Pemuda
yang Mengguncangkan Kehidupan Sidharta
Susila: Pemerhati Pendidikan |
KOMPAS, 28 Juli 2022
”Beri aku
sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” (Soekarno) Takdir pemuda mungkin memang mengguncangkan
kehidupan. Itulah yang kita alami di negeri kita akhir-akhir ini. Entah
karena aksinya, tetapi juga ketika mereka menjadi korban, termasuk korban
kekerasan seksual. Guncangan kehidupan oleh pemuda yang paling segar
adalah ketika sejumlah mahasiswa hukum terbukti memalsukan tanda tangan
dokumen dalam persidangan yang digelar di Mahkamah Konstitusi (MK) pada Rabu,
13 Juli 2022 (Kompas.com, 15/7/2022). Hakim MK Arief Hidayat dalam sidang
terkait uji materiil aturan pengangkatan kepala otorita Ibu Kota Nusantara
menangkap kejanggalan pada tanda tangan pemohon. Ada apa dengan pemuda kita Saat dikonfirmasi tentang keaslian tanda tangan
kepada para pemohon yang adalah para mahasiswa hukum itu, awalnya mereka
bergeming dengan menyatakan bahwa tanda tangan itu asli. Namun, setelah Arief
Hidayat terus menyelidiki keaslian tanda tangan itu dengan membandingkan
tanda tangan pada KTP para mahasiswa hukum dari universitas di Lampung itu,
akhirnya mereka mengakui bahwa telah melakukan pemalsuan. Nyali para pemuda mahasiswa hukum itu luar biasa.
Mungkin sebesar nyali Bung Karno dan Bung Hatta selagi muda. Betapa tidak,
obyek yang diajukan untuk diuji adalah produk hukum level negara dan diajukan
di instansi tinggi negara (MK). Sayang, nyali yang bergelora itu justru menjadi anti
klimaks yang bisa menghancurkan perjuangan para pemuda, khususnya mahasiswa.
Aesopus, seorang pengarang dan penutur cerita dari Yunani, berkata, ”Seorang
pembohong tidak akan dipercaya, bahkan ketika ia berbicara tentang
kebenaran.” Apa yang sedang terjadi pada para pemuda kita? Boni
Hargens dalam salah satu unjuk bincang politik pernah mengingatkan para
mahasiswa supaya waspada agar gerakan mereka tidak ditunggangi oleh penumpang
gelap politik. Pesannya agar para mahasiswa harus obyektif, jujur, menguasai
materi, dan merdeka dalam berdemonstrasi. Beberapa tokoh aksi unjuk rasa mahasiswa kebetulan
pernah menunjukkan ketidakcakapannya. Mahfud MD selaku Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan pernah menanyai mahasiswa yang melakukan
aksi demonstrasi penolakan RUU Cipta Kerja. Mahasiswa yang ditanyai tentang
omnibus law itu tidak bisa memberi jawaban. Pada kesempatan lain, seorang
tokoh mahasiswa pemimpin demonstrasi pada April tahun ini sempat mengatakan
bahwa kebebasan di masa Orde Baru jauh lebih baik ketimbang sekarang. Bung Karno pernah berkata bahwa seribu orang tua
bisa bermimpi, tetapi satu orang pemuda bisa mengubah dunia. Kita harus
serius mengelola pemuda kita. Jangan sampai para pemuda kita dimanfaatkan
secara licik manipulatif oleh kaum tua yang hanya ingin mewujudkan mimpi
mereka tentang dunia yang diagendakannya. Mencerdaskan dan memerdekakan pemuda Bung Hatta berkata bahwa kurang cerdas itu dapat
diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman.
Namun, tidak jujur itu sulit diperbaiki. Keputusan para mahasiswa hukum yang bergeming pada
sikapnya dengan tidak segera mengakui kebohongannya di hadapan hakim MK itu
menimbulkan pertanyaan besar bagi kehidupan dunia pendidikan kita. Sebagai
mahasiswa hukum, logikanya mereka mengetahui betul konsekuensi hukum dari
tindakan dan sikapnya itu. Mengapa mereka bisa ”seberani” itu? Apa yang membuat
mereka gelap mata? Kalau Pramoedya Ananta Toer pada novelnya Bumi
Manusia menulis bahwa seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam
pikiran, apalagi dalam perbuatan, maka kita harus konsisten pada komitmen
kejujuran dalam pengajaran dan penyelenggaraan pendidikan kita. Apa yang kita
saksikan pada aksi para mahasiswa hukum di persidangan MK yang agung itu
harus kita hayati sebagai tanda alam yang keras menggaungkan ketidakjujuran
dan mungkin ragam laku eksploitasi manipulatif dalam penyelenggaraan
pendidikan kita. Para mahasiswa itu mungkin saja sesungguhnya adalah
korban. Sebagai korban, mereka, juga mungkin para pemuda kita yang lain, adalah
hanya obyek bagi proyek para pelaku kejahatan, baik yang langsung maupun
tidak langsung, di dunia pendidikan kita. Pada kesadaran ini sesungguhnya
para pemuda, mahasiswa, dan pelajar kita tidak lagi dibiarkan menjadi orang
merdeka yang sedang belajar di negeri ini. Pramoedya Ananta Toer juga pernah menulis bahwa tak
ada satu hal pun tanpa bayang-bayang kecuali terang itu sendiri. Pendidikan
adalah rahim bagi generasi muda kita. Marilah kita bersama-sama menjadikan
pendidikan sebagai rahim bagi lahirnya manusia-manusia berjiwa terang.
Hentikan manipulasi dan politisasi pendidikan kalau kita tidak ingin
melahirkan generasi pembohong ulung.. ● Sumber :
https://www.kompas.id/baca/opini/2022/07/26/pemuda-yang-mengguncangkan-kehidupan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar