Perubahan
Iklim dan Pengasaman Laut Marsya J Rugebregt ; Peneliti Marine Biogeochemistry –
Chemical Oceanography Pusat Penelitian Laut Dalam (PPLD) Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia |
KOMPAS, 25 Mei 2021
Perubahan iklim adalah
perubahan pada suhu, curah hujan, pola angin, dan berbagai efek-efek lainnya
yang terjadi secara drastis. Kenaikan suhu permukaan bumi berdampak global,
tidak terkecuali pada lautan. Hampir 71 persen planet ini merupakan laut biru
yang memiliki fungsi yang penting bagi kehidupan bumi. Lautan berfungsi untuk
mengatur suhu bumi, tentu kenaikan suhu permukaan bumi akan berpengaruh
sangat besar bagi Indonesia yang memiliki lautan yang luas. Dengan menyerap
sinar matahari kemudian mendistribusikannya sehingga dapat mengatur cuaca,
ini berarti lautan sangat vital bagi siklus karbon. Jika terjadi perubahan
iklim, kemampuan lautan akan terganggu. Salah satu dampaknya adalah terjadi
pengasaman laut, yaitu penyerapan karbon dioksida (CO2) secara terus-menerus
oleh lautan yang menyebabkan penurunan kemampuan laut untuk beradaptasi.
Penelitian Friedlingsten Dkk menunjukkan, pada 2006 dan 2015, lautan menyerap
sekitar 25 persen antropogenik karbon dioksida. Laut menyerap CO2 menyebabkan
penurunan pH laut global 0,002 per tahun. Sumber dari pengasaman
laut sebagian besar karena ulah manusia yang tidak peduli dengan lingkungan.
Seperti halnya pengasaman laut, kerusakan lingkungan lainnya, seperti hutan
gundul, kekeringan, air laut naik dan gunung es mencair yang memicu pemanasan
global juga akibat ulah manusia, bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mendefinisikan perubahan iklim sebagai gejala yang disebabkan baik secara
langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia (Febriansyah, tirto.id,
2019). Masuknya air tawar yang
mengandung bahan pencemar, seperti pupuk asam, bahan kimia yang dikeluarkan
dari pengolahan air dan pembangkit listrik, serta erosi tanah berpotensi
lebih besar untuk mengasamkan laut daripada CO2 atmosfer. Penting untuk
selalu diingat bahwa kegiatan-kegiatan manusia cenderung tidak ramah bahkan
mengabaikan lingkungan. Penggunaan bahan bakar
fosil untuk transportasi dan industri, AC, freon, kebakaran hutan dan
sebagainya mengakibatkan komposisi gas yang ada di atmosfer berubah,
khususnya gas-gas rumah kaca. Dengan bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti
gas metana (CH4), dinitroksida (N2O), metana (CH4), sulfurheksaflourida
(SF6), perfluorokarbon (PFCs), hidrofluorokarbon (HFCs), dan gas CO2 terbanyak
di atmosfer sebesar 75 persen dari total gas yang ada di atmosfer,
peningkatan CO2 di atmosfer mengakibatkan peningkatan suhu permukaan laut dan
kenaikan permukaan air laut. Pemanasan global yang
terus meningkat setiap tahun mengakibatkan perubahan iklim. Hal tersebut
telah terbukti, di mana pada musim-musim iklim tropis maupun subtropis telah
mengalami perubahan waktu, mengakibatkan gejala El Nino dan La Nina sering
terjadi. Contoh nyata terjadinya
pengasaman laut pada daerah pesisir adalah terjadinya ”pemutihan karang” atau
coral bleaching. Jika karang memutih ini berarti karang sudah mati. Hal ini
merupakan respons yang dapat dipicu oleh berbagai tekanan yang bekerja pada
skala lokal. Peningkatan frekuensi pemutihan karang baru-baru ini telah
menyebabkan kekhawatiran bahwa peningkatan suhu laut dapat mengancam seluruh
wilayah terumbu karang. McWilliam Dkk menyatakan
bahwa kenaikan suhu regional sebesar 0,1 derajat celsius menghasilkan
peningkatan 35 persen dan 42 persen pada intensitas pemutihan karang. Terumbu
karang memiliki peranan yang penting sebagai pelindung pantai karena
kemampuan pemecah ombak alami, tempat hidup berbagai jenis ikan, tempat
berlindung berbagai biota laut, dan keindahan terumbu karang dapat kita
nikmati sebagai wisata bahari. Jika terjadi pengasaman laut, apa yang kita
dapatkan? Perikanan
tangkap Dampak lain pengasaman
laut bagi ikan berkaitan dengan gangguan pada organ visual dan organ
penciuman. Kedua organ ini berperan penting dalam mengenali habitat atau
tempat tinggal dan mengenali predatornya atau pemangsa. Pengasaman laut akan
mengakibatkan ikan menjadi lebih rentan terhadap predatornya sehingga
ketahanan hidupnya menurun. Efek jangka panjang dari pengasaman laut ini
adalah menurunnya ketahanan hidup ikan, menurunkan jumlah populasi ikan, dan
mengurangi biodiversitas dan densitas relatif dari spesies tertentu. Pengasaman laut memiliki
implikasi negatif terhadap biota laut lainnya, yaitu berpotensi membatasi
kemampuan hewan laut bercangkang untuk membentuk cangkangnya. Akibatnya,
hewan laut bercangkang mudah mati diserang oleh predator karena cangkang yang
merupakan rumah sekaligus pelindungnya tidak kokoh. Jika demikian, sektor
kelautan, pesisir, dan perikanan merupakan sektor yang sangat banyak
dipengaruhi oleh perubahan iklim dan pengasaman laut. Menurunnya jumlah
tangkapan ikan berpengaruh pada kehidupan ekonomi masyarakat yang bergantung
pada laut. Lautan yang bebas dari kegiatan manusia hanya sekitar 13 persen.
Sebagian besar wilayah perairan khususnya pesisir sudah banyak yang rusak
sehingga membuat para pencari ikan untuk menangkap ikan lebih jauh lagi. Jumlah tangkapan ikan dan
hasil laut lainnya menurun sangat cepat. Alasannya, tempat hidup mereka sudah
rusak. Peningkatan suhu dan penurunan pH akan membuat mereka berpindah
mencari tempat lain sementara yang tidak dapat bertahan akhirnya mati
sehingga jumlah populasinya menurun. Gubernur DKI Jakarta Anies
Baswedan pernah menyatakan Jakarta tengah berusaha mengurangi emisi dengan
cita-cita Jakarta menjadi Zero Carbon City pada tahun 2050. Terdapat beberapa
cara dalam mengurangi gas karbon dioksida yang ada di atmosfer, yaitu dengan
penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan, tidak melakukan alih fungsi
hutan, melakukan penyerapan CO2 melalui tumbuhan yang ada di darat (green
carbon) dan di laut (blue carbon). Serapan CO2 yang paling optimal dan
efektif dilakukan oleh lautan. Ekosistem terumbu karang
merupakan ekosistem dengan tingkat produktivitas primer yang tinggi.
Produktivitas primer yang tinggi berasal dari darat berupa nutrien organik
yang dapat memicu pertumbuhan fitoplankton, terutama di daerah pesisir.
Fitoplankton akan menggunakan CO2 untuk proses fotosintesis sehingga dapat
mengurangi konsentrasi CO2. Dengan meningkatkan konsumsi karbon anorganik
terlarut yang selanjutnya akan mengubah kesetimbangan tekanan parsial karbon
dioksida (pCO2) permukaan air. Dengan transplantasi
karang, penanaman mangrove, mengurangi pembuangan limbah ke laut merupakan
salah satu langkah nyata kita dalam mengurangi dampak dari perubahan iklim
dan pengasaman laut. Vegetasi pesisir diyakini mempunyai kemampuan menyimpan
karbon 100 kali lebih besar dibandingkan dengan hutan di daratan. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar