Kamis, 21 Desember 2017

Airlangga dan Beringin

Airlangga dan Beringin
M Subhan SD ;  Wartawan Senior Kompas
                                                    KOMPAS, 21 Desember 2017



                                                           
Ini sekadar cerita saja. Raja Airlangga (Erlangga), pendiri Kerajaan Kahuripan. Airlangga memerintah 1009-1042 dengan gelar Abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharma- wangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa. Letak Kerajaan Kahuripan itu kira-kira di sekitaran Surabaya atau Sidoarjo. Rupanya Raja Airlangga pernah memberi perintah untuk menanami pohon beringin dan pohon bodhi di sepanjang jalan. Pohon-pohon itu dijajar-jajarkan di tepi jalan. Pohon-pohon rindang itu memberi keteduhan bagi orang-orang yang melewati jalan-jalan tersebut. Kisah Airlangga dan beringin itu termaktub dalam Serat Calon Arang yang ditulis dengan aksara Bali Kuno, tetapi dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi).

Hari-hari belakangan ini kita juga mendengar nama Airlangga. Lengkapnya Airlangga Hartarto. Bukan raja, tetapi menteri di kabinet Presiden Joko Widodo. Persisnya Menteri Perindustrian. Ini unik juga karena Airlangga merasakan kursi yang pernah diduduki oleh bapaknya, Hartarto, di zaman Presiden Soeharto. Tetapi, kita tak bicara soal kursi menteri, yang kalau menurut etika yang digariskan Jokowi, segera dilepaskannya setelah menjadi Ketua Umum Partai Golkar. “Tidak boleh rangkap-rangkap jabatan,” begitu pernyataan Jokowi.

Airlangga kini sudah menjadi pimpinan puncak di partai berlambang pohon beringin. Pohon ini terkenal jenis pohon yang kuat sekali. Kalau jenis pepohonan lain, biasanya mudah tumbang ketika diterjang badai. Tetapi, beringin sulit tumbang dihantam badai. Bahkan, ketika dihantam badai reformasi pada 1998, pohon ini tetap kokoh. Pohonnya memang besar, rimbun, dan akar-akarnya kuat menghunjam bumi. Mungkin ranting-rantingnya ada yang patah dan daun-daunnya berguguran berserakan, tetapi sekali lagi, pohonnya sulit tumbang. Batangnya bukan saja kuat, tetapi elastis, sehingga kemampuan adaptasinya luar biasa. “Tidak ada beringin yang tidak sakti pohonnya,” kata Mpu Barada kepada sang Raja Airlangga.

Pohon yang kuat ini mungkin sudah lama tidak disapu-sapu sehingga terlihat agak kotor, kusam, dan penuh guguran ranting dan daun. Dalam tiga tahun terakhir saja, citra partai beringin ini terpuruk di mata publik. Sejak dipimpin Setya Novanto, beringin tak pernah sepi, selalu gaduh. Kasus korupsi seakan terus membelit batang beringin. Padahal, beringin memiliki kader-kader yang berpengalaman. Tetapi, menghadapi Novanto yang berkasus dengan KPK, mereka nyaris tak berdaya. Baru setelah Novanto diseret ke pengadilan, cerita beringin berubah.

Rasanya tepat apabila Airlangga mulai bersih-bersih. Biasanya seusai badai, keadaan selalu berantakan dan acak-acakan. Tagline “Golkar Bersih” mesti bisa menjadi spirit baru untuk melakukan penataan kembali: memangkasi daun tua dan terlalu lebat atau memotong dahan atau ranting yang sudah rapuh dan lapuk. Predikat partai korup harus dibuang jauh-jauh karena negeri ini membutuhkan para pemimpin yang bersih dan penuh pengabdian. Memangkasi bagian pohon yang rusak kena hama justru cara untuk menumbuhkan kehidupan baru. Saatnya daun dan ranting baru tumbuh, sekaligus dipupuk ulang agar akar-akar beringin terus kuat.

Airlangga punya waktu merawat beringin sampai 2019. Berarti saatnya membawa beringin memberi manfaat untuk masyarakat: memberi keteduhan, bukan terus-menerus sumber kekisruhan. Dulu, Raja Airlangga pernah memerintahkan pembangunan bendungan Wringin Sapta (1037) untuk mencegah banjir akibat luapan Sungai Brantas. Raja Airlangga menata lingkungan, untuk memberi banyak jalan bagi sumber kehidupan. Kini, saatnya Airlangga membangun soliditas partai beringin. Bukan seperti Raja Airlangga yang membagi dua kerajaan untuk anak-anaknya: Kediri dan Jenggala. Tetapi, yang terakhir ini bukan cerita tentang beringin, loh! ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar