Senin, 01 Maret 2021

 

Memahami Kalimat Inversi

 Antonius Galih Rudanto  ;  Penyelaras Bahasa Kompas

                                                     KOMPAS, 27 Februari 2021

 

 

                                                           

Kata inversi diserap dari bahasa Inggris, inversion, dengan penyesuaian ejaan sufiks –(t)ion menjadi –si. Secara leksikal, inversi berarti pembalikan susunan atau posisi dari kelazimannya.

 

Dalam konteks linguistik, menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, kalimat inversi didefinisikan sebagai kalimat yang predikatnya mendahului subyek atau, dengan kata lain, posisi predikat berada di awal kalimat. Hal ini berbeda dari biasanya, yakni subyek berada di awal kalimat.

 

Berikut ini beberapa contoh kalimat dengan predikat berada di awal atau mendahului subyek. Tanda koma (,) tidak perlu dipakai antara predikat dan subyek kalimat. Contoh kalimat berikut diambil dari beberapa media nasional.

 

1. Demikian pula Partai Gerindra.

 

Subyek kalimat adalah Partai Gerinda.

 

2. Tidak ketinggalan tim dari Jakarta yang berangkat dengan pesawat Hercules TNI AU.

 

Subyek kalimat adalah tim dari Jakarta yang berangkat dengan pesawat Hercules TNI AU.

 

3. Dari sekarang memang penting dipikirkan oleh KPU bagaimana menyusun tahapan dan jadwal ke dalam Peraturan KPU (PKPU) sebagai aturan turunan dari UU No 10/2016 tentang Pilkada.

 

Subyek kalimat adalah bagaimana menyusun tahapan dan jadwal ke dalam Peraturan KPU (PKPU) sebagai aturan turunan dari UU No 10/2016 tentang Pilkada.

 

4. Selain itu, hingga kini belum diketahui berapa lama vaksin Sinovac dapat memberikan proteksi.

 

Subyek dari kalimat di atas adalah berapa lama vaksin Sinovac dapat memberikan proteksi.

 

5. Belum dapat dipastikan apakah revisi UU ITE ini dapat masuk ke dalam Prolegnas Prioritas 2021 ataukah tidak.

 

Subyek kalimat di atas adalah apakah revisi UU ITE ini dapat masuk ke dalam Prolegnas Prioritas 2021 ataukah tidak.

 

Pada kalimat Demikian pula Partai Gerindra, tentu tidak sulit menentukan subyek kalimat karena kalimat relatif pendek. Sementara kalimat nomor 2-5, subyek kalimat relatif panjang dan posisinya berada di belakang.

 

Dalam ilmu kebahasaan diketahui, betapapun panjang sebuah kalimat, berdasarkan fungsinya, pada akhirnya dan pada hakikatnya, kalimat terdiri atas dua bagian besar, yakni subyek dan predikat. Jika subyek kalimat—yang panjang tadi—sudah diketahui, otomatis yang lain adalah bagian dari predikat.

 

Pertanyaan berikutnya adalah apakah tanda koma (,) dipakai untuk memisahkan frasa/kata keterangan dengan predikat/kata kerja karena kata keterangan mengawali sebuah kalimat? Secara umum, tidak ada masalah ketika konstruksi kalimat berupa S+P+K, tetapi berbeda ketika konstruksi dibalik dengan bentuk K (keterangan)+P+S.

 

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita lihat penggunaan tanda koma dalam kaidah bahasa Indonesia.

 

Penggunaan tanda koma

 

Tanda koma (,) dalam sebuah kalimat dipakai untuk suatu rincian; untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya; untuk memisahkan petikan langsung dalam kalimat; serta untuk mengapit keterangan tambahan.

 

Berdasarkan letak, tanda koma dipakai di belakang kata penghubung antarkalimat (contoh: meskipun demikian,); sebelum dan sesudah kata seru (contoh: , kan,); di belakang kata/frasa keterangan yang muncul pada awal kalimat; sebelum kata penghubung (contoh: , tetapi); dan terakhir tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca.

 

Pernyataan terakhir dari konsep penggunaan tanda koma menyiratkan bahwa tanda koma secara tidak wajib bisa dihilangkan dengan catatan tidak membuat pembaca kebingungan/salah baca.

 

Contoh berikut adalah tanda koma dalam kalimat—subyek kalimat ditulis miring—yang lebih baik dihilangkan karena tidak akan terjadi salah baca.

 

1. Di lokasi yang sama juga dibudidayakan ikan betok atau papuyu. (Bandingkan dengan Di lokasi yang sama, juga dibudidayakan ikan betok atau papuyu.)

 

2. Di wilayah itu masih berkeliaran raja hutan dan seisi satwa dilindungi lainnya. (Bandingkan dengan Di wilayah itu, masih berkeliaran raja hutan dan seisi satwa dilindungi lainnya.)

 

3. Sejak pertengahan September 2020 juga sudah dilaksanakan operasi yustisi penegakan protokol kesehatan tingkat provinsi dan kabupaten/kota. (Bandingkan dengan Sejak pertengahan September 2020, juga sudah dilaksanakan operasi yustisi penegakan protokol kesehatan tingkat provinsi dan kabupaten/kota.)

 

Kalimat pertama dari setiap contoh di atas terasa lebih mengalir dan tidak membuat pembaca terhenti karena tanda koma.

 

Meski demikian, berbeda dengan kalimat yang diawali dengan kata keterangan berupa anak kalimat (biasanya diawali dengan kata penghubung subordinatif) dan kata penghubung antarkalimat, seperti meski demikian, namun, akan tetapi, oleh sebab itu, ataupun sebaliknya, tanda koma amat diperlukan.

 

Berikut contoh kalimatnya, dengan subyek (induk) kalimat ditulis miring.

 

1. Ketika pertambahan kasus Covid-19 terkendali, muncul semacam kepercayaan diri warga untuk membelanjakan uang.

 

2. Untuk itu, perlu kesiapan yang baik, mulai dari ketersediaan vaksin beserta logistik pengirimannya, kesiapan vaksinator, hingga kepastian vaksin mencapai individu sasaran sesuai peta sebaran Covid-19.

 

3. Agar kebijakan tersebut dapat ditransmisikan ke dalam kegiatan sektor riil yang menciptakan lapangan kerja, perlu dipastikan peraturan pelaksana Undang-Undang Cipta Kerja harus dapat menyelesaikan masalah birokrasi di pusat hingga di daerah.

 

Dari banyak contoh kalimat di atas, kalimat inversi sering digunakan dalam ragam bahasa jurnalistik. Kita pun sering menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. Adapun beberapa kata (kerja) dalam kalimat inversi yang sering muncul dan digunakan, antara lain, ada, muncul, perlu, dan butuh. ●

 

1 komentar: