|
Indonesia yang terkenal dengan
sebutan negeri zamrud khatulistiwa memiliki kekayaan alam yang luar biasa
besarnya. Ribuan pulau yang terbentang dari ujung Barat sampai ujung Timur
negeri ini menyimpan sumber daya alam yang menakjubkan. Boleh dikatakan, tidak
ada yang tidak tersedia di negeri ini, baik hasil pertanian, peternakan, dan
pertambangan, dan sebagainya. Karena subur itu, membuat Indonesia terkenal
sebagai sepotong tanah surga. Apa pun yang ditanam di tanah Indonesia, semua
tumbuh subur.
Negeri ini pun pernah dikenal
dengan negeri agraris, karena begitu banyaknya sumber kekayaan alam yang
terbentang di pulau-pulau negeri ini. Negeri yang juga dikenal dengan sebutan
Nusantara ini juga pernah mencukupi swasembada beras nasional dalam tiga dekade
yakni, tahun 1984, 2004 dan 2008 (Oktavio
Nugrayasa: 2013). Tetapi sayang seribu kali sayang, sejak tahun 2003,
Indonesia menjadi importir beras. Bahkan, tercatat sebagai pengimpor beras
terbesar di dunia. Padahal, sebenarnya Indonesia merupakan produsen beras
terbesar ketiga setelah Cina dan India, jauh melampaui produksi beras Thailand
dan Vietnam. Namun, dikarenakan besarnya jumlah penduduk Indonesia dan
tingginya konsumsei beras, maka impor menjadi jalan instan yang diambil oleh
pemerintah Indonesia untuk mencukupi kebutuhan beras nasional.
Jika mau lebih mencermati,
sesungguhnya bukan hanya beras yang diimpor oleh Indonesia. Terdapat puluhan
kebutuhan pokok rakyat Indonesia yang merupakan hasil impor. Menurut Badan
Pusat Statistik (BPS:2013), total nilai impor kebutuhan pokok Indonesia dari
bulan Januari sampai Mei 2013 mencapai mencapai 3,6 miliar dolar AS dengan
volume 7,4 miliar kilogram (kg).
Dari puluhan kebutuhan pokok
Indonesia yang merupakan hasil impor, terdapat empat bahan pokok selain beras
yang sungguh sangat ironis jika harus impor dari negara lain. Pertama, gula.
Perlu diketahui juga bahwa industri gula merupakan industri tertua yang ada di
Indonesia. Pada tahun 1930-an, bahkan Indonesia yang dulu masih dalam
cengkaraman penjajah, menjadi produsen utama gula di dunia. Tetapi itu cerita
masa lalu, kini negeri ini tiap tahunnya tak pernah lepas dari impor gula.
Tercatat Indonesia mengimpor lebih dari dua juta ton gula tiap tahunnya untuk
memenuhi kebutuhan gula nasional.
Kedua, garam. Semua orang tahu,
bahwa Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang
sedunia. Tetapi sungguh sayang, negeri ini malah mengimpor garam dari negera
lain. Berdasarkan BPS (2013), Indonesia mengimpor garam dalam kurun
Januari-Maret 2013 sebanyak 465 ton garam atau senilai dengan 21,5 juta dolar
AS.
Ketiga, kedelai. Sebagai negara
yang dilalui garis khatulistiwa dan memiliki banyak gunung berapi, Indonesia
memiliki tanah yang subur. Tetapi sayang, Indonesia masih belum bisa mencukupi kebutuhan
kedelai nasional. Langkah yang diambil atau solusi oleh pemerintah adalah
impor. Tercatat, setiap tahunnya Indonesia mengimpor kedelai untuk memenuhi
kebutuhan kedelai sebanyak 1,2 juta ton dari Amerika Serikat (AS).
Keempat, cabai. Untuk komoditas
yang satu ini, seharusnya Indonesia tak perlu mengimpor dari negara lain.
Tetapi, atas alasan gagal panen, produksi cabai menurun dan sebagainya,
pemerintah menjadi terpaksa mengimpor cabai. Bahkan Menteri Perdagangan Gita
Wirjawan, menyebutkan bahwa bulan ini akan mendatangkan cabai impor sebanyak 4
ribu ton. Sungguh sebuah kenyataan pahit dan sangat disayangkan.
Kelima, atau yang terakhir adalah
daging sapi. Beberapa waktu lalu, rakyat Indonesia menyaksikan kemarahan
Presiden SBY terhadap Menteri Pertanian Suswono, Menteri Perdagangan Gita
Wirjawan dan Kepala Badan Urusan Logistik (Kabulog), Sutarto Ali Muso terkait
meroketnya harga daging sapi di awal Ramadhan. Tercatat, harga daging sapi
menembus 100 ribu per kg. Buntutnya, untuk memenuhi kebutuhan daging nasional
maka pemerintah beralasan mengambil jalan impor.
Berdikari
Berdikari atau berdiri di atas
kaki sendiri merupakan sebuah konsep yang digaungkan oleh Presiden Ir Soekarno
saat pidato kenegaraan memperingati kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1965.
Salah satu prinsip dari tiga prinsip berdikari yang dicetuskan Ir Soekarno pada
pidato tersebut adalah berdikari di bidang ekonomi. Artinya, setelah lepas dari
cengkaraman penjajah, presiden pertama RI ini mengingikan Indonesia dapat
berdiri di kaki sendiri. Jadi harus mencukupi segala kebutuhan dalam maupun
luar negeri tanpa mengemis bantuan asing.
Setelah 67 tahun Indonesia
merdeka, cita-cita mulia Sang Prokalamator tersebut belum sepenuhnya tercapai.
Hal tersebut bisa dilihat dari masih banyaknya barang-barang pokok bangsa ini
yang merupakan hasil impor. Negara ini belum bisa mencukupi kebutuhan pokok
secara nasional. Swasembada pangan masih menjadi angan-angan panjang yang jauh
dari kenyataan. Ujung-ujungnya, untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional,
pemerintah mengambil lagkah impor barang dari negara lain.
Selalu ada saja alasan pemerintah
mengambil kebijakan impor tanpa mau berpikir mencari jalan lain. Mulai dari
gagal panen, paceklik, produksi turun, perubahan musim dan sebagainya. Semua
alasan dikeluarkan demi mendapat pembenaran atas kebijakan impor yang telah
dikeluarkan. Sungguh, semua kenyataan tersebut merupakan sebuah ironi yang
sangat tragis bagi negeri yang telah dikenal sebagai negeri agraris ini.
Bagaimana mungkin sebuah negara yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa
masih mengimpor barang dari negara lain? Tentu, hal ini menjadi pekerjaan rumah
terutama bagi para pemimpin, dan lebih utama lagi bagi presiden yang akan
melanjutkan kepemimpinan bangsa setelah pilpres 2014 nanti. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar