Senin, 12 Maret 2018

Tahun Politik, Tahun Pasar Malam

Tahun Politik, Tahun Pasar Malam
Bre Redana  ;   Wartawan Senior Kompas
                                                        KOMPAS, 11 Maret 2018



                                                           
Partai politik adalah pranata yang membuat warga negara berkemungkinan ambil bagian dalam proses politik dan bernegara. Pertanyaannya: mengapa kader partai termasuk para kepala daerah banyak yang korupsi. Pertanyaan berikut: setelah tertangkap, mengapa mereka sepertinya tidak merasa bersalah. Tidak menyembunyikan wajah seperti kriminal kelas teri kalau mengingat korupsi dikategorisasikan sebagai kejahatan besar? Malah senyum-senyum seperti baru saja mendapat surat cinta di hari libur?

Pertanyaan terakhir lebih serius karena menyangkut eksistensi diri sebagai manusia. Guru di mana saya banyak belajar menyebut aksi-reaksi-refleksi. Semua ada di dalam diri sendiri. Aksi adanya di otak, menyebabkan reaksi pada tubuh, reaksi memancar keluar menjadi semacam refleksi. Orang yang terlatih akan merefleksikan ketenangan menghadapi situasi krisis.

Apakah sebegitu terlatihnya mereka dalam korupsi, sehingga tenang-tenang saja ketika tertangkap? Apa yang membuat tubuh imun dari rasa bersalah dan malu? Jangan-jangan, inilah gambaran migrasi kebudayaan kita, termasuk evolusi manusia dari zaman ”old” ke zaman ”now”.

Sebagaimana istilah berantakan yang kian kita terima dan pakai dengan nyaman tadi, cara kita berbahasa mencerminkan bagaimana kita mendefinisikan diri. Beberapa kali saya mendapat komentar, bahasa saya rumit. Kurang komunikatif. Bikinlah yang ringan-ringan saja.

Tentu saya suka mendapat masukan demikian, namun tidak dengan mudah saya mengucap janji untuk menulis yang dikategorikan ”ringan”. Saya senantiasa berusaha menyampaikan sesuatu seringan dan sekomunikatif mungkin. Ketika itu pun kurang berhasil, saya cuma bisa mengatakan—seperti pernah diungkapkan Barthes—aspek komunikasi hanya dua persen dari urusan bahasa.

Apa selebihnya? Banyak. Dalam politik tubuh, bahasa melatih, mendisiplinkan, dan mengonstruksi otak. Bahasa di sini berfungsi untuk mengondisikan otak, berlanjut ke otak mengondisikan tubuh, atau kadang
bisa pula tubuh mengondisikan otak.

Bagaimana menyederhanakan hal yang saya sadari lumayan rumit tersebut? Praktikkan secara sederhana, misalnya berpikir yang baik-baik dan lucu-lucu, tubuh akan santai dan wajah bakal semringah. Dalam hal ini otak mengondisikan tubuh.

Sebaliknya, kalau pikiran sedang buntu, bawa tubuh dengan aktivitas misalnya jalan-jalan, pacaran, atau olahraga. Pikiran akan kembali hidup. Tubuh mengondisikan otak.

Apa hubungannya dengan partai politik?

Ada. Partai politik didirikan dengan basis pemikiran atau ideologi masing-masing. Gagasan mengenai nasionalisme, misalnya, dulu melahirkan Partai Nasional Indonesia (PNI); gagasan mengenai sosialisme melahirkan Partai Sosialis Indonesia (PSI); gagasan tentang revolusi proletar melahirkan Partai Komunis Indonesia (PKI); dan seterusnya. Lebih lanjut mengenai politik golongan bisa ditanyakan kepada mereka yang mempelajari ilmu-ilmu politik.

Sekarang ini, entah terbawa zaman atau dikarenakan perubahan yang dibawa oleh teknologi informasi, gagasan mengenai partai politik sepertinya tak penting lagi. Semua partai menyerukan hal yang sama: membela rakyat, melakukan perubahan, antikorupsi. Menjelang pilkada, slogan-slogan tadi hadir bersama foto besar-besar tampang
agraris yang mimpi jadi kepala daerah.

Kegiatan politik tak ubahnya pasar malam. Masing-masing partai membuka lapak dengan dagangan maupun atraksi yang dirasa bisa menarik perhatian massa. Dulu ada atraksi menceburkan diri dari panggung kampanye ke tengah kerumunan massa. Padahal ia paling pandai semasa sekolah teruna, seorang pendukung berujar haru. Ada lagi yang naik kuda seperti John Wayne zaman Wild West. Belakangan ada yang mempertontonkan diri berlatih tinju, seperti Mike Tyson, meski agak kurang sangar.

Partai politik pasca-pemikiran?

Begitulah sekarang zaman mengondisikan otak kita. Kalau ada calon pemimpin yang memperlihatkan keterampilan naik motor seperti dalam atraksi tong setan, kemungkinan saya akan pilih dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar