Selasa, 10 November 2015

Harapan Baru dari Ahoknya Nuevo Leon

Harapan Baru dari Ahoknya Nuevo Leon

Dahlan Iskan  ;  Mantan CEO Jawa Pos
                                                    JAWA POS, 02 November 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Politik selalu ruwet di mana pun. Juga di Meksiko. Saat ini ada tiga berita paling besar di sana. Semua terkait keruwetan seputar politik. Ada yang tidak memberi harapan, ada juga yang new hope.

Yang new hope itu mungkin menjadi kabar gembira bagi Ahok, gubernur DKI Jakarta, dan pendukungnya.

Sedangkan dua yang lain benar-benar menyedihkan: pembunuhan politik terhadap 43 mahasiswa dan tertangkapnya ketua serikat buruh karena korupsi Rp 2,5 triliun.

Rakyat percaya pembunuhan mahasiswa pertanian itu didalangi Wali Kota Iguala Jose Luis Abarca Velazquez. Tapi bukti lenyap.

Hanya beberapa polisi dan preman yang jadi tersangka. Sampai minggu lalu pun demo promahasiswa masih digelar di mana-mana. Termasuk di ibu kota, Mexico City.

Di seluruh wilayah Provinsi Guerrera, bukan hanya kota kecil Iguala, di provinsi itu, memang paling tinggi praktik premanismenya. Kartel kokain pun, setelah punah di Medellin, pindah ke provinsi ini.

Bahkan sudah dianggap tidak kriminal kalaupun mahasiswa untuk demo menggunakan truk yang dibajak dengan kekerasan. Polisi juga menganggap bukan pelanggaran hukum kalau pendemo merusak fasilitas umum kecil-kecilan.

Mahasiswa percaya wali kota minta polisi setempat membereskan pendemo dengan alasan membajak truk. Lalu mahasiswa yang antikorupsi itu lenyap selamanya.

Kalau mahasiswa itu tidak lenyap, diyakini sulitlah istri wali kota yang sekarang berhasil mengejar ambisinya untuk menjadi wali kota berikutnya.

Begitu rawannya daerah ini sampai-sampai kota pantai terindahnya, Acapulco, mengalami kemerosotan. Zaman tahun 1970-an banyak bintang Hollywood liburan ke Acapulco.

Kini tidak ada lagi. Politik lokal di kota yang hanya berpenduduk 120.000 itu pun begitu serunya. Apalagi tingkat provinsi dan pusat.

Yang tingkat pusat korbannya seorang perempuan ambisius: Elba Esther Gordillo Morales. Umurnya: 70 tahun. Dia ketua serikat buruh paling penting di Meksiko: serikat buruh pendidikan.

Semua guru tergabung di sini. Anggotanya: 1,5 juta orang. Cukup menentukan untuk posisi tawar-menawar saat pemilu maupun pilpres. Apalagi dia berkuasa sekali. Dan ditakuti. Guru yang tidak mendukungnya tidak dibayarkan gajinya.

Itulah sebabnya, dalam suatu perjuangan politik, sikut-sikutan dan jegal-jegalan, Gordillo sering menang. Dia sempat menyikut telak dan berhasil menjadi Sekjen partai berkuasa. Kali ini Gordillo kena sikut: masuk penjara.

Dia pernah marah kepada partainya dan mendirikan partai baru. Cucunya, Luis Castro Obregon, yang kini jadi ketua umumnya.

Begitu terjengkang dari posisi kuatnya, terungkaplah semuanya: diketahui baru membeli 57 mobil mewah Hummer H2 untuk dibagi-bagi. Agar pimpinan serikat buruh di bawahnya loyal. Gordillo sudah menjadi ketua serikat buruh tersebut selama 20 tahun.

Ketua serikat buruh ini juga diketahui memiliki rumah mewah di New York dan Los Angeles, Amerika Serikat. Rumah itu dilengkapi jetti untuk kapal pesiar miliknya.

Uang korupsi sebanyak Rp 2,5 triliun dari dana buruh itu, menurut penuntun, juga untuk membeli pesawat pribadi. Di samping untuk beberapa kali operasi plastik.

Mungkin Gordillo akan jadi tumbal perbaikan. Pasca tumbangnya Gordillo, dunia pendidikan akan direformasi. Tapi itu baru wacana. Belum tentu berhasil.

Gordillo masih terlalu banyak uangnya. Yang berhasil disembunyikan dengan pengamanan administrasi berlapis.

Kemuakan terhadap politik itu mencapai puncaknya di Provinsi Nuevo Leon. Yakni provinsi yang berbatasan dengan Negara Bagian Texas, Amerika Serikat.

Di Nuevo Leon ini ada Ahoknya. Namanya: Jaime Rodriguez Calderon. Panggilannya: Bronco! Kuda jantan yang garang.

Dulunya Bronco juga anggota partai politik. Pengurus daerah. Saat jadi wali kota Garcia pun, yang mengusung juga partai itu. Tapi dia membuat sejarah: keluar dari partai itu.

Lalu mencalonkan diri menjadi gubernur lewat jalur independen. Dia kumpulkan tanda tangan sebanyak 3 persen dari pemilik hak pilih. Dapat 350.000 tanda tangan. Melebihi yang disyaratkan.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah Meksiko, Bronco terpilih sebagai gubernur independen. Dapat suara 50 persen. Calon dari dua parpol utama hanya dapat 20 persen dan 5 persen. Sisanya terbagi untuk lima calon lainnya.

“Saya siap mati untuk perjuangan ini,” ujar Bronco dalam kampanye. Yakni berjuang melawan korupsi yang begitu hebat di Meksiko.

Bronco memang sudah dua kali jadi sasaran penembakan. Yang kedua membuat staf yang ada di sebelahnya tewas. Begitu dilantik bulan lalu, Bronco bikin kejutan: menjual rumah peristirahatan gubernur yang mewah. Gubernur, katanya, tidak memerlukan itu.

Terpilihnya Bronco disambut gegap gempita di seluruh negeri. Bahkan ada yang menamakannya “revolusi kedua” Meksiko setelah “revolusi kemerdekaan”. Tidak jelas apakah maksudnya merdeka dari partai politik atau merdeka dari korupsi.

Provinsi ini, dengan ibu kota Monterey, memang provinsi ketiga terbesar di Meksiko, tapi nomor dua dalam ekonomi. Di sinilah banyak kantor pusat perusahaan multinasional. Termasuk pusatnya Cemex, perusahaan semen terbesar di dunia yang pernah membeli saham Semen Gresik itu. Pebisnis yang juga sudah muak dengan korupsi sepenuhnya di belakang Bronco.

Seandainya tidak terjebak badai Patricia, saya akan ke daerah itu. Patricia yang hari itu melanda pantai barat Jalisco membuat saya harus dua malam di Guadalajara. Di mana-mana banyak problem. Tapi di mana-mana juga banyak harapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar