Rabu, 02 Mei 2018

Menjadi Guru yang Profesional

Menjadi Guru yang Profesional
Azwar Anas  ;  Guru Sekolah Sukma Bangsa
                                              MEDIA INDONESIA, 30 April 2018



                                                           
KOMITMEN membangun pendidikan sebagai fondasi bangsa untuk maju dan berkembang dinyatakan dengan tegas dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Demi tujuan 'mencerdaskan kehidupan bangsa', pembangunan pendidikan harus dilakukan pada berbagai komponen utama pendidikan, yakni sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum yang mampu meresposn perkembangan zaman, keterlibatan masyarakat, dan tentu saja sumber daya kependidikan yang berkualitas.

Pembangunan sumber daya kependidikan yang berkualitas, penting untuk digarisbawahi, menimbang para guru ialah garda terdepan yang berinteraksi langsung dengan siswa di dalam kelas.

Merekalah menjadi orang pertama yang membuat siswa mengerti dan paham mengenai mata pelajaran yang diajarkan.

Selain itu, para guru juga menjadi aktor penting untuk memberi bekal pengetahuan dan keterampilan pada murid berkaitan dengan etika, kemampuan untuk bertahan dalam hidup, moral, empati, kreasi, dan sebagainya.

Sementara itu, terdapat permasalahan terkait dengan kualitas guru di Indonesia.

Rendahnya kualitas guru di Indonesia, misalnya, dapat dilihat dari nilai rata-rata nasional tes calon guru PNS di SD, SLTP, SLTA, dan SMK.

Pada 1998/1999, di bidang studi matematika, angka yang dicapai hanya 27,67% dari interval 0-100. Artinya, para guru hanya menguasai 27,67% dari materi yang seharusnya.

Hal serupa juga terjadi pada bidang studi lain, seperti fisika (27,35%), biologi (44,96%), kimia (43,55%), dan bahasa Inggris (37,57%).

Nilai-nilai tersebut sangat jauh dari batas ideal, yaitu minimum 75% sehingga seorang guru dapat menguasai mata pelajaran dengan baik. Hasil lain yang lebih memprihatinkan ialah penelitian dari Konsorsium Ilmu Pendidikan (2000) memperlihatkan bahwa 40% guru SMP dan 33% guru SMA mengajar bidang studi di luar bidang keahliannya.

Angka ini tentu saja memancing pertanyaan berkaitan dengan profesionalitas guru. Bagaimana guru dapat dikatakan profesional jika tingkat penguasaan materi mata pelajaran yang diampu masih rendah, dan masih banyak guru yang mengajar di luar bidang keilmuannya?

Persoalan profesionalitas guru berimbas pada rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, terutama jika dibandingkan dengan mutu pendidikan di negara maju.

Hasil survei yang dilakukan United Nations Development Program (UNDP) tentang peringkat indeks pembangunan manusia menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, posisi Indonesia jauh tertinggal.

Di antara 174 negara yang di survei, peringkat Indonesia dari tahun ke tahun selalu berada di zona bawah (Fathurrohman dan Suryana: 2012).

Ciri guru profesional

Terdapat berbagai komponen yang harus dimiliki seorang guru agar dapat dikatakan sebagai guru profesional, yakni afeksi, penguasaan ilmu pengetahuan, penyajian bahan pelajaran, hubungan guru dengan murid, dan hubungan guru dengan orang dewasa (Fathurrohman dan Suryana: 2012).

Guru profesional hendaknya memiliki komponen afeksi yang mencakup karakter yang baik sebagai sikap utama yang harus dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Guru yang memiliki afeksi yang baik akan dipandang sebagai sosok yang sempurna dalam bersikap dan menjadi uswatun hasanah bagi murid-muridnya.

Hal ini ditunjukkan dalam beberapa ciri, yakni sabar, bijaksana, ulet, rendah hati, beriman, dan berakhlak mulia.

Komponen afeksi guru dapat dibentuk melalui berbagai peraturan atau budaya baik yang dijalankan di sekolah.

Komponen penguasaan ilmu pengetahuan mencakup pengalaman pendidikan formal yang sesuai dengan bidang yang diampu sehingga guru menguasai dan mampu mengembangkan berbagai pengetahuan di bidang tersebut.

Guru profesional hendaknya mengajar sesuai dengan bidang keahliannya.

Guru yang mengajar sesuai dengan pendidikannya akan lebih mudah mendidik dan mentransfer pengetahuan kepada muridnya. Selain itu, guru profesional juga terus mengembangkan kapasitas yang dimilikinya baik dalam segi pengetahuan, metode, maupun teknik mengajar.

Komponen penyajian bahan pelajaran mencakup berbagai hal dalam menyajikan materi pelajaran kepada siswa seperti bagaimana metode yang digunakan guru saat mengajar di dalam kelas.

Guru profesional hendaknya menggunakan metode mengajar yang beragam dalam penyajian bahan pelajaran.

Penggunaan metode mengajar yang beragam akan memberi berpengaruh positif pada hasil pembelajaran dibandingkan metode yang monoton.

Ikatan hubungan

Selain penggunaan metode, dalam komponen penyajian pengetahuan guru juga harus mampu menanamkan cara berpikir ilmiah serta kemampuan untuk bertindak sebagai promotor, fasilitator, korektor, konsultan, dan manajer dalam mengelola proses belajar siswa.

Guru profesional juga harus cerdas dalam membangun dan membina hubungan dengan muridnya. Pembelajaran di sekolah akan berlangsung dengan harmonis jika guru dan peserta didik memiliki ikatan hubungan yang erat layaknya seperti keluarga.

Kemampuan dan sensitivitas untuk mengenal kondisi, sifat, tingkah laku, dan berbagai hal lain terkait dengan murid menjadi sebuah keharusan bagi guru profesional.

Komponen terakhir yang harus dimiliki guru profesional ialah hubungan guru dengan orang-orang dewasa. Guru profesional harus membangun hubungan baik dengan sesama guru baik dalam satu instansi kerja maupun berbeda.

Selain itu, guru juga harus terus memupuk silaturahim dengan orangtua atau wali siswa dan seluruh anggota masyarakat lainnya.

Hal ini selain untuk pribadi sang guru dapat menjadi contoh di masyarakat juga dimaksudkan sebagai sarana bagi guru dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai pendidik.

Ketika guru membangun hubungan baik dengan sesama guru, akan menjadi jalan termudah baginya untuk mendiskusikan berbagai hal terkait dengan profesinya sesama guru.

Begitu juga hubungan yang dibina dengan orangtua atau wali siswa akan memudahkan guru dalam menyukseskan pendidikan peserta didiknya.

Sudah saatnya seluruh guru di Indonesia untuk terus memupuk sikap (afeksi) yang baik, menguasai ilmu pengetahuan, dan menyajikan materi pelajaran dengan beragam metode dan teknik yang baru.

Selain itu, terus membangun dan membina hubungan baik antara guru dan siswa, guru dengan orang dewasa lain yang meliputi sesama guru, orangtua atau wali siswa, dan anggota masyarakat lainnya, karena menjadi guru yang profesional ialah sebuah keharusan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar