Mari Becermin dari Yunani (4)
Dahlan Iskan ; Mantan CEO Jawa Pos
|
JAWA
POS, 14 Juli 2015
SETELAH rapat maraton selama 17 jam yang melelahkan,
akhirnya disepakati: Yunani diberi utangan tahap ketiga 50 miliar euro. Ini
setelah Yunani bersedia ''dipaksa'' menyerahkan asetnya senilai itu sebagai
jaminan. Hanya, aset tersebut diizinkan tetap di Yunani. Tidak perlu
ditempatkan di Luksemburg seperti yang diinginkan Jerman.
''Kini tidak perlu lagi plan B. Yunani tetap di Zona
Eropa,'' komentar Kanselir Jerman Angela Merkel. ''Yang kita butuhkan saat
ini tidur dulu,'' ujar delegasi yang kelihatan kelelahan.
Minggu lalu, nasib Yunani sempat ibarat Lebaran yang sudah
dekat yang tiba-tiba ditunda. Harapan Yunani untuk mendapat pinjaman hampir Rp
1.000 triliun itu tiba-tiba mengambang. Pertemuan puncak para kepala
pemerintahan Uni Eropa yang dijadwalkan menyetujui pinjaman tersebut
tiba-tiba dibatalkan.
Yunani memang sudah berjanji untuk mereformasi sistem
ekonomi mereka (lihat Jawa Pos Sabtu, 11/5). Tetapi, sudah tidak ada yang
percaya pada janji itu. Pemerintah di Uni Eropa ditekan rakyatnya
masing-masing. ''Kalau sampai memberikan pinjaman lagi, pemerintah akan kami
jatuhkan,'' ancam politikus terpenting Finlandia.
Angela Merkel, kanselir Jerman, juga ditekan rakyatnya.
Reputasi Merkel yang begitu hebat selama ini bisa jatuh kalau sampai
menyetujui utang baru.
Ada pula yang menekan pemerintah dengan cara memelas.
''Kami, pensiunan di sini, menerima uang pensiun yang amat kecil. Bagaimana
bisa pemerintah kami memberikan utang ke Yunani untuk membayar pensiunan
mereka yang nilainya gila-gilaan?'' ujar politikus di Hungaria. Di Yunani,
sistem pensiunnya begitu royal. Seorang pensiunan rata-rata menerima Rp 20
juta per bulan.
Mengerasnya sikap rakyat Uni Eropa itu dipicu sikap
pemerintah di Yunani yang menggalang rakyatnya untuk anti-Uni Eropa. Bahkan
sampai melaksanakan referendum Minggu lalu. Tetapi, Yunani akhirnya kepepet.
Menerima juga syarat-syarat utang tersebut. Hanya, penerimaan itu dinilai
kurang ikhlas. Misalnya, masih minta persetujuan parlemen segala. Bahkan
ketika dibicarakan di parlemen, muncul pula penentangan-penentangan.
Dengan dibatalkannya pertemuan puncak para kepala
pemerintahan Uni Eropa itu, nasib Yunani seperti layang-layang putus. Entah
akan mendarat di mana. Mungkin keluar dari Uni Eropa dan nyangkut di pohon
gersang. Minggu ini sungguh mencekam di Yunani.
Apalagi Uni Eropa meningkatkan syaratnya. Untuk jaminan
utang itu, Yunani harus menyerahkan aset senilai 50 miliar euro. Termasuk
harus melakukan privatisasi pelabuhan terbesar dan terpentingnya. Juga, harus
melepaskan frekuensi telekomunikasinya untuk diliberalkan. Jaringan
listriknya juga harus diswastakan. Janji-janji yang kemarin saja tidak cukup.
Masih ada lebih dari 300 bidang kehidupan yang harus dibenahi di Yunani.
Termasuk, ini yang akan sangat sulit, kekayaan gereja
Orthodox Yunani.
Menurut harian Le Monde, Prancis, Sinode Suci Gereja
Orthodox Yunani adalah penguasa properti terbesar kedua di negara itu. Memiliki
lahan 130.000 hektare. Penguasa pertamanya adalah pemerintah. Tidak boleh
lagi gereja tidak membayar pajak untuk propertinya itu. Khususnya properti
yang dibisniskan.
Gereja memang memerankan politik yang sangat tinggi di
Yunani. Politisi enggan menyentuh hal-hal yang akan membuat gereja kurang
berkenan. Di Yunani, setiap tahun ajaran baru harus dimulai dengan
pemberkatan dari gereja. Penduduknya harus menyilangkan tangan saat melewati
gereja. Dan pemerintahan baru juga harus diberkati gereja. Baru perdana
menteri baru yang berumur 40 tahun yang sekarang ini, Alexis Tsipras, yang
menolak diberkati. Dia mengaku tidak bertuhan.
Peran politik gereja itu juga terlihat jelas pada 2010
lalu. Yakni, saat krisis Yunani kian berat. Waktu itu, Sinode Suci bersama 13
bishop seluruh Yunani mengeluarkan pernyataan keras. Tiga lembaga keuangan
internasional (dikenal dengan Troika) yang memberikan utang ke Yunani dikecam
keras sebagai ''pendudukan asing'' di Yunani.
Gereja membantah tidak bayar pajak. ''Gereja kaya raya itu
hanya mitos.'' Begitu keterangan yang dikutip di media Yunani. ''Gereja kami
tidak sekaya di Italia atau Spanyol,'' tambahnya.
Kekayaan gereja di Yunani, katanya, menyusut terus.
''Tinggal 4 persen dibanding kekayaan gereja sebelum revolusi tahun 1821,''
katanya. ''Banyak bangunan pemerintah yang didirikan di tanah gereja. Tidak
membayar kompensasi sampai sekarang.''
Layang-layang putus itu akhirnya berhasil diselamatkan.
Kesepakatan sudah dicapai kemarin. Bola api tersebut kini pindah lagi ke
Yunani. Kesepakatan itu harus dimintakan persetujuan parlemen Yunani. Minggu
ini para politikus Yunani akan bertempur: menerima syarat-syarat itu atau
menolak. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar