Setahun
Kartu Prakerja Sumarna F Abdurahman ; Direktur Kemitraan,
Komunikasi, dan Pengembangan Ekosistem Manajemen Pelaksana Program Kartu
Prakerja |
KOMPAS, 17 Mei 2021
Sebagai negara yang
memiliki sumber daya manusia berlimpah, tantangan terbesar yang dihadapi
Indonesia adalah bagaimana menjadikan SDM, khususnya angkatan kerja, sebagai
penggerak pembangunan dan bukan sebaliknya menjadi beban pembangunan. Sejak era Orde Baru,
pemerintah telah berupaya membangun SDM, tetapi belum mendapatkan model yang
tepat. Kendala paling berat yang dihadapi adalah kondisi geografis dan
demografis. Pada tahun 2019 angkatan
kerja Indonesia berjumlah 135 juta orang, di mana tujuh juta di antaranya
adalah pengangguran. Lebih dari separuh pengangguran merupakan kaum muda yang
berusia di bawah 25 tahun, berpendidikan lulusan SLTA ke atas, dan tinggal di
perkotaan. Pandemi Covid-19 yang mulai terjadi awal tahun 2020 berdampak pada
sektor ketenagakerjaan. Di Indonesia, jumlah pengangguran bertambah 2,67 juta
orang. Program
Kartu Prakerja Untuk mengatasi
pengangguran dan meningkatkan kualitas tenaga kerja, pada awal tahun 2020
melalui payung hukum Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2020, Peraturan
Menteri Koordinator (Permenko) Bidang Perekonomian Nomor 3 Tahun 2020, dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 25 Tahun 2020, pemerintah mencanangkan
Program Kartu Prakerja yang intinya adalah program pelatihan yang bertujuan
meningkatkan kompetensi, produktivitas, dan daya saing angkatan kerja. Terjadinya pandemi
Covid-19 membuat Program Kartu Prakerja beradaptasi dengan terbitnya payung
hukum menjadi Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2020 dan Permenko Bidang
Perekonomian Nomor 11 Tahun 2020. Misi Program Kartu Prakerja pun berubah
menjadi semi-bantuan sosial. Kelompok sasaran Program
Kartu Prakerja adalah semua WNI berusia minimal 18 tahun yang tidak sedang
menempuh pendidikan formal, buruh, wirausaha, pencari kerja, dan tenaga kerja
korban pemutusan hubungan kerja. Program Kartu Prakerja
dilaksanakan dengan pendekatan end-to-end digital dan berkolaborasi dengan
lembaga pelatihan, platform digital, dan mitra pembayaran teknologi finansial
(tekfin/fintech). Walaupun baru setahun
berjalan, Program Kartu Prakerja telah menunjukkan keunggulan dibandingkan
dengan pelatihan konvensional yang bersumber dari dana APBN yang dilakukan
kementerian dan lembaga. Keunggulan
teknologi Program pelatihan
konvensional yang dilakukan secara luring (offline) mengharuskan peserta datang
ke tempat pelatihan yang lokasinya sebagian besar berada di kota-kota
sehingga menyulitkan peserta, terutama mereka yang berasal dari perdesaan. Sebaliknya pada Program
Kartu Prakerja, pelatihan dilakukan secara daring (online) di mana peserta
dapat melakukannya di tempat masing-masing. Program Kartu Prakerja
menggunakan teknologi digital, mulai dari pendaftaran peserta sampai pada
pelaksanaan dan evaluasi pelatihannya. Hal ini menjadikan Program Kartu
Prakerja sebagai program pelatihan berbasis digital yang pertama dikelola
oleh pemerintah. Keunggulan
jangkauan Sebagai dampak positif
dari penggunaan teknologi digital, Program Kartu Prakerja mampu menjangkau
seluruh wilayah NKRI dari Sabang sampai Merauke dan jumlah angkatan kerja
yang besar. Selama setahun, Program Kartu Prakerja telah melatih sekitar
delapan juta orang yang tersebar di 514 kabupaten/kota. Dari Romye Hasballah,
tukang las di Sabang, Aceh; Siti Komariah, guru honorer yang kemudian tembus
tes CPNS di Tanjung Selor, Kalimantan Utara; Verly Naomi, ibu rumah tangga
yang menekuni bisnis kecantikan di Papua; hingga peternak ayam Fedry Boelan
di ujung selatan Indonesia di Pulau Rote; semua terjangkau oleh Program Kartu
Prakerja yang berlangsung end to end
secara digital. Keunggulan
jaminan mutu Manajemen pelatihan
Program Kartu Prakerja dikelola dengan sistem penjaminan mutu (quality
assurance) yang bersifat terpadu. Pada aspek input, modul pelatihan yang akan
masuk ke dalam ekosistem prakerja terlebih dahulu dikurasi oleh Tim Ahli
Independen. Ini dilakukan untuk memastikan desain pelatihan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. Selanjutnya pada aspek
proses, pelaksanaan pelatihan juga dipantau Tim Pemantau Independen untuk
memastikan konsistensi antara desain pelatihan dan pelaksanaan pelatihannya. Sementara pada aspek
output, lembaga pelatihan melakukan evaluasi terhadap peserta untuk
memastikan mereka telah menguasai kompetensi yang dilatihkan. Sebaliknya,
peserta pelatihan juga memberikan penilaian terhadap pelatihan yang
diikutinya. Ada lebih dari 1.400 jenis
pelatihan yang dikelola lebih dari 170 lembaga pelatihan disediakan Program
Kartu Prakerja. Pelatihan-pelatihan ini sangat bervariasi, spesifik sesuai
bidang dan passion peserta, harga bersaing, serta menggunakan modul yang sama
untuk seluruh penerima Kartu Prakerja se-Indonesia. Selain itu, para penerima
Kartu Prakerja bisa memilih pelatihan yang sesuai dan fokus dengan arah
pembangunan daerah masing-masing. Di Jawa Barat, misalnya, dengan arah
pembangunan Provinsi Jawa Barat yang berfokus di antaranya pada pengembangan
destinasi pariwisata, para penerima Program Kartu Prakerja dapat mencocokkan
jenis pelatihan yang akan dipilih dengan minat, bakat, dan kemampuan setiap
peserta lewat aplikasi machine learning. Untuk percepatan
pembangunan SDM Unggul dan Indonesia Maju, keunggulan yang dimiliki Program
Kartu Prakerja merupakan model program pelatihan yang tepat untuk kondisi
geografis dan demografis Indonesia. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar