Senin, 28 Oktober 2013

Visi Bangun Kemaritiman

Visi Bangun Kemaritiman
Sahala Hutabarat  Guru Besar Oseanografi Universitas Diponegoro,
Dewan Pembina Institut Maritim Indonesia
SUARA MERDEKA, 28 Oktober 2013


DELAPAN puluh lima tahun lalu, para pemuda membakar semangat persatuan seluruh elemen bangsa untuk bangkit melawan penjajah. Peristiwa ini ditandai dengan berdirinya organisasi pemuda yang menumbuhkan semangat nasionalisme dan demokrasi kebangsaan lewat Kongres Pemuda yang dipimpin Soegondo Djojo­poespito, di gedung Indonesische Clubge­bouw Jalan Kramat Raya 106 Jakarta, tanggal 28 Oktober 1928.

Setelah peristiwa itu, kita sekarang menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan. Bagai­mana kita memaknai Hari Sumpah Pemuda? Seharusnya kita bangkit membangun nasionalisme supaya menjadi bangsa yang lebih maju dan makin berprestasi. Sudah saatnya pemerintah dan para pemimpin memberikan perlakuan sama terhadap rakyatnya dari Sabang sampai Marauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote.

Bila rakyat pada satu wilayah sejahtera selayaknya rakyat di wilayah lain  juga menikmati kesejahteraan yang sama. Hal itu agar keadilan sosial bagi seluruh rakyat diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian rasa persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa benar-benar kokoh sepanjang masa.

Visi Membangun

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 17.480 pulau, luas 5,8 juta km2, panjang garis pantai 95.181 km, sudah sepatutnya Indonesia memiliki  strategi maritim yang baik. Ada beberapa alasan mengapa kita dapat mewujudkan visi membangun kemaritiman nasional.

Pertama; sebagai negara kepulauan kita dapat memanfaatkan potensi kekayaan laut, produk domestik bruto hampir mencapai 80% yang disumbang oleh Pulau Jawa, Sumatera dan Bali dengan jumlah penduduknya 80% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Negara kita juga merupakan titik konektivisitas untuk negara ASEAN melalui Selat Malaka, Selat Karimata, Lautan Jawa, Selat Sunda, dan Selat Sulawesi

Kedua; tantangan pembangunan mari­tim. Perlu inventarisasi dan eksplorasi besar-besaran sumber daya migas dan mineral yang sudah makin menipis. Termasuk penelitian mendalam untuk daerah migrasi atau ruaya ikan, peta logistik nasional untuk wilayah Indonesia barat dan timur. Juga perlu menata angkutan laut, industri perkapalan, keselamatan SDM dan kebijakan pembiayaan.

Ketiga; program prioritas jangka pendek, yaitu membangun sistem angkutan laut dari Sabang sampai ke Merauke dengan kapal roro, pelayaran perintis. Prinsip perdagangan membutuhkan transportasi laut yang mendapat dukungan dari pemerintah pusat, daerah dan perusahaan pelayaran, melalui efisiensi, baik pelayanan maupun masa tunggu bongkar muat.

Keempat; mengembangkan angkutan laut di Indonesia timur. Waktu pelayaran perintis di wilayah ini yang cukup lama untuk tiap round trip (2 minggu), supaya dipersingkat sehingga aktivitas perekonomian dan pemerintahan setempat berjalan lebih efisien. Hal itu dapat dibantu feeder line dari pelayaran rakyat.

Kelima; program jangka panjang, dengan pengembangan SDM pelayaran, pembuatan kapal, pembenahan operator keselamatan pelayaran dan kepelabuhan. Semua sarana pendidikan ini sebaiknya dibangun di wilayah timur (Papua). Selain itu, pengembangan SDM untuk mengelola mineral, migas lepas pantai, energi gelombang, pemanfaatan algae sebagai sumber energi dan pengembangbiakan ikan di pantai.

Keenam; pembangunan maritim tetap dilaksanakan dalam ruang dan lingkup pengembangan NKRI. Selama ini pemba­ngunan lebih difokuskan di wilayah Indonesia Barat, kini saatnya mengungkit pembangunan di wilayah timur, mendasarkan pada  pembangunan maritim yang komprehensif, dipusatkan di Papua. Hal itu dapat tercapai apabila institusi finance pengembang armada dibangun, insentif fiskal juga diberikan kepada perusahaan pelayaran, dan dok kapal yang mengembangkan SDM di lingkungannya.

Semangat Pemuda

Dengan enam visi itu, sudah saatnya pemuda kita diberikan wawasan komprehensif arti penting dari wilayah dan potensi kepulauan, sebagai pendorong pembangunan nasional, dari yang bersifat agraris menjadi berciri kemaritiman. Alam yang dianugerahkan oleh Tuhan YME kepada negara dan rakyat hanya menjadi potensi yang idle selama tidak dimanfaatkan.

Potensi itu harus dikelola dengan baik melalui visi, misi, iptek, dan SDM yang andal, guna memacu pembangunan nasional. Hasil penelitian Balitbang Kementerian Perikanan dan Kelautan mengestimasikan nilai ekonomi kelautan perairan Indonesia 1.000 miliar dolar AS per tahun. Bandingkan dengan utang pemerintah/swasta saat ini 257 miliar  dolar AS. Kita bisa melihat betapa besar potensi keekonomian wilayah laut Indonesia untuk menopang pembangunan dan kemajuan ekonomi.

Dengan memperingati Hari Sumpah Pemuda, mudah-mudahan kita mempunyai gerakan moral dan kebulatan tekad sama untuk terus mengumandangkan semangat maritim pada semua lapisan masyarakat. Upaya itu guna membangun negara dengan visi kemaritiman nasional.


Seperti disampaikan Bung Karno dalam pidato pada Hari Sumpah Pemuda 1963,’’  ”Berikan kepadaku 1.000 orang tua maka akan aku cabut Semeru dari uratnya. Beri aku seorang pemuda, niscaya akan kuguncang dunia’’. Ya, pemuda adalah pelopor untuk mewujudkan negara maritim Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar