|
Di kalangan cyberspace banyak orang tengah tertawa-tawa mendapati penggunaan
bahasa Indonesia ”gaya bebas” oleh seseorang bernama Vicky Prasetyo. Pertama
kali muncul dalam sebuah segmen acara berita hiburan di televisi, segera klip
itu menjadi tontonan ribuan orang begitu diunggah di Youtube pekan lalu.
Bagi yang tidak
akrab dengan cybermedia perlu
dijelaskan terlebih dahulu bahwa di Youtube itu dipertontonkan petikan
wawancara, yang kalau menggunakan istilah televisi disebut ”pasangan
selebritas”. Pasangan yang dimaksud adalah pedangdut Zaskia Gotik dengan Vicky
Prasetyo. Yang disebut belakangan ini konon pengusaha, pernah berusaha terjun
ke dunia politik, belakangan terjerat kasus hukum dengan tuduhan penipuan.
Di sini tak
akan diperluas apa dan siapa mereka berikut kasusnya. Yang menarik (sumpah
memang lucu melihat apa yang tampil di Youtube itu) adalah kata-kata yang
diucapkan Vicky Prasetyo. Dia duduk, didampingi Zaskia.
Petikannya
antara lain, ”Di usiaku saat ini... ee...
ya twenty nine my age ya... tapi aku masih merindukan apresiasi
karena basically aku seneng... seneng musik walaupun
kontroversi hati. Aku lebih menyudutkan kepada konspirasi kemakmuran yang
kita pilih.”
Anda tahu
maksudnya? Sebagian besar orang dipastikan puyeng menghadapi kalimat itu.
Ia melanjutkan dengan, ”Nggak... kita...
kita belajar apa ya... harmonisasi dari hal terkecil sampai terbesar. Kupikir
kita nggakboleh ego terhadap satu kepentingan dan kudeta apa yang kita
menjadi keinginan ya. Dengan adanya hubungan ini bukan mempertakut, bukan
mempersuram statusisasi kemakmuran keluarga gitu, tapi menjadi confident,
tapi kita harus bisa mensiasati kecerdasan itu untuk labil ekonomi
kita tetap lebih baik.”
Tanpa fokus
Meledaklah tawa
di mana-mana. Di tengah kehidupan sehari-hari yang kini dipenuhi begitu banyak
selingan hiburan, orang menemukan selingan lain lagi dari apa yang diucapkan
Vicky. Komentar-komentar tak kalah lucu bermunculan. Temanya ”vickinisasi”.
Kalau orang bicara ruwet, akan disebut ”korban vickinisasi”.
Kesantaian,
main-main, olok-olok, bersifat sementara, memang khas dunia cyber. Tak ada
yang serius di situ. Klip itu pun dalam waktu dekat juga akan segera
ditinggalkan orang. Perpindahan minat dan fokus yang amat cepat menjadi sifat
manusia di era cyberspace sekarang.
Kehidupan sekarang ini seolah-olah tanpa fokus.
Begitupun pola
komunikasi. Apakah komunikasi dalam dunia digital sekarang
benar-benar nyambung? Twitter, misalnya—sebagaimana namanya—artinya
”kicauan”, ”celotehan”. Tiap-tiap orang berkicau, tak perlu kicauan terhubung
satu sama lain atau tidak.
Dalam dunia
televisi, siapa pun yang punya pengalaman ambil bagian dalam acara wawancara,
bincang-bincang, talk show, dan lain-lain akan paham, yang penting
bukanlah isi jawaban, melainkan bagaimana kita tampil membawakannya. Kadang ada
semacam geladi bersih untuk komunikasi itu. Kru televisi memberi tahu terlebih
dahulu, nanti mereka akan bertanya apa, selanjutnya pihak yang akan diwawancara
diberi tahu kesempatan memberi jawaban sekian menit. Begitu kamera siap,
pembawa acara melenggang. Bertanya, atau tepatnya sebenarnya berceloteh
sendiri. Kita ngaco menjawab juga tidak apa. Belum tentu si pembawa
acara mengurusi isi jawaban kita. Ia hanya memperhatikan hitungan, kapan
jawaban harus berakhir. Kalau Anda sebagai pihak yang diwawancara berpikir
bahwa isi jawaban Anda sebegitu pentingnya dan masih perlu diuraikan lebih
lanjut, maka Anda akan dipotong. Silakan Anda terbengong-bengong. Iklan lebih
penting daripada Anda.
Kita hidup di
lingkungan yang mengondisikan pikiran tak perlu terlalu dianggap sebagai bagian
penting dari kata-kata, ucapan, pun tulisan. Banyak orang yang duduk di profesi
yang berhubungan dengan produksi kata-kata, bahkan tak paham subyek dan
predikat dalam suatu kalimat. Kalau Anda bekerja di media massa sekarang, Anda
bakal mudah frustrasi.
Ketika pikiran
terbiasa tak terkondisikan dengan kata-kata atau ucapan, akan muncul
kesenjangan antara pikiran dan ucapan. Kita pecah-pecah lagi bagian dari diri
kita bahwa selain pikiran, juga ada tubuh alias badan, ada spirit atau roh,
maka aktivitas tiap-tiap bagian itu tak lagi terhubung satu sama lain. Dengan
kata lain, tidak ada keselarasan dalam diri.
Padahal, ada
banyak pandangan, yang menganggap bahwa diri kita itulah dunia kecil atau
mikrokosmos. Kalau dalam dunia kecil itu tidak ada keselarasan, apa yang
kemudian terjadi? Ya persis kita hadapi sekarang: kebohongan, kekerasan,
korupsi, lupa, dan lain-lain.
Kita
tertawa-tawa melihat Vicky karena Vicky barangkali adalah kita.
Coba bayangkan
cewek pacar Anda meminta dibelikan rumah.
”Aku belikan rumah ya sayang....”
”Ya kita komunikasi lagi,” kata Vicky
dalam video itu. ●
ok punya salam sehat selalu...
BalasHapus