Manajemen "Gerudugan"
Roch Basoeki Mangoenpoerojo ;
Purnawirawan TNI
|
KOMPAS,
29 Juli 2015
Terdapat kesalahan mendasar dalam perpolitikan nasional.
Akibatnya, tidak terbangunlah dasar-dasar manajemen untuk membangun
Indonesia.
Terlihat dalam menatap berbagai kasus. Ibarat bermain bola
menggunakan pola 4-4-2, tetapi ketika bola ke utara semua meng-gerudug ke
utara, begitu juga bola ke selatan. Kemarin masyarakat sibuk membahas Budi
Gunawan, lalu Engeline-anak hilang yang ternyata dikubur di rumah sendiri-dan
terakhir soal Tolikara. Bukan hanya media sosial yang gerudugan, melainkan
juga pemerintah. Kejadiannya di suatu dusun, Pusat serta-merta bergerak semua
ke sana.
Lalu, apa guna UU Otonomi Daerah? Bukankah Bupati
bertanggung jawab dalam segala hal kecuali keuangan, pertahanan, dan hubungan
luar negeri? Lewat gerudugan naluri keilmuan, keyakinan, dan kepentingan
berkembang tanpa kendali. Semua merasa paling benar, kekuatan dibangun demi
opini. Pikiran kita teradu domba, mengabaikan prinsip dasar manajemen,
memberi peluang terjadi salah kelola di seluruh sektor pembangunan.
Semua merasa paling benar karena tujuan setiap pihak
berbeda-beda. Kita tidak punya tujuan nasional yang menyatukan bangsa.
Padahal, Prof Miriam Budiardjo lewat buku Dasar-dasar Ilmu Politik mengajak
seluruh anak didik mendalami Pembukaan UUD, satu-satunya naskah hukum yang
tetap layak dipatuhi setelah UUD-nya kembar. Sayang, buku itu keliru menunjuk
"tujuan negara" (halaman 45).
Tanpa mengurai alinea 1-2-3, alinea 4 ditunjuk sebagai
tujuan negara, yaitu melindungi, kesejahteraan umum, mencerdaskan, dan ikut
serta menjaga perdamaian dunia. Dari empat hal sumir itu, lahirlah
"Manajemen Gerudugan" karena semua pihak berkewajiban mewujudkan
yang seolah-olah tujuan negara itu.
Keempat hal itu tugas pemerintah. Alinea 4 didahului
"kemudian daripada itu", menunjukkan betapa penting alinea 1-2-3
karena berisi hal-hal berkaitan dengan bangsa. Selanjutnya, agar pemerintah
di alinea 4 mewujudkan "keinginan bangsa" lewat empat kegiatan dan
segala tindakan berlandaskan Pancasila. Demikian hubungan antara alinea 4 dan
lainnya yang menunjukkan tata kelola membangun peradaban Indonesia.
Alinea 1 berisi realitas jati diri, yaitu bangsa terjajah
yang ingin melepaskan diri dari keterjajahannya. Alinea 2 berisi dinamika
perjuangan yang telah dirintis, positioning (di depan pintu gerbang
kemerdekaan), dan untuk apa harus merdeka (tujuan negara). Isi alinea 3,
prasyarat untuk sesungguhnya merdeka, yaitu hadirnya rahmat Allah yang
didorong oleh keinginan luhur dari kita semua. Tujuan negara ialah
"mengantarkan rakyat agar merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur". Semua itu harus dilalui bertahap untuk mengubah peradaban dari
bangsa terjajah menjadi merdeka yang bebas dari keterjajahan. Mau tak mau,
langkah harus ditata secara bertahap dengan kesabaran level tinggi,
menghadapi keterbatasan negara dan kejamnya dinamika global.
GBHN
Bangsa Indonesia (alinea 1, 2, dan 3) harus memberikan
arah dan prioritas untuk perubahan agar dilaksanakan oleh pemerintah (alinea
4). Tahapan perubahan adalah setelah merdeka rakyat harus diupayakan agar
bersatu. Hanya pada rakyat merdeka dan bersatu, setiap komunitas akan mampu
berdaulat, memiliki nilai-nilai "adil" yang akan menjiwai hukum
nasional. Dengan hukum itulah kemakmuran bersama akan dicapai.
Kini, berkat reformasi, rakyat Indonesia sudah merdeka,
boleh bicara apa saja. Namun, itu justru membahayakan kelangsungan hidup
bernegara, karena tidak mau bersatu, selalu curiga terhadap rekan sendiri.
Kemerdekaan demikian bukan membangun kekuatan bangsa, justru kelemahan
terjadi yang mengundang intervensi asing, mengadu domba untuk menjarah sumber
daya alam. Demikianlah perubahan alami (by
accident) sedang terjadi.
Dituntut kesabaran revolusioner untuk bicara
kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan. Butuh waktu. Untuk mempercepat,
diperlukan perencanaan menyeluruh, bertahap, berlanjut, yang disebut Garis
Besar Haluan Negara (GBHN, perubahan by
design). Perencanaan lengkap tersebut berisi uraian detail tentang
manajemen bernegara khas Indonesia, sesuai kekhususan jati diri bangsa ini
(keterjajahan).
Kekhasan manajemen Indonesia adalah menarik garis lurus
antara satu tahapan tujuan negara ke empat tugas pemerintah (alinea 4), dan
menjabarkan dalam bentuk kegiatan ekonomi dan politik, lengkap dengan 5W1H (what, when, where, why, who, dan how).
Insya Allah akan mempermudah memanajemeni Indonesia ke depan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar