Selasa, 23 Februari 2021

 

Kanker dalam Pusaran Pandemi Covid-19

 Noorwati Sutandyo  ;  Hematolog Onkologi Medik, Staf Medik Fungsional RS Kanker Dharmais, Pengurus Pusat Perhimpunan Onkologi Indonesia

                                                     KOMPAS, 22 Februari 2021

 

 

                                                           

Hari Kanker Sedunia pada 4 Februari 2021 baru saja berlalu dan peringatannya biasanya berlangsung selama sebulan. Tidak ada gaung kemeriahan seperti tahun-tahun yang lalu. Seakan-akan semua tertutup oleh kesuraman akan pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.

 

Dalam waktu singkat, Covid-19 telah menjadi pandemi global yang merebut panggung dunia. Hingga saat ini belum ada tanda-tanda pandemi akan segera berakhir. Ini merupakan penantian yang panjang dan melelahkan bagi semua negara.

 

Berdasarkan data dari WHO (World Health Organization), jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di dunia per tanggal 4 Februari 2021 telah mencapai 103,6 juta kasus dan telah menyebabkan kematian sebanyak 2,25 juta jiwa. Di Indonesia, data dari Satgas Covid-19, per tanggal 4 Februari 2021, total kasus Covid-19 di Indonesia saat ini mencapai 1,1 juta kasus, dengan kasus aktif sebanyak 174 ribu dan angka kematian sebesar 31 ribu jiwa.

 

Di sisi lain, sejak tahun 2018 WHO telah memprediksi adanya lonjakan kasus kanker yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2030-2040. Berdasarkan data GLOBOCAN, IARC - WHO, jumlah insidensi dan kematian akibat kanker pada tahun 2020 sebesar 19,3 juta kasus dengan 10 juta kematian, berarti lebih dari separuh kasus baru. Prosentase kematian yang jauh lebih tinggi daripada Covid-19.

 

Angka tersebut diprediksi akan terus naik mencapai 50%, menjadi 28,5 juta kasus dengan 16 juta kematian pada tahun 2040. Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan serius, sistematis, dan terukur, supaya target pengurangan kasus dapat dicapai.

 

Serupa tapi tak sama

 

Sejatinya, kedua penyakit ini serupa tapi tidak sama. Secara pengertian, kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali di dalam tubuh dan memerlukan waktu bertahun-tahun. Sementara itu, Covid-19 merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang dapat berdampak dalam tubuh seseorang dalam hitungan hari.

 

Dari sisi pengobatan, sampai saat ini belum ada terapi definitif bagi pasien kanker, seperti terapi pada TBC atau infeksi bakteri lain. Secara umum terapi kanker bertujuan untuk menurunkan jumlah sel kanker semaksimal mungkin hingga penderita dapat mencapai tahap remisi.

 

Terapi kanker bervariasi, mulai dari pembedahan, penyinaran (radioterapi), dan terapi sistemik (antara lain, kemoterapi, terapi target, dan imunoterapi). Sama halnya dengan kanker, belum ada terapi definitif pada Covid-19; yang ada lebih ke arah terapi suportif, antivirus, antibiotik, anti-koagulan, anti IL-6, imunoglobulin, hingga terapi konvalesen plasma.

 

National Cancer Institute menyebutkan faktor risiko dari kanker adalah multifaktor, seperti rokok, alkohol, nutrisi, kelebihan berat badan, dan inaktivitas fisik. Sementara pada Covid-19, semua individu dari berbagai kalangan usia memiliki faktor risiko yang sama; kecuali orang tua dan individu dengan komorbiditas medis lain, seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis, obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan gagal ginjal, lebih rentan untuk mengalami Covid-19 dengan gejala berat.

 

Hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah kanker, antara lain, stop konsumsi rokok, mengurangi konsumsi alkohol, mempertahankan berat badan ideal, meningkatkan aktivitas fisik, dan diet yang sehat. Vaksinasi juga dapat diberikan untuk mencegah beberapa kanker, seperti kanker serviks.

 

Sementara pada Covid-19, bisa dicegah dengan cara sederhana, yaitu mematuhi protokol kesehatan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas) serta vaksinasi yang baru kita lakukan bersama.

 

Dilema Covid-19 dan pasien kanker

 

Bagaimana efek Covid-19 terhadap kanker? Pasien kanker merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2. Penelitian Tian et al., di Cina menunjukkan pasien kanker memiliki risiko menderita Covid-19 dengan gejala berat empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien non-kanker. Penelitian oleh Fillmore et al., di Amerika Serikat menunjukkan, dari 22.914 pasien kanker, sebesar 1.794 pasien terkonfirmasi positif Covid-19 dengan angka mortalitas sebesar 14 %.

 

Sejak April 2020 sampai dengan Januari 2021, jumlah pasien kanker yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Rumah Sakit Kanker Nasional Dharmais sebanyak 841 kasus, dengan jumlah kematian 79 kasus (9,4%). Sebanyak 688 kasus (81,8%) menderita sakit ringan dan tanpa gejala, serta ditemukan pada saat menjalani pengobatan rawat jalan. Sementara itu, jumlah pasien rawat inap sebesar 153 kasus (18,2%), 79 kasus (51,6%) di antaranya meninggal saat menjalani perawatan.

 

Pandemi Covid-19 juga telah mengganggu beberapa pelayanan kesehatan secara global, salah satunya adalah deteksi dini kanker. Sejak pandemi berlangsung pada awal tahun 2020, jumlah deteksi dini dan skrining kanker di Amerika Serikat, Belanda, Jepang, India menurun secara drastis.

 

Yayasan Kanker Indonesia memperkirakan, jumlah skrining dan deteksi dini pasien terhadap kanker di Indonesia menurun lebih dari 50%. Hal ini dikarenakan adanya protokol kesehatan ketat serta ketakutan dan kekhawatiran masyarakat akan risiko terpapar SARS-CoV-2 apabila datang ke fasilitas kesehatan.

 

Jurnal Lancet Oncology memperkirakan, jumlah insiden dan kematian kanker akan jauh meningkat akibat dampak penundaan skrining dan deteksi dini kanker saat pandemi. Dampak ini bersifat tidak langsung dengan melonjaknya angka kematian kanker yang terjadi dalam lima tahun kemudian.

 

Dengan adanya Covid-19, apakah lonjakan pasien kanker yang diprediksi akan jatuh pada tahun 2030-2040, akan datang lebih dini? Bisa saja terjadi. Karena itu, diharapkan Pemerintah menaruh perhatian pada masalah ini dan mengantisipasi prediksi tersebut.

 

Bagi masyarakat, diharapkan partisipasinya dengan menghindari faktor risiko Covid-19 sekaligus juga menghindari faktor risiko kanker. Caranya, menginformasikan secara terus-menerus kepada masyarakat bahwa deteksi dini kanker tetap harus dilakukan. Bagi pasien kanker, kontrol tahunan harus tetap dijalankan sesuai jadwal.

 

Selamat Hari Kanker Sedunia, rekan tenaga kesehatan dan sahabat penyintas kanker. Tetap semangat dalam perjuangan! ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar