaitu titik konsumsi. Bisa kita jumpai, misalnya
pada proses pengantaran pesanan makanan dari restoran kepada konsumen. Pada perspektif lain, jika
yang berpindah adalah orang, kita menyebutnya people logistics. Perpindahan
barang, jasa, ataupun orang ini tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya
fasilitas pendukung, yang salah satunya infrastruktur transportasi. Sebagaimana manajemen
logistik pada barang dan jasa, orang sebagai “objek” pun perlu diatur dengan
baik untuk mencapai tujuan pengelolaannya. Dalam manajemen logistik,
diperlukan pengaturan rantai pasok. Ini demi membantu
perusahaan atau organisasi merencanakan, mengelola, dan menjalankan
distribusi barang atau jasa. Jika diimplementasikan
pada lingkup people logistics, pengelolaannya dimaksudkan demi lancarnya
distribusi atau “perpindahan” orang dari titik keberangkatan hingga titik
tujuan. Infrastruktur transportasi
memang tak bisa dilepaskan dari manajemen logistik. Sejatinya, infrastruktur
sebagaimana istilahnya, bersifat netral, tidak baik ataupun buruk.
Pemanfataan infrastruktur inilah yang kemudian mengandung nilai. Bisa bernilai baik,
seperti menambah kualitas hidup. Bisa pula buruk karena menimbulkan
kekacauan. Nilai ini merupakan bentuk manifestasi dari manajemen people
logistics. Pembangunan infrastruktur
transportasi, terlebih untuk area ibu kota negara dan sekitarnya, seyogianya
dibarengi perencanaan people logistics yang matang. Pengaplikasian konsep
manajemen logistik, membantu menyelesaikan permasalahan terkait people
logistics. Pada manajemen logistik
secara umum, kita dapat mengidentifikasi komponen-komponen dasar penyusunnya,
yang terdiri atas perencanaan permintaan, pengelolaan bahan baku, persediaan,
penyimpanan, dan transportasi. Jika kita refleksikan pada
isu people logistics, perencanaan permintaan barang dapat diterjemahkan
sebagai peramalan (forecasting) pergerakan orang. Apabila sudah mampu
menduga pola pergerakan orang, kita bisa memperkirakan tempat titik-titik
keramaian terjadi, kelompok atau kelas sosial masyarakat mana yang akan
mendominasi, kegiatan apa yang akan dilakukan, dan seterusnya. Dengan demikian, kita
dapat mengatur berbagai hal yang menjadi efek dominonya. Fenomena CFW yang
ramai sekarang ini merupakan dampak jangka pendek dari berkembangnya
infrastruktur transportasi. Dalam jangka panjang,
perubahan jaringan pergerakan manusia akibat tumbuhnya infrastruktur
transportasi, akan mendorong tingkat urbanisasi yang lebih tinggi lagi hingga memacu pertumbuhan
penduduk. Ada banyak aspek yang
tersentuh, sekarang dan nanti. Bukan hanya ekonomi, melainkan juga sosial dan
lingkungan. Sementara itu, kita berbenah menyelesaikan pekerjaan rumah (PR)
jangka pendek CFW, PR lainnya terkait pengelolaan jangka panjang juga perlu
terus dikejar. Dibutuhkan partisipasi dan
kerja sama aktif berbagai sektor, pemerintah dan swasta, masyarakat umum dan
akademisi, lintas kota dan provinsi demi mewujudkan masyarakat madani dalam
tata kelola perkotaan yang baik. ● Sumber :
https://www.republika.id/posts/30396/people-logistic-dan-fenomena-cfw |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar