Sisi
Lain Pencarian Malaysia Airlines
Bayu A Yulianto ;
Mengajar Sosiologi Maritim di Unhan
|
KOMPAS,
15 Maret 2014
|
SELAIN
menyisakan pertanyaan bagaimana dan ke mana pesawat Malaysia Airlines yang
hilang dalam perjalanan Kuala Lumpur-Beijing, ada satu hal yang juga patut
dicatat, yaitu antusiasme sejumlah negara ASEAN dan lainnya. Mereka terlibat
secara aktif mengirimkan armada perangnya untuk membantu pencarian.
Sebuah
semangat baru yang tak berhenti pada apresiasi, tetapi juga mesti dilihat
sebagai satu momen pembelajaran penting dalam konteks operasi militer lebih
luas. Apa yang bisa kita petik dari proses yang tengah berjalan ini?
Laporan
Litbang Kompas (10/3), puluhan kapal perang dan pesawat intai maritim
berbagai jenis dari setidaknya sembilan negara (enam negara anggota ASEAN dan
tiga negara non-ASEAN) terlibat dalam operasi pencarian pesawat Malaysia
Airlines. Semuanya disebar ke berbagai lokasi yang diindikasikan sebagai
lokasi hilangnya pesawat, mulai dari barat Vietnam hingga utara Selat Malaka.
Dalam
skala lebih jauh, operasi pencarian ini bisa saja meningkat menjadi operasi
penyelamatan jika ada indikasi yang mengarah pada dugaan pesawat dan
penumpangnya masih selamat. Dalam konteks ini, dua hal patut kita catat:
kesiagaan armada perang di kawasan untuk terlibat dalam operasi militer
selain perang dan konteks strategis yang melatari kesiagaan itu.
OMSP
Operasi
militer selain perang (OMSP) adalah operasi yang dilakukan pihak militer yang
bukan dalam konteks perang klasik, terutama perang antara satu negara dan
negara lain. Beberapa literatur menyatakan, OMSP merupakan turunan dari
operasi perang dengan intensitas konflik yang rendah. Dalam praktiknya, OMSP
sebenarnya telah dilakukan banyak militer negara lain, tak terkecuali
Indonesia. Operasi pembebasan sandera, operasi perdamaian, dan bantuan bencana
alam yang bukan dalam tujuan perang dengan kekuatan militer negara lain telah
dijalankan sebelumnya tanpa OMSP.
Meski
demikian, yang membedakan kebijakan OMSP antara satu negara dan lainnya
adalah kecenderungan kebijakan politik luar negeri negara itu. Beberapa
negara memiliki kecenderungan OMSP yang mungkin agak ofensif dalam kacamata
negara lain, seperti operasi mendukung sebuah negara dalam menghadapi
pemberontakan atau sebaliknya, mendukung pemberontakan satu negara untuk
menggulingkan satu rezim penguasa, serta operasi kontrol senjata dan
penegakan zona larangan terbang.
Terkait
dengan operasi jenis ini, pengetahuan dan keterampilan terkait OMSP mutlak
dimiliki angkatan perang mana pun mengingat tantangan keamanan nasional
kontemporer mengharuskan demikian. Indonesia sendiri di dalam UU TNI Tahun
2004 Pasal 7 Ayat 2 telah memuat 14 butir utama dari OMSP yang salah satunya
membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan. Ironisnya, meski
tuntutan keadaan demikian nyata, sampai hari ini belum ada aturan turunan
yang lebih rinci terkait konsep, doktrin, dan strategi dalam menjalankan
operasi ini.
Persoalan
kedua yang patut dilihat adalah bagaimana kesiagaan angkatan perang berbagai
negara itu juga tidak lepas dari situasi dan kondisi di Laut China Selatan.
Sampai hari ini ketegangan di sana belum juga mereda. Klaim-klaim perbatasan
laut yang masih tumpang tindih antara China dan beberapa negara anggota ASEAN
dan negara tetangganya yang lain, seperti Jepang dan Korea Selatan, masih
belum mengarah pada pembicaraan yang lebih positif, baik dalam kerangka
bilateral maupun multilateral.
Sengketa
masih terus berlangsung sehingga mengundang campur tangan beberapa negara
barat yang dimotori Amerika Serikat dan Australia. Dua negara yang juga
mengerahkan armadanya mencari pesawat Malaysia Airlines yang hilang.
Inisiatif membangun kode berperilaku di Laut Cina Selatan yang diusung
Indonesia tampaknya masih jauh api dari panggang.
Setiap
pihak yang terlibat dalam pertikaian masih belum menemukan kata sepakat
mencegah agar ketegangan tak berujung pada baku tembak atau perang terbuka.
Pada titik ini, upaya mencari pesawat yang hilang dalam konteks OMSP tak juga
bisa dilepaskan dari konteks ketegangan itu. Kesiagaan armada perang banyak
negara bisa juga dilihat sebagai upaya unjuk kekuatan pihak yang terlibat
dalam pertikaian. AS sendiri memasukkan operasi unjuk kekuatan sebagai salah
satu tipe dalam OMSP.
Meski
diliputi ketegangan, dalam konteks yang lebih optimistis dan positif, upaya
pencarian ini sebenarnya bisa dimaknai secara berbeda. Maksudnya, operasi
pencarian ini bisa diletakkan sebagai satu medium di mana berbagai kekuatan
perang yang hadir di sana bisa saling berkomunikasi satu sama lain dalam
rangka diplomasi pertahanan.
Diplomasi
pertahanan kapal-kapal perang ini bisa dilakukan dengan catatan, prajurit
yang dikirimkan pada misi seperti ini mestilah mereka yang juga
berpengetahuan dan berketerampilan diplomasi. Tanpa menguasai hal itu, muskil
mereka bisa melakukan diplomasi pertahanan.
Dengan
adanya komunikasi di antara pemimpin armada perang itu, paling tidak itu bisa
meminimalkan kesalahpahaman. Dalam jangka panjang ini bisa membantu
meminimalkan ketegangan yang berujung pada baku tembak di lapangan.
Konteks regional
Tanpa
bermaksud mengharapkan kejadian serupa terulang lagi, sudah selayaknya
Indonesia bersama negara ASEAN lainnya, yang akan menjalankan agenda ASEAN Community tahun depan, bersiap
diri menghadapi risiko serupa. Meski di dalam komunitas ASEAN tidak dikenal
istilah pakta pertahanan, seyogianya angkatan perang dari negara-negara ASEAN
bisa menempatkan OMSP sebagai satu agenda bersama yang bisa dijalankan negara
kawasan. Tentu saja, selain merumuskan batasan OMSP bersama pada tingkat
kawasan, dibutuhkan juga tata aturan pelibatan yang masuk akal dalam skala
regional. Termasuk jika kejadian serupa berlangsung di negara tetangga ASEAN.
Agenda pertemuan
menteri pertahanan ASEAN, yang ditindaklanjuti dengan pertemuan panglima
angkatan bersenjata dan pertemuan kepala staf angkatan perang masing-masing
di ASEAN, merupakan modal penting mencapai kesepakatan tentang hal itu. Dalam
tindak lanjut yang lebih spesifik, perlu juga dibuat desk khusus pada tingkat
militer ASEAN untuk bisa membahas secara komprehensif OMSP bersama di tingkat
kawasan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar