Inquiry Based Learning pada Sekolah Kejuruan Kita
Ahmad Baedowi ;
Direktur Pendidikan Yayasan
Sukma, Jakarta
|
MEDIA INDONESIA,
13 Juni 2016
ADAKAH mekanisme dan
skenario yang terorganisasi dengan baik saat kita hendak mendirikan SMK? Setidaknya
harus ada tiga kesadaran dari para pengelola SMK tentang; 1) jenis pekerjaan
yang dibutuhkan pasar industri saat ini bisa direkam dengan baik oleh para
pengelola SMK.
Itu artinya dibutuhkan
hubungan timbal balik yang jelas dan signifikan antara industri dan SMK
melalui sebuah kerja sama yang saling menguntungkan; 2) kesadaran untuk
melakukan pengembangan kurikulum SMK berbasis inquiry yang sangat relevan dengan dunia kerja saat ini dan bisa
dilakukan secara berkelanjutan; serta 3) melibatkan perguruan tinggi sebagai
mediator antara sekolah dan dunia industri untuk melakukan proses penjaminan
mutu yang bisa diterima pihak sekolah sekaligus dunia industri.
Berkaca pada Finlandia
Salah satu kunci
sukses Finlandia di bidang pendidikan sesungguhnya didukung sebagian besar
oleh sekolah vokasi yang terhubung langsung dengan dunia industri dan
perguruan tinggi. Annica Isacsson (2007) dalam Inquiry-based Learning at HAAGA-HELIA Porvoo Campus Depicted Through
Curricular Development Work and Student Stories, dengan gamblang
menyebutkan pentingnya relasi sekolah-perguruan tinggi-industri dalam
mencapai tujuan pendidikan kejuruan yang baik.
Bagi Isacsson, sangat
tidak mungkin memisahkan ketiga institusi itu ketika sebuah kebijakan
pendidikan vokasi ingin dikembangkan sebuah negara.
Integrasi antara
sekolah-perguruan tinggi-industri harus menjadi modal awal dalam pengembangan
SMK kita di Tanah Air. Saat ini, kita melihat ada begitu banyak SMK seperti
berjalan sendiri dalam melakukan praktik pendidikan mereka tanpa ada jaminan
ketersediaan lapangan kerja yang cukup bagi para lulusan mereka.
Bahkan, ada beberapa
SMK membuat sebuah program tanpa pertimbangan kebutuhan lapangan kerja,
seperti di daerah dengan letak geografis yang kaya sumber daya sungai dan
laut serta beberapa perusahaan di bidang yang sama, tetapi jurusan yang
dibuka justru IT dan perbengkelan yang sama sekali tidak ada hubungannya
dengan dunia industri setempat.
Di Finlandia,
riset-riset yang berkaitan dengan pola pengajaran kejuruan saat ini justru
banyak mengembangkan model inquiry-based
learning yang mengandalkan minat dan bakat siswa. Mereka dianggap sebagai
aset penting yang harus menentukan jenis keterampilan apa yang mereka
inginkan serta memilih sekolah yang tepat.
Tugas sekolah ialah memberikan
jaminan kebebasan bagi siswa untuk mempelajari yang mereka inginkan, dan di
dalam sekolah mereka diminta untuk membuat komunitas keberbakatan yang
fungsinya untuk mengenal satu sama lain serta agar hubungan dengan dunia luar
sekolah seperti industri dan masyarakat. Sekolah kejuruan di Finlandia juga
diuntungkan, karena yang membuat riset serta model-model temuan aplikatif
yang disesuaikan dengan dunia usaha sepenuhnya menjadi tanggung jawab
perguruan tinggi. Hampir semua universitas di Finlandia dalam 10 tahun
terakhir ini banyak membuat riset ilmu-ilmu terapan dengan mengembangkan alat
dan model untuk mengintegrasikan kecakapan hidup dan bekerja bagi siswa
menjadi lebih baik dalam sebuah proses pendidikan di sekolah kejuruan. Tak
mengherankan jika di Finlandia lebih banyak anak-anak memilih masuk SMK
karena dukungan dunia industri dan perguruan tinggi sangat kuat.
Pentingnya pendekatan
terintegrasi serta pilihan pola belajar berbasis inquiry merupakan solusi
bagi sekolah kejuruan kita saat ini. Dua solusi itu setidaknya akan
memberikan arah yang jelas bagi pengembangan sektor kejuruan yang sejalan
dengan kondisi dunia industri saat ini. Sementara itu, pendekatan inquiry-based learning akan
menempatkan sekolah dalam jalur yang benar karena para siswa mereka selalu
disadarkan untuk menjadi individu yang peduli dengan lingkungan sekitar,
terutama dengan dunia usaha.
Asumsi bahwa belajar
tidak terjadi dalam ruang hampa, dan bahwa kompetensi pengetahuan harus
mempersiapkan siswa untuk hidup di masa depan dengan lebih baik, merupakan
esensi mengapa pendekatan ini perlu dilakukan dan integrasi peran harus
distandarkan.
Terintegrasi
Pelajaran lain yang
juga bisa kita ambil dari kasus Finlandia ialah ketika sebuah komunitas di
2010 ingin mendirikan SMK seperti di Kota Porvoo, 50 km dari Helsinki, dewan
kota melibatkan semua pemangku kepentingan untuk terlibat, seperti para
arsitek, perusahaan, perencana pembangunan, para dosen, dan guru. Ketika
bangunan fisik mulai dibangun para arsitek dan ahli bangunan atas dasar
persetujuan yang sama, secara bersamaan perguruan tinggi dan para calon guru
membuat perencanaan model pengembangan kurikulum yang juga sesuai dengan
kesepakatan bersama. Model itu hampir tak pernah ada di Indonesia, karena
kebijakan pendirian SMK bahkan jauh dari pantauan perguruan tinggi dan
pemangku kepentingan lainnya.
Integrasi kampus
perguruan tinggi dengan SMK akan melahirkan energi dan kesadaran baru bagi
para siswa bahwa mereka memperoleh dukungan yang positif dalam konteks
penjaminan mutu kelulusan. Itu dengan catatan bahwa aspek kompetensi
pedagogis disepakati dalam sebuah proses penembangan kurikulum secara bersama
dengan perguruan tinggi dimaksud.
Selain itu, pihak
industri dan dunia usaha juga terus mendorong riset-riset aplikatif
pengembangan model alat belajar di sekolah kejuruan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan dunia usaha/industri. Kata kunci kolaborasi dan
partisipasi dengan sendirinya akan menghadirkan SMK yang berkualitas dan
bukan sekadar ada untuk memutus mata rantai anak-anak SMP putus sekolah.
Terakhir, jika proses
integrasi dan pengembangan model pengajaran berbasis inquiry ini
diimplementasikan, aspek transparansi akan kuat karena antarlembaga akan
saling mengontrol. Dalam pengalaman Finlandia, transparansi dalam semua aspek
penyelenggaraan pendidikan di sekolah kejuruan bisa berlangsung efektif
karena dari mulai perencanaan, implementasi hingga evaluasi semua lembaga
ikut terlibat dan saling memberi masukan. Mungkinkah itu bisa terjadi di SMK
kita?
Wallahu alam bi al-shawab. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar