Jumat, 27 Januari 2012

Krisis Ekonomi dan Energi Terbarukan


Krisis Ekonomi dan Energi Terbarukan
Donni Adinata, DOSEN JURUSAN TEKNIK KIMIA, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS INDONESIA
Sumber : JAWA POS, 27 Januari 2012



TANPA energi, kehidupan manusia akan musnah atau lumpuh. Sumber energi seperti minyak bumi, gas, dan batu bara berasal dari fosil. Energi jenis itu tidak dapat diperbarui. Artinya, kita cuma dapat menggunakannya sekali. Setelah itu habis terbakar atau tersintesis. Selain itu, ada sumber energi yang berasal dari alam dan dapat diperbarui, seperti energi dari matahari, panas bumi, air, angin, tumbuh-tumbuhan dan hewan atau yang dikenal dengan biomasa. Konsumsi energi terbarukan atau renewable tersebut masih berkisar 16 persen dari total kebutuhan dunia.

Sumber utama bahan bakar transportasi, rumah tangga, industri, dan lain-lain masih sangat bergantung pada energi dari fosil. Menurut data, yang diprediksi Machhammer (2007), sekitar 93 persen bahan bakar di dunia berasal dari energi fosil, dalam bentuk minyak bumi, gas, dan batu bara.

Dari tahun ke tahun, pengguna atau pengonsumsi energi dari fosil terus meningkat, seiring bertambahnya populasi. Permintaan minyak bumi, gas, dan batu bara semakin tinggi. Cadangan yang makin menipis akan memunculkan krisis energi. Dampak langsung bagi masyarakat yakni kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik. Giliran berikutnya ada kenaikan harga pangan dan produk-produk lain. Pada akhirnya muncul krisis ekonomi, baik di Indonesia maupun di dunia.

Selain itu, sekitar tujuh persen minyak bumi atau crude oil digunakan sebagai bahan baku industri. Mungkin masyarakat kurang mengetahui bahwa banyak sekali industri yang menggunakan bahan baku crude oil atau turunannya, seperti industri cat, obat-obatan, dan industri kimia.

Total bahan baku industri dunia yang bersumber dari minyak bumi mencapai 76 persen. Sisanya, sekitar 11 persen menggunakan bahan gas alam, 2 persen dari batu bara, dan hanya sekitar 11 persen industri-industri di dunia yang menggunakan bahan baku dari tumbuh-tumbuhan dan hewan (biomassa). Artinya, dari data-data tersebut, industri-industri di dunia sangat bergantung pada minyak bumi. Jadi, minyak bumi tak hanya sebagai bahan bakar, tapi juga bahan baku industri.

Karena itu, krisis energi akan sangat berpengaruh dan mengganggu kesediaan bahan baku industri. Tak tertutup kemungkinan pabrik gulung tikar. Dampaknya jelas, yakni banyak orang kehilangan pekerjan alias menganggur. Ekonomi semakin runyam.

Apa kebijakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi itu semua? Kita harus beralih atau memperbanyak penggunaan energi dan bahan baku terbarukan. Begitu juga bahan baku industri dari tumbuh-tumbuhan dan hewan (biomasa) harus ditingkatkan. Penggunaan minyak bumi atau crude oil sebagai bahan baku di industri-industri dikurangi dan lebih baik diprioritaskan.

Banyak negara maju tertarik berinvestasi dalam bidang energi terbarukan dan pengolahan biomassa di Indonesia. Industri-industri di negara maju juga mulai melangkah untuk mengalihkan bahan baku industri dari crude oil. Indonesia seharusnya mulai sekarang mengembangkan energi terbarukan dan meningkatkan bahan baku industri yang bersumber dari biomassa.

Indonesia sangat kaya akan biomassa. Kekayaan itu dapat dipergunakan untuk menyejahterakan seluruh rakyat. Jangan sampai sumber daya alam terbarukan yang melimpah dimanfaatkan bangsa-bangsa lain, sementara bangsa kita hanya menjadi penonton.

Persiapan mulai ilmu pengetahuan atau pendidikan, penelitian, teknologi, sehingga menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni dalam pengolahan sumber daya alam terbarukan. Yang lebih penting kebijakan pemerintah harus pro pengembangan energi dan bahan baku terbarukan. Bila kita berada di atas rel itu, Indonesia bisa keluar dari krisis energi dan ekonomi, serta menjadi negara maju. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar