Hari ini saya meninggalkan Indonesia setelah hampir lima tahun bertugas sebagai duta besar Inggris. Menjadi dubes adalah keistimewaan tersendiri. Saya dan keluarga akan pergi dengan sejuta kenangan tak terlupakan: makanan, pemandangan, keragaman, dan—yang paling penting—senyum ramah serta kebaikan hati orang Indonesia.
Salah satu pengalaman sangat luar biasa adalah saat bermalam di Pesantren Gontor, berdiskusi dengan 4.000 santri tentang Muslim di Inggris dan apa yang dapat kita pelajari satu sama lain. Komitmen mereka terhadap kebebasan telah menjadi inspirasi: seperti yang dijelaskan oleh Kiai Hassan, tanpa kebebasan berpikir dan bertindak, takkan ada kemajuan.
Saya akan selalu ingat menyanyikan ”You’ll Never Walk Alone” dengan penggemar Liverpool di Surabaya dan Jakarta. Saya tak akan melupakan para siswa yang berbagi mimpi dengan saya di Kampung Inggris, tempat sekitar 50.000 orang Indonesia belajar bahasa Inggris setiap tahun demi mengasah keterampilan mereka berbahasa Inggris agar mendapat pendidikan dan pekerjaan lebih baik serta paspor melihat dunia.
Seiring dengan berakhirnya masa jabatan saya di Indonesia, saya berharap bisa menjadi ”duta informal” untuk Indonesia. Saya akan memperjuangkan peran Indonesia pada ”Asian Century” sebagai demokrasi terbesar ketiga di dunia, ekonomi yang akan masuk 10 besar dunia dalam 10 tahun ke depan. Negara Indonesia dilahirkan dengan beragam etnis, bahasa, flora, dan fauna. Sebuah negara berpotensi menginspirasi masyarakat dunia.
Dalam 70 tahun hubungan diplomatik kita, Inggris dan Indonesia telah membina sebuah ”Great Friendship”, hubungan antar-individu berkembang pesat, kolaborasi antar-universitas, kemitraan bisnis, hingga hubungan bilateral kedua negara. Jumlah wisatawan Inggris di Indonesia melampaui negara lain di Eropa dan Amerika: sekitar 400.000 per tahun. Kamar Dagang Inggris memperkirakan investasi Inggris menyangga satu juta lapangan pekerjaan di Indonesia. Namun, masih banyak yang bisa dilakukan untuk menikmati hubungan kerja sama seperti dengan China dan India.
Tumbuh di Indonesia
Dalam lima tahun terakhir Kedutaan Besar Inggris telah tumbuh sekitar 50 persen. Kami memiliki perwakilan di Bali, Surabaya, dan Bandung. Kami juga sedang melihat potensi kota lain di Sumatera dan Sulawesi. Kami telah menciptakan tim baru yang bekerja di bidang pendidikan, energi terbarukan, keamanan preventif, dan tim yang segera dibentuk adalah digital dan siber. Kami memiliki banyak mitra yang hubungannya layak ditingkatkan dan mereka ingin bekerja sama dengan Inggris.
Selama lima tahun saya menjadi dubes, kunjungan resmi kenegaraan juga terlaksana, termasuk kunjungan PM David Cameron ke Jakarta pada 2015, Presiden Jokowi ke London pada 2016, serta kunjungan para menteri, wali kota, dan anggota parlemen.
Kami telah menandatangani sejumlah nota kesepakatan di berbagai sektor, termasuk siber, olahraga, pendidikan, riset, industri kreatif, kepolisian, kerja sama militer, perubahan iklim, energi terbarukan, pembangunan rendah karbon, dan masih banyak lagi. Perdagangan di antara kedua negara meningkat 20 persen. Jumlah mahasiswa Indonesia di Inggris meningkat dua kali lipat. Ada banyak sekali kemitraan baru antara para dosen, seniman, dan pebisnis. Kita juga menjalin kerja sama di dunia internasional, termasuk PBB, G-20, dan forum global lain, mendukung perdamaian, kesejahteraan, serta supremasi hukum. Menlu Retno Marsudi baru mengkaji hubungan diplomatik kedua negara dengan Menlu Jeremy Hunt minggu ini. Kami berencana mengembangkan ”Great Friendship” kita ke tingkat lebih tinggi.
Hari pertama saya di Jakarta kebetulan berbarengan dengan pelantikan Presiden Jokowi pada 20 Oktober 2014. Pada hari itu saya ikut bergabung dengan puluhan ribu warga di Bundaran HI. Saat berbicara dengan mereka, saya merasakan harapan dan aspirasi mereka. Sebuah awal yang luar biasa.
Pada konferensi pers pertama saya, salah seorang wartawan bertanya mengenai harapan saya selama bertugas di Indonesia. Saya menjawab, saya berharap Indonesia akan mengurangi keragu-raguannya. Di dunia yang saling terkait kita harus bekerja sama untuk mengatasi permasalahan yang kita hadapi dan untuk mewujudkan kesuksesan.
Saat ini kita telah menyaksikan Indonesia yang lebih berani dan aktif meski selalu ada prospek untuk terus mengembangkan perannya.
Saya melihat kemajuan nyata dalam lima tahun ini. Demokrasi di mana-mana sangat gaduh, tak terkecuali di Indonesia. Namun, institusi demokrasi Indonesia sudah mapan dan berpengalaman menangani tantangan meskipun, tentu saja, selalu ada ruang untuk pengembangan.
Sebelum meninggalkan Indonesia, saya memiliki lima harapan untuk lima tahun ke depan.
Pertama, saya berharap para pemimpin Indonesia akan memperdalam nilai-nilai demokrasi. Sering dikatakan, keberhasilan demokrasi dapat dinilai dari bagaimana sebuah negara melindungi kaum minoritas. Seperti halnya di negara lain, ada risiko bahwa di Indonesia mayoritarianisme akan merusak kualitas demokrasi dan reputasi Indonesia sebagai negara yang penuh dengan toleransi serta keberagaman.
Kedua, saya berharap Indonesia terus berusaha melakukan reformasi ekonomi. Keterbukaan ekonomi sangat penting karena akan memastikan aliran keahlian, teknologi, dan modal yang sangat dibutuhkan Indonesia, merangsang penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pelayanan lebih baik bagi konsumen Indonesia. Itu sangat membantu perusahaan Indonesia menjadi kompetitif secara global.
SDM sebagai kunci
Ketiga, sukses dan masa depan negara bergantung pada sumber daya manusia. Tak ada universitas Indonesia yang masuk di peringkat 200 teratas dunia. Sebagai negara G-20 dan 10 ekonomi teratas dalam 10 tahun ke depan, Indonesia harus memiliki perwakilan dalam 200 universitas terbaik. Sebanyak 95 universitas top dunia berbahasa Inggris. Meningkatkan kemampuan bahasa Inggris, mulai SD, amat penting.
Keempat, Indonesia adalah ekonomi terbesar ke-16, tetapi merupakan penghasil emisi gas rumah kaca ke-5 terbesar. Jika kita gagal memenuhi target lingkungan hidup, tidak hanya warga dan keragaman hayatinya yang akan menghadapi bencana ekologis, dunia pun akan gagal mewujudkan target yang disetujui pada Kesepakatan Paris. Pengalaman internasional memperlihatkan kita tak perlu memilih antara tujuan perlindungan lingkungan hidup dan pertumbuhan ekonomi: opsi rendah karbon mampu meningkatkan kesejahteraan.
Terakhir, saya mendoakan agar Indonesia kian aktif di panggung internasional. Sebagai negara G-20 di dunia yang tak stabil dan tak dapat diprediksi ini, kita butuh Indonesia berkolaborasi membentuk aturan dan institusi internasional sehingga kita dapat mengatasi perbedaan secara damai. Kami butuh keterlibatan seaktif mungkin dari pemimpin Indonesia di MU PBB, DK PBB, G-20, ASEAN, dan forum internasional lain.
Saya akan terus mendukung Anda dari jauh. Saya tahu Indonesia bisa sukses. Saya berterima kasih banyak kepada semua warga Indonesia atas persahabatan dan dukungannya. Kalau ada kekurangan atau kesalahan, saya minta maaf sedalam-dalamnya.
Indonesia telah menjadi inspirasi bagi saya. Maju terus, Indonesia! Saya tak pernah bosan mengatakan: bekerja bersama, berhasil bersama.
Ini bukanlah perpisahan, justru sampai jumpa lagi, Indonesia.
Moazzam Malik Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste, 2014-2019