Skema Ideal Tunjangan
Pensiunan PNS Retno Sulistyowati : Jurnalis Majalah Tempo |
MAJALAH TEMPO, 18
September 2022
ISLANDIA muncul dengan
membawa kejutan. Negara di Eropa Utara itu dinobatkan sebagai pemilik sistem
pensiunan PNS atau pegawai negeri sipil terbaik di dunia versi Mercer CFA
Institute. Dalam laporan Global Pension Systems Rankings 2021, Mercer memberi
ponten 84,2 kepada Islandia dan menempatkannya di jajaran Grade A bersama
Belanda dan Denmark, yang selama beberapa tahun berada di papan atas
peringkat negara dengan sistem pensiunan terbaik. Mercer baru memasukkan
Islandia dalam daftar negara dengan sistem pensiun terbaik tahun ini. Lembaga
pengelola aset dan investasi global ini memberikan nilai tertinggi karena
Islandia memiliki sistem pensiun yang memberikan manfaat paling optimal bagi
pegawai negeri sipil. Regulasi dan tata kelola pensiun karyawan swasta di
negara itu juga dianggap terbaik karena mengoptimalkan pengelolaan aset untuk
hari tua. Islandia meraih peringkat
tinggi saat ekonomi dunia lesu karena pagebluk Covid-19. Di tengah kondisi
ini, kata Senior Partner Mercer, David Knox, sejumlah negara juga menghadapi
populasi yang menua dan ketidakpastian pengembalian investasi. “Reformasi
sistem pensiun dalam jangka panjang sangat mendesak dilakukan pada era yang
penuh tantangan ini,” ucapnya dalam laporan yang dirilis pada Februari lalu
tersebut. Dalam penyusunan laporan
Global Pension Systems Rankings, Mercer bekerja sama dengan organisasi
nirlaba CFA Institute bersama dua kampus di Australia, yaitu Monash
University dan Monash Business School. Riset ini menilai 50 indikator skema
pensiun di 43 negara yang mewakili 65 persen populasi dunia. Lantas di mana posisi Indonesia?
Mercer CFA Institute memberikan skor 50,4 dan menempatkan Indonesia di
deretan negara Grade C bersama Malaysia, Cina, Taiwan, dan 12 negara lain.
Beruntung, Grade C bukan golongan terendah lantaran masih ada dua kelas lagi
di bawahnya. Namun Mercer CFA Institute memberi catatan penting: skema
pensiun di negara-negara ini memiliki risiko dan diragukan keberlanjutannya. Pemerintah memang khawatir
akan dampak beban gaji pensiun pegawai negeri sipil (PNS) terhadap Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, pada
2020-2021 anggaran gaji pensiunan naik dari Rp 104,9 triliun menjadi Rp 112,2
triliun. Tahun ini nilainya diperkirakan Rp 119 triliun atau 4,3 persen dari
total belanja negara. Dalam rapat kerja dengan
Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat pada Rabu, 24 Agustus lalu, Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan reformasi sistem pensiun PNS sangat
penting. Menurut dia, selama ini negara harus menanggung penuh gaji pensiunan
PNS, tentara, dan polisi. Sejatinya para aparat
negara ini mengumpulkan iuran pensiun bulanan melalui PT Dana Tabungan dan
Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau Taspen. Tapi pada kenyataannya negara
yang harus menanggung gaji mereka saat pensiun. Sebab, iuran yang dikumpulkan
tak sebanding dengan periode pembayaran pensiun yang rata-rata cukup panjang.
Bahkan gaji ini masih bisa diterima oleh istri atau suami dan anak-anaknya
hingga usia tertentu setelah pensiunan PNS wafat. "Ketidaksesuaian
pembayaran itu akan menimbulkan risiko dalam jangka yang sangat panjang, baik
bagi keberlangsungan pengelolaan dana pensiun maupun bagi APBN,” tutur
Menteri Sri. Risiko kian tinggi karena jumlah pensiunan PNS terus bertambah. Deputi Bidang Sumber Daya
Manusia dan Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Alex Denni mengatakan pemerintah tengah menyiapkan perubahan sistem
pensiun, termasuk aspek penggajian dan penghargaan, melalui peraturan
pemerintah (PP). "Kami mempercepat penyusunan materi PP itu tahun ini,"
ucapnya pada Jumat, 16 September lalu. Anggota Dewan Jaminan
Sosial Nasional (DJSN), Indra Budi Sumantoro, menilai pemerintah harus
menentukan skema yang paling efektif bagi pensiunan PNS. Termasuk metode
pembiayaan untuk gaji pensiun dan lembaga pengelolanya. Pemerintah sedang
mengkaji beberapa opsi, apakah tetap menugasi Taspen atau mengelolanya
langsung lewat Kementerian Keuangan. “Yang paling penting bagaimana skema
pensiun bisa mendorong PNS berkinerja lebih baik,” ujarnya. DJSN merekomendasikan
skema multipilar seperti yang diterapkan di banyak negara. Yang pertama
adalah Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan manfaat dasar yang dilaksanakan
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Pilar berikutnya adalah program kesejahteraan pegawai yang
dijalankan oleh Taspen atau perusahaan asuransi dan penyelenggara dana
pensiun. Pilar ketiga adalah program sukarela melalui perusahaan asuransi
komersial. “Semua karyawan diikutsertakan. Perusahaan memberikan top up.
Seperti yang dilakukan oleh swasta,” kata Indra. Pakar aktuaria dan pendiri
Sienco Actuaries and Consultant, Indra Catarya Situmeang, menilai sistem
pensiun yang dipakai pemerintah saat ini sebenarnya tidak salah.
Persoalannya, ketika PNS membayar iuran pensiun melalui pemotongan gaji
setiap bulan, pemerintah sebagai pemberi kerja tidak menyetor kewajibannya.
Walhasil, terjadi kesenjangan antara pengumpulan dana dan beban yang harus
dibayarkan. “Gap ini terus meningkat dan terakumulasi sampai sekarang,”
ucapnya. Bukan cuma Indonesia,
sejumlah negara lain juga mengalami masalah pendanaan pensiun. Hasil riset
Mercer CFA Institute menyebutkan salah satu tantangan pendanaan pensiun
adalah meningkatnya populasi penduduk usia tua. Studi ini menekankan perlunya
reformasi kebijakan guna merespons tantangan mengenai tingkat manfaat,
jaminan pensiun, dan usia pensiun serta mendorong orang agar bekerja lebih
lama dan meningkatkan pendanaan untuk bekal pensiun. Di Jerman, menurut laporan
kantor berita Deutsche Welle pada Kamis, 1 September lalu, angka lowongan
pekerjaan memecahkan rekor. Pada kuartal pertama tahun ini, jumlah lowongan
kerja mencapai 1,74 juta, angka tertinggi sejak tiga dekade lalu atau
pasca-reunifikasi Jerman. Pada saat yang sama,
Jerman kekurangan orang berusia muda. Data Kantor Statistik Federal
menyebutkan hanya 10 persen dari populasi Jerman berusia 15-24 tahun.
Sebaliknya, populasi usia di atas 65 tahun sebanyak 20 persen. Dampaknya
adalah anggaran negara untuk membayar gaji pensiunan PNS terus membengkak dan
tak sebanding dengan kenaikan kinerja penduduk berusia muda. ● Sumber : https://majalah.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/166957/skema-ideal-tunjangan-pensiunan-pns |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar