Akankah
Jokowi Terpilih Kembali? (1)
Denny JA ; Konsultan Politik LSI
|
REPUBLIKA,
02 Februari
2018
Jika kita melihat data statistik Indonesia sejak pemilu
langsung, jawabnya jelas. Baru tiga kali kita melaksanakan pilpres langsung:
2004, 2009, 2014. Namun baru dua kali, pertahana presiden bertarung kembali:
Presiden Megawati di 2004. Dan presiden SBY di 2009.
Pada pemilu 2014, tak ada presiden yang bertarung. Presiden SBY
sudah memangku jabatan dua periode. Konstitusi melarangnya. Pilpres 2014
terjadi tanpa kehadiran pertahana selaku peserta.
Di tahun 2004, pertahana presiden kalah. Di tahun 2009,
pertahana presiden menang. Sejarah Indonesia menunjukkan angka. Sebesar 50
persen kemungkinan pertahana presiden
terpilih kembali. Sebanyak itu pula, kemungkinan 50 persen pertahana
dikalahkan.
Bagaimana di Amerika Serikat? Berdasarkan data 18 kali pemilu
presiden terakhir yang pertahana maju kembali untuk periode kedua, prosentase
juga ketat. Sebanyak 10 kali pertahana presiden menang. Sebanyak 8 kali
pertahana presiden dikalahkan. Persentase pertahana untuk menang dalam
pilpres Amerika Serikat untuk kasus di atas sebesar 55 persen.
Berdasarkan dua kasus Indonesia dan Amerika, ini gambarannya.
Sebesar 50-55 persen pertahana presiden akan menang. Namun sebesar 45-50
persen pula pertahana akan dikalahkan.
Apakah data statistik ini berita baik atau berita buruk buat
Jokowi selaku pertahana, dan
penantangnya? LSI memberikan gambaran lebih detail berdasarkan survei
nasional paling mutakhir. Ini lima isu paling hot untuk pilpres zaman now.
ISU PERTAMA: Jokowi Kuat Tapi Belum Aman.
Survei LSI Denny JA, Januari 2018 menunjukan elektabilitas Jokowi saat ini 48,50 persen. Elektabilitasnya masih di
bawah 50 persen. Dan ada dukungan sebesar 41,20 persen yang menyebar kepada
para kandidat capres lainnya.
Sebesar 41,20 persen itu
angka total atau gabungan dari dukungan pemilih terhadap sejumlah
kandidat capres diluar Jokowi. Dan sebesar 10,30 persen yang belum menentukan
pilihan.
Demikianlah salah satu temuan survei nasional LSI Denny JA.
Survei nasional ini survei nasional reguler LSI Denny JA. Responden sebanyak
1200 dipilih berdasarkan multi stage random sampling.
Wawancara tatap muka dengan responden dilakukan serentak di 34
propinsi. Waktu survei dari tanggal 7 sampai tanggal 14 Januari 2018. Survei
dibiayai sendiri sebagai bagian layanan publik LSI Denny JA. Margin of error
plus minus 2,9 persen.
Survei dilengkapi dengan riset kualitatif seperti FGD, media
analisis, dan depth interview narasumber.
Mengapa disimpulkan Jokowi kuat tapi belum aman?
Saat ini elektabilitas Jokowi masih tertinggi dibanding semua capres yang disimulasikan.
Bahkan total dukungan semua capres di luar Jokowi jika digabung (41,20
persen) masih di bawah Jokowi (48,50 persen).
Kepuasan terhadap kinerja Jokowi sebagai presiden diatas 70
persen. Sementara ada 21,30 persen publik yang menyatakan kurang puas. Dua
variabel di atas membuat Jokowi kuat. Namun tiga variabel di bawah ini
membuatnya belum aman.
Dalam jumlah besar, publik tak puas dengan kondisi ekonomi.
Masalahnya, isu ekonomi adalah isu terpenting yang membuat pertahana terpilih
atau dikalahkan.
Sebesar 52,6 persen responden menyatakan harga-harga kebutuhan
pokok makin memberatkan mereka. Sebesar 54,0 persen menyatakan lapangan kerja
sulit didapatkan. Dan sebesar 48.4 persen responden menyatakan pengangguran
semakin meningkat.
Jokowi rentan pula terhadap isu primordial. Kekuatan dan isu
Islam politik diprediksikan akan mewarnai Pilpres 2019 seperti yang terjadi
pada Pilkada DKI Jakarta, dalam kadar berbeda.
Islam politik itu terminologi untuk segmen pemilih yang percaya,
yakin hakul yakin, politik tak bisa
dipisahkan dari agama. Untuk pemilih Indonesia, jumlah segmen Islam Politik
cukup besar. Sebesar 40,7 persen publik menyatakan tidak setuju agama dan
politik dipisahkan. Sementara 32,5 persen publik menyatakan agama dan politik
harus dipisahkan.
Dari mereka yang menyatakan agama dan politik harus dipisahkan, mayoritas
(58,6 persen) mendukung kembali Jokowi sebagai presiden. Sementara mereka yang tidak setuju agama
dan politik harus dipisahkan mayoritas mendukung capres lain diluar Jokowi
(52,1 persen). Walaupun Jokowi juga
masih memperoleh dukungan sebesar 40,8 persen di segmen ini.
Islam politik versus bukan Islam politik ternyata punya prilaku
politik berbeda terhadap memilih atau melawan Jokowi. Merebak pula isu buruh
negara asing. Terutama isu tenaga kerja yang berasal dari Cina. Di tengah
sulitnya lapangan kerja dan tingginya pengangguran di berbagai daerah, isu
tenaga kerja asing sangat sensitif.
Isu ini secara nasional memang belum populer karena belum banyak
publik tahu. Survei menunjukan baru 38,9 persen pemilih mendengar isu ini.
Dari mereka yang mendengar, 58,3
persen menyatakan sangat tidak suka dengan isu itu. Hanya 13,5 persen yang
menyatakan suka.
Tiga isu ini akan menjadi tiga isu kunci yang menentukan
kemenangan Jokowi dalam pilpres nanti. Jokowi akan makin kuat dan perkasa
jika tiga isu ini dikelola dengan baik. Dan sebaliknya Jokowi akan melemah
jika tiga isu ini terabaikan. Apalagi jika tiga isu itu digoreng, bulak
balik, oleh lawan politik.
ISU KEDUA: Siapakah penantang terkuat Jokowi? Siapakah yang bisa
mengalahkannya? Mereka yang bisa mengalahkan pertahana acapkali bukan karena
semata daya tarik pertahana itu. Tapi dalam jumlah yang signifikan, ia
dapatkan “bola muntah,” atau “umpan lambung,” segmen pemilih yang tak suka
pertahana.
LSI Denny JA membagi penantang ke dalam tiga divisi. Pembaginya
berdasarkan tingkat popularitas
(tingkat pengenalan) masing-masing capres penantang Jokowi.
Popularitas penting karena sebagai modal awal para tokoh untuk bertarung.
Divisi 1 untuk tokoh/capres yang popularitasnya diatas 90
persen. Dari nama-nama yang akan bertarung hanya Prabowo Subianto yang masuk
ke dalam Divisi 1. Popularitas Prabowo diangka 92,5 persen. Ternyata
penantang divisi satu penghuninya
hanya satu tokoh saja: Prabowo Subianto. Divisi satu sungguh tempat yang sepi dan sunyi.
Divisi 2 untuk
tokoh/capres yang popularitasnya di antara 70-90 persen. Tokoh yang masuk ke
dalam divisi 2 ini hanya Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Popularitas Anies Baswedan sebesar 76,7 persen. Dan Popularitas AHY sebesar
71,2 persen. Hiruk pikuk pilkada DKI menjadi panggung nasional bagi dua tokoh
ini.
Divisi 3 untuk tokoh/capres yang popularitasnya di antara 55-70
persen. Tokoh yang memenuhi kriteria ini hanyalah Gatot Nurmantyo.
Popularitas Gatot sebesar 56,5 persen. Sayangnya sejak pensiun, kiprah Gatot
memudar. Padahal ibarat pentas, penonton masih rindu dan bertepuk tangan
menanti atraksinya.
LSI Denny JA memprediksi 4 nama ini yang kemungkinan besar
menjadi penantang Jokowi di Pilpres 2019 nanti. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar