Senin, 24 Juni 2019

Jumat 21 Juni 2019, 15:04 WIB

Kolom

Konspirasi Iluminati

Rachmanto - detikNews

Kontroversi Masjid Al-Safar, yang dinilai Ustaz Rahmat Baequni mengandung simbol iluminati dan dipercayai sebagian jamaahnya, menunjukkan makin tergerusnya nalar kritis masyarakat dalam mengolah informasi. Tempat salat rancangan Ridwan Kamil (Gubernur Jabar dan mantan Wali Kota Bandung) tersebut dianggap memiliki mimbar berbentuk All Seeing Eye atau "mata satu" yang merupakan simbol iluminati.

Akibat heboh kasus ini, Ridwan Kamil pun harus turun tangan langsung dan melayani diskusi yang digelar MUI Jabar di Gedung Pusdai, pada Senin pekan lalu. Argumen yang dikemukakan Ridwan Kamil sebenarnya sudah cukup tegas dan jelas. Tetapi, tetap saja masih ada yang mempercayai masjid tersebut merupakan bukti keberhasilan pengaruh kelompok iluminati dalam berbagai bidang kehidupan.

Tentu saja, banyak hoax yang akhirnya tercipta dalam kasus Masjid Al-Safar ini. Dan sudah menjadi kelaziman, suatu hoax akan coba ditutupi oleh hoaxlainnya. Lapisan-lapisan hoax ini yang akan terus membukit hingga menutupi kebenaran. Misalnya, ada upaya membangun narasi bahwa masjid tersebut merupakan jejak kelompok iluminati sebab Ridwan Kamil saat menjadi Wali Kota Bandung pernah menerima bantuan kursi roda dari Rotary Internasional kerja sama dengan United Celebral Palsy. 

Rotary Internasional selama ini dipandang sebagai kepanjangan tangan dari orang-orang Yahudi. Sementara gerakan iluminati pun digerakkan oleh Yahudi. Maka, dengan sedikit menggunakan ilmu uthak-athik gathuk atau "cocokologi", bisa ditarik kesimpulan bahwa masjid tersebut benar-benar proyek iluminati yang dikerjakan oleh Ridwan Kamil.

Saat membahas tentang kelompok iluminati, kita tidak mungkin menegasikan tentang teori-teori konspirasi yang melingkupinya. Iluminati dan konspirasi merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Merujuk pada Meriam-Webster, teori konspirasi adalah a theory that explains an event or situation as the result of a secret plan by usually powerful people or groups.

Digunakannya teori konspirasi oleh mereka yang mempercayai kelompok elite iluminati adalah untuk menarik hubungan antara satu peristiwa dengan aktor yang melakukannya. Aktor inilah yang merupakan anggota kelompok iluminati. Sehingga kejadian apapun, dengan menggunakan pendekatan konspirasi, akan bermuara pada eksistensi iluminati. Proses pemaksaan adanya hubungan insiden tertentu dengan jaringan iluminati merupakan salah satu kelemahan terbesar dalam teori konspirasi.

Jan-Willem van Prooijen dalam The Psychology of Conspiracy Theories(Routledge, 2018) menjelaskan hadirnya teori konspirasi merupakan upaya melindungi kelompok sendiri terhadap kelompok lain. Kehadiran mereka sering didasari oleh ideologi yang kuat. Selain itu, munculnya teori konspirasi merupakan reaksi defensif alami terhadap ketidakpastian dan ketakutan. Sekaligus upaya menyalahkan kelompok lain karena penderitaan yang mereka alami. Dia juga menyatakan, teori konspirasi menarik khalayak luas sebab menyangkut sesuatu hal yang sangat misterius, menarik, sekaligus menakutkan.

Jika ditarik ke belakang, pembahasan konspirasi iluminati di Indonesia pun tidak pernah surut. Sebelum heboh arsitektur Masjid Al-Safar, beberapa tahun lalu marak diskusi tentang bumi datar di media sosial kita. Bahwa sebenarnya bumi ini datar, tetapi akibat konspirasi, diwacanakanlah ke seluruh dunia bahwa bumi berbentuk bulat. Argumentasi penganut teori bumi datar banyak sekali yang menggelikan. Misalnya, ada dinding es tebal yang mengelilingi bumi yang datar ini dan tidak boleh oleh berkunjung ke sana (sebab terlarang). Meskipun tidak sesuai fakta ilmiah, ternyata masih ada masyarakat Indonesia yang mempercayai.

Tidak heran, beberapa tahun lalu ada ungkapan untuk mengejek mereka yang tidak mau berpikir tajam dengan sebutan "kaum bumi datar". Selain teori bumi datar, peristiwa yang terus memicu hadirnya teori konspirasi dalam dua dekade ini adalah WTC 9/11. Hingga kini, beragam pandangan terkait teori konspirasi hancurnya Gedung WTC masih terus hadir.

Hal yang membuat resah, teori konspirasi --selain mempengaruhi pola pikir-- juga berakibat pada tindakan seseorang. Tindakan tersebut kerap membawa dampak negatif kepada pihak lain. Salah satu contohnya adalah pencegahan penyakit menular melalui vaksin. Banyak orangtua yang menolak imunisasi --meskipun jumlahnya relatif sedikit-- karena menganggap ada tangan-tangan Yahudi dalam gerakan vaksinasi.

Akibat menolak vaksin, mereka secara langsung tidak melindungi anak-anaknya dari penyakit seperti hepatitis, polio, tuberkulosis, campak, dan sebagainya. Bayangkan, jika semakin banyak orangtua yang mengamini teori konspirasi dalam isu vaksin, dapat terjadi lonjakan penyakit pada masa mendatang. Untuk itulah, kita harus menyudahi segala segala teori konspirasi yang sungguh tidak masuk akal.

Ya, kelompok-kelompok penggemar konspirasi memang tidak akan pernah hilang, tetapi kita tidak boleh mengikuti arus pemikiran itu. Para agamawan pun harus menyadari, banyak teori konspirasi yang dihubung-hubungkan dengan agama. Dan banyak di antara pemuka agama yang mempercayainya dan menyebarkannya kepada jamaahnya. Oleh karena itu, berhentilah mengabarkan teori konspirasi kepada umat. Merasa inferior seolah-olah umat Muslim selalu menjadi korban dari kelompok-kelompok jahat tertentu.

Jangan lagi menyesatkan umat dengan dongeng-dongeng konspirasi iluminati. Apalagi jika berbagai narasi konspirasi tersebut dibangun atas dasar informasi-informasi palsu yang justru sangat terlarang dalam Islam. Masyarakat pun harus cerdas. Jangan mudah terbuai dengan pseudo science yang kerap digunakan untuk membangun teori konspirasi. Ingatlah, sekarang adalah era keterbukaan informasi. Kita bisa melakukan verifikasi dan validasi informasi secara cepat tanpa hambatan apapun.

Pergunakanlah gadget sebaik-baiknya untuk mendapatkan informasi yang benar. Buka pikiran selebar-lebarnya agar bisa meresap hal-hal baru yang mungkin berbeda dengan pandangan dan keyakinan yang dianut. Hanya dengan cara inilah, otak kita akan terangsang untuk terus mencari kebenaran. Hingga tidak mudah terpapar teori-teori konspirasi yang merusak nalar.

Rachmanto pengurus Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Orwil DIY; alumnus Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS), SPs UGM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar