Sabtu, 14 Agustus 2021

 

Indonesia Kian Cantik di Mata Investor Teknologi

Andreas Maryoto ;  Wartawan (Penulis Kolom “Industri Digital”) Kompas

KOMPAS ,12 Agustus 2021

 

 

                                                           

Pandemi tidak menyurutkan investor mencari usaha rintisan di Indonesia untuk didanai. Aksi korporasi perusahaan teknologi di Indonesia membuat mereka mau melirik usaha-usaha rintisan di negeri ini. Di setiap masalah selalu ada peluang. Bahkan, peluangnya semakin besar.

 

Pekan lalu Aruna, usaha rintisan perikanan asal Indonesia, baru saja disuntik dana sebesar 35 juta dollar AS atau setara dengan Rp 500 miliar. Pendanaan ini dipimpin Prosus dan East Ventures, didampingi investor lain, termasuk AC Ventures, SIG, Vertex, dan MDI. Ini adalah pendanaan seri A terbesar untuk sektor teknologi pertanian dan maritim.

 

Aruna adalah salah satu contoh usaha rintisan yang didanai di tengah pandemi. Data yang dikeluarkan oleh Dailysocial menyebutkan, selama tahun ini saja sejumlah usaha rintisan di Indonesia telah mendapat pendanaan. Beberapa di antaranya bergerak di sektor tekfin sebanyak 25 perusahaan, layanan perangkat lunak atau SaaS (13), teknologi pendidikan (8), teknologi kesehatan (4), perdagangan (4), dan logistik (3). Nilai pendanaan sangat bervariasi, namun ada yang mendapatkan 35 juta dollar AS dan 100 juta dollar AS.

 

CEO Dailysocial Rama Mamuaya mengatakan, pasar Indonesia yang luar biasa besar secara perlahan mulai bergeser ke digital. Pandemi mengakselerasi proses ini, tidak lagi perlahan tetapi menjadi luar biasa cepat. Orang yang tadinya pergi ke kantor sekarang bekerja secara daring. Mereka yang tadinya ke sekolah menjadi belajar daring. Mereka yang tadinya berbelanja di mal kini cukup belanja dari rumah. Orang yang tadinya pergi ke restoran kini cukup memakai jasa pemesanan dan pengantaran makanan.

 

Head of Startupindonesia.co Erwin Arifin sependapat, investasi usaha rintisan malah naik saat pademi. Pandemi tidak berdampak buruk pada minat investor untuk mendanai usaha rintisan di Indonesia. Sebaliknya, investor asing malah berlomba mengeluarkan dananya untuk usaha rintisan.

 

”Faktor terbesarnya karena banyak kabar bagus dari usaha rintisan di Indonesia, seperti merger Gojek-Tokopedia, penawaran saham perdana Bukalapak, rencana Traveloka menawarkan saham melalui SPAC, kemarin Kredivo juga mengabarkan rencana menawarkan saham melalui SPAC,” katanya.

 

Indonesia menjadi tempat yang nyaman dan diburu perusahaan modal ventura. Di Startupindonesia.co, jumlah investor di jaringan itu naik sebesar 40 persen selama dua bulan terakhir. Dari mereka yang berinvestasi, sekitar 70 persen berasal dari luar negeri.

 

Di samping pendanaan langsung, investor juga melirik pendanaan melalui korporasi khusus untuk pencarian dana publik (special purpose acquisition company/SPAC). Mereka meminang usaha rintisan di dalam negeri kemudian melakukan merger. Setelah itu mereka mencatatkan saham di bursa efek. Langkah ini dilakukan agar publik bisa berinvestasi di perusahaan teknologi. Dua perusahaan yang dikabarkan akan mencari pendanaan dengan strategi ini adalah Kredivo dan Traveloka.

 

”Saya melihat kisah perjalanan bisnis mereka sudah siap  karena kebanyakan juga memang sudah mendapatkan dana dari investor multinasional dan ujung-ujungnya tetap tentang pasar digital Indonesia yang menarik. Memang masih banyak keraguan soal SPAC dari kalangan perusahaan bank investasi dan investor ritel. Namun, selama fundamental finansialnya kuat, saya merasa enggak ada yang perlu dikhawatirkan,” kata Rama Mamuaya.

 

Erwin Arifin mengatakan, banyak yang bilang Asia Tenggara dan Indonesia tengah berada di pertumbuhan perusahaan teknologi yang akan terus melaju (inflection point) karena banyak pengumuman aksi korporasi. Perkembangan ini berkebalikan dengan pandangan investor yang dulunya skeptis dengan pasar Asia Tenggara dan Indonesia di sektor teknologi.

 

”Akhirnya sekarang kita mendapat bukti bahwa sektor teknologi bisa sangat menguntungkan dan pasar kita jadi makin menarik buat investor. Apalagi Indonesia punya ukuran pasar paling besar dari semua negara di Asia Tenggara. Di internal komunitas modal ventura, mereka bilang rute untuk menjadi unicorn itu cuma ada dua, yaitu menjadi besar di indonesia atau membuat rencana ekspansi regional ke Asia Tenggara,” kata Erwin.

 

Kita tentu bertanya-tanya, seusai mendapatkan dana, apa yang dilakukan oleh usaha rintisan itu? Kredivo kabarnya akan meluaskan pasar ke negara lain. Salah satunya adalah Vietnam. Aruna akan meluaskan jangkauan mereka kepada nelayan-nelayan di berbagai daerah.

 

”Dengan pendanaan yang ada, Aruna memperluas jangkauannya untuk bisa merangkul lebih banyak nelayan bergabung, melakukan pengembangan teknologi yang lebih masif, penambahan jumlah tim dan peluang kerja baru serta menjalankan inisiatif-inisiatif yang berfokus pada isu keberlanjutan,” ungkap Utari selaku chief sustainability officer dari Aruna.

 

Saat ini, Aruna sudah bekerja dengan berbagai pihak di dalam ekosistem perikanan nasional untuk mendorong pertumbuhan perikanan yang lebih masif, seperti dengan industri pengolahan ikan serta perusahaan distribusi dan logistik, untuk bisa menghasilkan produk olahan yang berkualitas dan bersaing di pasar global ataupun domestik.

 

”Dengan adanya pendanaan ini, Aruna berharap dapat memperluas dampak ekonomi dan juga sosial di berbagai wilayah pesisir Indonesia. Untuk itu, kami juga membuka ruang untuk berkolaborasi dengan berbagai pelaku industri demi mewujudkan misi untuk menjadikan laut sebagai sumber kehidupan yang lebih baik untuk semua,” kata Utari.

 

Bila saja investor global jeli melihat peluang di Indonesia, seharusnya investor dalam negeri juga bergairah untuk masuk ke usaha rintisan. Memang perlu dipahami, ini bukan investasi yang dalam semalam akan terlihat hasilnya. Mereka memberi harapan dalam jangka panjang. Melihat masalah di Indonesia yang beragam, peluang perusahaan teknologi untuk memberi solusi sangat besar. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar