Negeri
Para ”Unicorn” Chandra Tjan ; Co-founder dan General Partner, Alpha
JWC Ventures |
KOMPAS, 25 Mei 2021
Indonesia dipastikan
berada di jalur yang tepat sebagai negara terdepan dengan kekuatan
ekonominya. Tahun lalu, Indonesia
telah mengukuhkan status barunya sebagai negara berpenghasilan menengah ke
atas, berdasarkan laporan klasifikasi pemasukan yang dirilis Bank Dunia. Pada Juli 2020, pendapatan
nasional bruto (PNB) per kapita Indonesia mencapai 4.050 dollar AS. Negara
dengan populasi terbesar keempat di dunia tersebut saat ini juga dengan
mengesankan berada di posisi puncak sebagai ekonomi terbesar Asia Tenggara. Di garis depan
transformasi ekonomi yang mengalami akselerasi ini terdapat
perusahaan-perusahaan yang tumbuh di dalam negeri yang menyajikan barang,
produk, dan layanan ke pasar sangat besar bagi Indonesia yang berpenduduk
lebih dari 270 juta. Khususnya, ekonomi yang dulunya sangat bergantung pada
sumber kekayaan tradisional, seperti sumber daya alam dan produk pertanian,
semakin didorong oleh teknologi layanan digital. Negara ini siap muncul
sebagai hub digital selanjutnya, didukung oleh beberapa faktor, antara lain
51 persen dari penduduknya berada di bawah usia 30 tahun, produk domestik
bruto (PDB) nominal yang diproyeksikan tumbuh pada laju pertumbuhan majemuk
tahunan sebesar 5,0 persen, dan lebih dari 197 juta pengguna internet. Peluang bagi usaha
rintisan (startup) teknologi terus bertambah, sejalan dengan program
pemerintah dalam mendorong lebih banyak investasi langsung. Baik perusahaan
dalam negeri maupun asing sedang merambah modal digital, teknologi
finansial/tekfin (financial technology/fintech), dan ventura. Usaha rintisan
teknologi akan menjadi unicorn, dan para pendiri mereka akan masuk ke dalam
daftar miliarder dunia. Digital
adalah ”new normal” Ekosistem usaha rintisan
teknologi di Indonesia mulai berkembang pesat pada awal 2010, seiring dengan
masuknya penyedia layanan digital seperti Tokopedia, Traveloka, dan Gojek ke
pasar. Banyak yang telah berubah
sejak itu dan ke depannya kita akan menyaksikan usaha rintisan teknologi
berubah menjadi perusahaan bernilai miliaran dollar AS dalam jangka waktu
yang lebih singkat, seiring dengan semakin matangnya ekosistem startup di
Indonesia. Bahkan, sejumlah startup
Indonesia, seperti Gojek dan OVO, telah meraih status unicorn dalam lima
tahun terakhir, dengan dukungan mitra modal ventura. Penelitian terbaru kami
dengan Kearney pada Maret 2021 memvalidasi posisi ini. Terlepas dari efek pandemi
Covid-19 yang memengaruhi baik pada skala ekonomi mikro maupun makro,
perusahaan di sektor digital berkembang pesat lebih dari sebelumnya. Hal ini
dipicu oleh meningkatnya permintaan konsumen. Platform e-dagang, bisnis
taxi-hailing (transportasi berbasis teknologi), reservasi hotel daring, serta
layanan pengiriman makanan dan paket memang berkembang di tengah lingkungan
yang ditandai dengan penutupan bisnis fisik dan pembatasan pergerakan. Laporan McKinsey &
Company tahun 2020 menyajikan wawasan terperinci tentang mengapa ”pemulihan
ke kondisi normal baru akan dilakukan secara digital”. Kita akan melihat
kelahiran lebih dari enam unicorn di Indonesia sebelum 2025 dan setidaknya
sepuluh lainnya di dekade selanjutnya. Empat dari unicorn ini tentunya akan
didukung oleh Alpha JWC Ventures. Satu hal positif dari
Covid-19 adalah bahwa periode ini telah menciptakan tailwind yang kuat bagi
ekonomi digital Indonesia dengan percepatan adopsi digital dan menghasilkan
inovasi yang lebih cepat dari sebelumnya, dipadukan dengan infrastruktur yang
lebih baik dan pertumbuhan kelas menengah. Teknologi telah diperkenalkan
secara luas, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan jutaan orang
Indonesia. Potensi
yang belum dimanfaatkan dan terkendali Apa yang diperlukan untuk
mewujudkan potensi Indonesia sebagai negeri unicorn? Singkatnya, diperlukan
adanya perubahan paradigma di dalam ekosistem usaha rintisan Indonesia. Alih-alih mencari balik
modal cepat dan keuntungan yang segera, usaha rintisan, bisnis tradisional,
dan investor harus fokus pada keberlanjutan jangka panjang. Faktanya,
sebagian besar wilayah di Indonesia masih belum tersentuh meskipun ekosistem
teknologinya tumbuh signifikan dan kelas menengah Indonesia yang memiliki
daya beli meningkat. Sebagian besar usaha
rintisan teknologi di Indonesia terletak di wilayah ibu kota Jakarta, dan
solusi digital yang mereka tawarkan hanya terkonsentrasi di wilayah tersebut.
Wilayah satelit, seperti Sumatera dan Sulawesi, tetap terisolasi. Sebagai
gambaran, Pulau Sumatera dihuni oleh 21,68 persen penduduk Indonesia, menurut
data dari hasil sensus resmi 2020. Kota-kota tier kedua dan
ketiga Indonesia akan menyalip pertumbuhan kota-kota tier pertama dan
meningkatkan pangsa PDB nasional sebesar 3-5 persen (46 miliar dollar AS-77
miliar dollar AS) pada 2030. Sektor-sektor seperti
e-commerce, e-payment, dan peminjaman hampir diadopsi secara massal, dengan
laju pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) meningkat dari 27 persen menjadi 46
persen pada 2025. Ini potensi sangat besar
yang belum tergali. Sebagai investor, kami yakin unicorn-unicorn Indonesia
selanjutnya adalah mereka yang berasal dari kota-kota tier kedua dan tier
ketiga, seperti Denpasar dan Bandung. Dari penelitian disertai
pengalaman dengan pelaku bisnis setempat, kami mengetahui potensi kota-kota
ini. Apa yang telah kami saksikan sejauh ini di ruang digital tersebut adalah
hanya ujung permulaan dari apa yang bisa dicapai oleh ekonomi digital
Indonesia. Pandemi Covid-19 mungkin telah
menyebabkan gangguan ekonomi dan sosial besar-besaran di seluruh dunia,
tetapi banyak usaha rintisan Indonesia telah beradaptasi dan menyesuaikan
diri sejak saat itu. Bangkitnya generasi muda
dan spesialis teknologi Indonesia—yang sebagian besar telah terjun ke dunia
wirausaha dan sedang membangun lanskap usaha rintisan negara—telah menjadi
tailwind yang signifikan selama pandemi bagi industri teknologi.
Perusahaan-perusahaan yang mampu menyintas pandemi akan menjadi kendaraan
penghasil pencarian baru bagi Indonesia. Tidak hanya sampai di
situ, sebagai investor lokal kami mengamati pertumbuhan pesat
perusahaan-perusahaan portofolio Alpha JWC Ventures sehingga kami dapat
mengetahui bahwa wilayah-wilayah di luar Jakarta memiliki potensi yang
signifikan daripada ibu kota. Dengan kemitraan yang
tepat dan wawasan berbasis teknologi di wilayah-wilayah dengan tingkat
pertumbuhan tinggi tersebut, perusahaan-perusahaan Indonesia di bidang
teknologi bisa mewujudkan potensi mereka sebagai pemain besar global. Pemerintah dan investor
swasta telah menyatakan minatnya untuk bermitra dengan perusahaan lokal.
Kemitraan semacam ini tidak hanya akan memperkuat ekonomi Indonesia, tetapi
juga memperkuat ekosistem usaha rintisan di Asia Tenggara, membuat kemunculan
unicorn dalam dekade berikutnya menjadi kenyataan. Menjadi perusahaan modal
ventura yang berfokus pada Indonesia, didukung oleh keahlian dan pengetahuan
luas tentang lanskap digital kawasan, kami akan berkonsentrasi untuk
mendukung juara-juara setempat dan membangun ekosistem pemenang. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar