Roh
Dikti-Ristek, Menyalakan Kemanusiaan dan Menjadi Trengginas JC Tukiman Taruna ; Ketua Dewan Penyantun
Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Semarang |
KOMPAS, 30 April 2021
Dalam konteks turut serta mendukung
terbentuknya ekosistem investasi pendidikan, pengembangan dan akselerasi ke
depan terkait pendidikan tinggi (dikti)-riset teknologi (ristek) sangat
ditentukan oleh dua kata kunci ini: inflammare humanitatem dan drive agility. Inflammare humanitatem, menyalakan
kemanusiaan (IH/MK), penulis serap dan sarikan dari presentasi salah satu
(dari tiga) kandidat rektor di hadapan senat universitas kami. Intinya,
pengembangan dan akselerasi dikti-ristek harus pertama-tama bertumpu pada
menyalakan kemanusiaan terlebih dahulu untuk dapat ”menyalakan” kegiatan
riset teknologi. IH/MK berasaskan pada tiga hal pokok, yaitu
(a) berakar pada penghormatan kepada nilai-nilai kemartabatan manusia, (b)
supaya siapa saja—dosen tenaga kependidikan, mahasiswa, dan lainnya—terus
termotivasi untuk bertekun pada proses, dan (c) sehingga terus berorientasi
kepada buah/hasil yang berkualitas. Rasa hormat terhadap nilai-nilai
kemartabatan manusia, seperti kejujuran, saling percaya, bersikap adil, ugahari
(Jawa: lembah manah lan prasaja), dan kasih sayang, perlu terus dinyalakan
lewat berbagai cara meski kata kuncinya hanya satu, yakni merasa sejahtera
(kesejahteraan bersama). Jika setiap individu yang terlibat dalam
pengembangan dan akselerasi dikti-ristek merasakan makna kesejahteraan; akan
bernyalalah kegiatan ristek apa pun; orang akan bertekun dalam proses, dan
juga akan terus mengusahakan hasil yang terbaik. Inflammare humanitatem. ”Drive
agility” dan IKU dikti Tanpa harus menyebutkan nama perusahaannya,
drive agility, menjadi trengginas (DA/MT), adalah model marketing baru di
zaman digital saat ini, sebagaimana sedang diterapkan oleh sebuah perusahaan
raksasa yang berkiprah di Indonesia. Intinya, generasi digital saat ini tidak
cukup hanya cerdas, tetapi agilitas (ketrengginasan) dia harus semakin
terasah untuk dari detik ke detik lain siap berkompetisi. DA/MT sangat diperlukan to address shifting
of demands, lewat tiga komponen kegiatan utama, yakni pertama, produk yang
akan dijual itu fokus (pada dua atau tiga ranah saja); kedua, dibuat secara
rinci dan teruji portofolio atas produk terfokus itu; dan ketiga, jeli dan
trengginas dalam ”segera memenuhi” product in home consumption. Makna agilitas dalam konteks pengembangan
dan akselerasi kampus merdeka (dikti)-riset teknologi—harap tidak dituduh
latah—ialah setiap program studi dituntut memiliki ”produk fokus”. Maksudnya,
mahasiswa dari program studi apa pun perlu didorong untuk jeli dan trengginas
dalam melakukan kegiatan riset teknologi sehingga mampu menjawab kebutuhan
domestik masyarakat, entah terkait kebutuhan domestik, seperti gizi,
kesehatan lingkungan, ekonomi rumah tangga, teknologi penjernihan air, dan
pengolahan sampah. Ke depan, kiprah dikti bukan saja diukur
atas dasar penerapan DA/MT dengan fokus utamanya mampu menjawab kebutuhan
domestik masyarakat yang sinergis dengan program studi; melainkan juga atas
dasar pengembangan secara tajam dan terfokus instrumen evaluasi dikti
sebagaimana dirumuskan ke dalam IKU (indikator kinerja utama). Seperti diketahui, ada delapan IKU yang ke
depan ini akan dan harus memacu dikti untuk semakin terfokus. Ke delapan IKU
meliputi: pertama, lulusan mendapatkan pekerjaan yang layak, dengan
pendapatan di atas UMR, lanjut studi atau berwiraswasta. Kedua, mahasiswa
mendapatkan pengalaman di luar kampusnya, seperti magang kerja dan ikut dalam
proyek desa. Ketiga, dosen berkegiatan di luar kampus.
Keempat, merekrut dosen yang berpengalaman di industri ataupun praktisi.
Kelima, hasil kerja dosen (riset, pengadian masyarakat, dan sebagainya) dapat
digunakan masyarakat dan dapat rekognisi secara domestik ataupun
internasional. Keenam, program studi bekerja dengan mitra kelas dunia lewat
kurikulum, magang, dan lain-lain. Ketujuh, model perkuliahan yang kolaboratif
dan partisipatif melalui evaluasi berbasis proyek atau juga kasus. Kedelapan,
program studi berstandar internasional dengan akreditasi tingkat
internasional juga. Simpulannya, mengejar implementasi DA/MT
serta upaya memenuhi tuntutan IKU sangat boleh jadi akan ada banyak lembaga
pendidikan tinggi terengah-engah, apalagi jika mekanisme IH/MK tidak dibangun
secara sepenuh hati/konsisten. Roh dikti-ristek ada di mekanisme terbangunnya
kesadaran tentang pentingnya inflammare humanitatem dan sikap jeli trengginas
dalam drive agility. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar